“Bukankah akan lebih stress jika kau mencari tau lebih banyak?” Vigor memperhatikan Zack yang sedang membaca buku-buku mengenai kelahiran.Bahkan di meja kerja sahabatnya itu bukan hanya ada satu-dua buku. Setumpuk buku dengan penulis yang berbeda kini menghiasi mejanya.“Paling tidak aku mempersiapkan diri pada kemungkinan yang akan terjadi.”“Yang terjadi adalah akan banyak darah. Bahkan bayimu keluar dengan berlumuran darah. Itu yang harus kau siapkan secara kau takut darah!” Vigor mengingatkan sang sahabat.“Sial, kau! Aku jadi membayangkan yang tidak-tidak!” Zack mengumpat kesal.“Ingatlah saat kau membuat Aurora berdarah di malam pertama. Kau malah menikmatinya, kan?”“Pergi kau dari sini. Sama sekali tidak membantu!” Zack dengan wajah merah mengusir sahabatnya.Vigor malah tergelak. Baru kali ini ia melihat Zack sangat tegang karena akan menghadapi detik-detik kelahiran sang buah hati ke dunia. Drama menjelang kelahiran yang dibuatnya tidak selesai-selesai.“Aku hanya ingin men
Zack baru saja keluar dari ruangan dengan Dokter Edwin. Raut wajahnya sudah lebih tenang. Namun, begitu melihat Aurora kembali dengan dipapah suster, kepanikan kembali melanda.“Sayang? Kenapa?”Aurora tidak menjawab. Suster yang langsung bicara dengan Dokter Edwin. Dengan sigap meminta Aurora dibawa ke ruang bersalin.“Ini … istriku mau melahirkan? Sekarang?” Suara Zack bergetar saat membimbing sang istri berjalan.“Kita periksa dulu, ya. Menurut suster, Nyonya Aurora merasa ada sesuatu yang keluar dari genitalianya.” Dokter Edwin bersiap menggunakan sarung tangan karet.“Geni apa? Apa itu?” Zack kebingungan sementara suster mengambil alih Aurora dan membantunya tidur di ranjang hidrolik.Dokter Edwin menjelaskan bahwa kemungkinan Aurora merasakan ada lender yang keluar dari alat kelaminnya. Namun perlu diperiksa lebih dalam untuk memastikan.Zack terpaku di tempat. Ia melihat dengan mata kepalanya bagaimana kaki-kaki istrinya sudah terbuka lebar di depan dokter. Saat tangan dokter b
"Selamat! Bayinya laki-laki. Sehat dan sempurna fisiknya."Tepat jam satu malam, Aurora melahirkan bayi lelaki yang menangis sangat kencang. Berat Dan tinggi tubuhnya cukup besar dan panjang untuk ukuran seorang bayi yang baru lahir. Kulitnya yang merah semakin merah karena jerit tangisnya.Drama persalinan yang membuat Zack muntah-muntah sebanyak tiga kali dan pingsan saat Aurora mencoba mengejan akhirnya berakhir. Aurora dengan lemas mengamati Zack yang sedang dibimbing memotong tali pusar.“Kamu mengagumkan, Sayang. Hebat. Bayi kastil sempurna.’'Zack kini membungkuk di samping tubuh istrinya yang tersenyum."Syukurlah kamu juga berhasil menyaksikan kelahiran bayi kastil, meski Banyak dramanya.""Maafkan. Aku sangat khawatir karena membuatmu kesakitan begini." Tangan Zack mengelus rambut Aurora yang lepek oleh keringat."Memang seperti itu wanita melahirkan." Aurora tersenyum lega karena kelahiran anak pertama mereka cukup lancarSuster meletakkan bayi merah di atas dada Aurora. Mul
Zack terdiam mendengar pertanyaan Aurora. Matanya menatap intens bayi kastil. Lalu tiba-tiba terkekeh melihat bayi itu tersentak sedikit, entah kaget karena apa.“Terus-terang saja, setelah melihat bayi kastil, aku jadi ingin mencari nama lain yang lebih bagus. Aku belum menemukan yang sesuai. Kamu ada ide?” Zack menoleh pada Aurora.“Hmm ... aku hanya ingin menambah unsur nama keluarga Kakek Viscout pada nama bayi kita. Selebihnya terserah kamu.”Kepala Zack mengangguk. “Ok. Beri aku waktu satu minggu.”“Hah? Satu minggu? Kok lama sekali?”Lelaki tampan di samping Aurora beralasan bahwa nama seorang anak akan diibawa seumur hidup. Ia ingin nama itu memiliki makna khusus dan baik. Itu sebabnya ia tidak ingin terburu-buru.Kekehan kecil keluar dari tenggorokan Aurora. Lama-kelamaan ia mulai mengantuk. Aurora memejamkan mata dan menikmati belaian tangan suaminya hingga ia tertidur pulas.Rasanya baru sebentar Aurora dan Zack tidur. Mereka terbangun oleh tangisan bayi. Zack yang langsung
“Kenapa, Sayang? Kamu kesal pada Zack?” Clara mengamati Aurora.Seharian Zack berusaha mencari tau kenapa Aurora tampak selalu menghindarinya. Lelaki itu tak tahan untuk tidak mengadu pada Clara. Hingga akhirnya Clara menghampiri Aurora.“Tidak, Mi. Bukan salah Zack, kok.”“Lalu? Kalau bukan karena Zack, kenapa kamu mendiamkannya?”“Hmmm ... mungkin salah Zack. Tadi pagi,aku sempat kesal karena Zack memaksa ingin mandi bersamaku.”Clara tersenyum penuh arti. “Bukankah selama ini kalian memang begitu?”Kali ini Aurora menggeleng dan berkata bahwa ia ingin sendiri. Aurora bicara sambil sibuk membereskan perlengkapan bayi. Clara pun merasa ada yang aneh pada menantunya ini.Clara menarik pelan tangan Aurora untuk mengikutinya duduk di sofa. Tangan wanita setengah baya itu mengelus rambut Aurora yang telah dipotong di atas bahu. Rambut panjangnya memang sempat rontok saat hamil.“Aurora, Mami tidak akan membela Zack jika ia salah. Tetapi, saat ini Zack sangat khawatir dan merasa bingung p
Hingga seminggu setelah pembicaraan tentang keresahan hati Aurora, wanita itu tetap tidak mau Zack mendekatinya. Meski telah berusaha, Zack akhirnya menurut. Ia mundur perlahan walau tetap memantau sang istri.“Sayang, aku akan menamakan bayi kastil sedang tidur. Apa kamu mau pergi sebentar?” Zack menawarkan istrinya yang sedang membaca buku.“Ke mana?”“Terserah kamu. Mungkin kamu bosan di kastil terus. Kamu bisa menyetir dan kita pergi ke kedai es krim yang kamu suka, Lalu, ke supermarket membeli makanan ringan. Bagaimana?”Aurora berpikir sejenak. Sudah hampir satu bulan ia memang hanya berada di kastil saja. Kalaupun keluar, ia hanya berkeliling taman.“Tidak apa-apa? Kalau bayi kastil mau menyusu?”“Kita hanya pergi sebentar, Mungkin tidak sampai dua jam. Lagipula suster bisa memberi bayi kita ASI simpananmu, bukan?”Keluarga terlihat senang mendengar Aurora akan keluar. Kakek Viscout dan Alzard bahkan keluar dari ruang kerja untuk memberi Aurora pelukan semangat.“Mami akan ikut
“Haven Leandro Morgan.”Dengan bangga Zack mengatakan nama resmi bayi kastil pada keluarganya. Haven adalah singkatan heaven yang berarti surga, Lenadro memiliki arti singa jantan.Makna nama tersebut menurut Zack adalah anak lelaki Morgan yang pemberani dari surga. Semua mengangguk setuju.“Nama yang bagus!” Kakek Viscout dan Clara memuji pilihan nama untuk bayi kastil.“Keren. Akhirnya Kakek bisa langsung membuat undangan pesta penyambutan.” Vigor menimpali.“Kenapa namanya tidak menggunakan arti anak yang tampan?” Alzard tampak kurang suka dengan makna nama keponakannya.“Tampan itu diakui bukan mengakui. Tanpa kata tampan, aku rasa anakku akan mendapat pengakuan bahwa wajahnya rupawan.” Zack menjelaskan sambil tersenyum pada putranya yang berada di gendongan Aurora.Seperti perkiraan Vigor, keesokan harinya, Kakek Viscout langsung mengumumkan kehadiran penerus bangsawan Adorra. Dengan bangga, beliau bercerita tentang kelahiran Haven di kastil di depan banyak orang.Pesta penyambut
Seminggu setelah mendapat gelar Prince Haven of Adorra, Mami dan Alzard berpamitan untuk kembali ke negara mereka. Mereka sedang mengamati koper-koper diangkut ke dalam bagasi mobil.Aurora yang menggandeng tangan Mami, kini memeluknya. Mereka berpelukan beberapa saat sebelum Clara akhirnya melepaskan uraian tangan Aurora di tubuhnya.“Baik-baik, ya, Sayang. Telepon Mami kapan pun kamu ingin bicara. Mami akan selalu rindu pada kalian.” Dengan mata berkaca-kaca, Clara berkata pada putri sekaligus menantunya.“Iya, Mi. Mami juga sehat-sehat, ya. Jangan banyak pikiran. Pokoknya Mami harus sehat biar bisa bantu Aurora.”Setelah saling berjanji, Aurora kini menghampiri kakak angkat. Alzard tersenyum sambil memeluk Aurora dan mencium kepalanya.“Titip Mami, ya. Jangan sering ribut sama June.” Aurora berkata dengan wajah memberengut.Alzard hanya terkekeh. Akhir-akhir ini, ia dan June memang seringkali bertengkar. Namun begitu, menurut Alzard pertengkaran mereka tidak pernah lama dan hubunga