Zack sungguh bosan berada di ruang parlemen. Ingin rasanya ia merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Namun saat ini, ia harus menghormati para bangsawan terutama Kakek Viscout.Mengusir rasa bosan, Zack memperhatikan orang-orang yang berada dalam ruangan. Ia telah mengenal beberapa wajah. Lalu, matanya tiba-tiba melihat wajah seorang wanita di bagian baris tengah.Hembusan napas panjang ia keluarkan. Wanita itu, Leonora. Ia tampak duduk di samping seorang lelaki yang Zack kenali sebagai Henry, suami Leonora.“Pertemuan dilanjutkan setelah acara makan siang.” Sekretaris parlemen berkata setelah para calon ketua berbicara di forum.Zack langsung berdiri dan keluar dari ruangan. Meskipun ia tau ada makanan yang disiapkan di dalam, ia memilih keluar untuk menghirup udara segar. Lelaki itu merogoh saku dan membuka aplikasi pesan.Senyumnya mengembang melihat sang istri mengiriminya foto-foto Haven yang tertidur. Apalagi Aurora juga memotret Haven dengan posisi sedang menyusu. Ia lalu seg
“Dia? Mahluk sekecil ini bisa melakukan itu?” Zack memicingkan mata pada Haven yang tidur di ranjang lalu menatap dada istrinya.“Nggak percaya?” Aurora mendelik. “Trus menurutmu? siapa lagi yang setiap jam melakukan ini?”Zack mengembuskan napas berat. Ia baru saja kembali dari parlemen dan langsung menginterogasi apa yang membuat puncak dada Aurora lecet dan iritasi.Kecupan dalam diberikan Zack untuk Aurora. Ia juga meminta maaf atas reaksinya yang kaget karena ini hal baru baginya.“Dan kamu juga.” Zack berkata pada Haven. “Kamu harus minta maaf pada Mommy.”“Haven tidak bersalah. Memang proses menyusui begitu, kok.”“Tetap saja Daddy marah padamu, ya, Haven.” Wajah Zack dibuat galak pada putranya.“Nanti saja protesnya. Anaknya kan sedang tidur.”Aurora lalu memindahkan Haven ke ruang bayi. Sementara Zack membilas diri dan berganti pakaian.Sambil memakai pakaian yang disiapkan Aurora, Zack bercerita tentang pertemuan di parlemen. Aurora tersenyum senang mendengar kabar Vigor men
Clara menutup telepon dengan senyum haru di wajahnya. Zack baru saja mengucapkan banyak terima kasih karena telah melahirkannya ke dunia. Juga ucapan maaf berkali-kali karena selama ini menjadi anak yang egois.Ternyata menjadi seorang ayah begitu mempengaruhi perasaan Zack. Ia jadi lebih peka dan rasa kasih sayangnya tumbuh seketika.Sambil terisak, Zack bercerita tentang sakitnya Aurora. Di lain pihak jika ia meminta Aurora tidak menyusui, Haven yang akan menderita.“Kenapa senyum-senyum sambil menghela napas panjang begitu, Mi?” Alzard yang baru datang heran melihat prilaku sang Mami.Tangan Clara mengarah ke sofa, meminta Alzard duduk. Ia kemudian bercerita tentang perbincangannya dengan Zack barusan.“Zack sudah sangat berubah, ya, Mi.” Alzard tersenyum setelah mendengar cerita sang Mami. “Ia kini sangat perhatian.”“Syukurlah. Cinta membuatnya menjadi lelaki yang lebih baik.”Mereka lalu membicarakan Aurora. Clara bercerita memang seperti itu jika menyusui, apalagi bayi lelaki.
“Tampan sekali.”Kakek Viscout memandang dinding dengan hiasan pigura foto. Para pelayan baru saja memajang foto keluarga Aurora, Zack dan Haven. Bahkan Kakek Viscout khusus membuat satu sisi dengan foto Haven saja.Aurora pun menatap pigura foto Haven dengan pakaian kebesaran bangsawan Adorra. Pakaian yang turun temurun dikenakan pada bayi bangsawan saat mereka diresmikan dan mendapat gelar.“Maaf, Kakek tidak memiliki foto bayimu di sini.” Kakek Viscout menggumam penuh penyesalan.Aurora segera melingkatri tangannya di lengan Kakek Viscout dan membalas, “Ada bagian dari Aurora di sana, Kek.” Tangannya menunjuk foto Haven dan ibu kandungnya.Kepala Kakek Viscout mengangguk. Ia mengembuskan napas berat lalu menatap sisi dinding yang masih kosong.“Semoga akan banyak foto-foto bayi Adorra menghiasi dinding kastil ini.”Harapan Kakek Viscout dibalas anggukan kepala oleh Aurora. Dinding bercat putih itu memang membutuhkan hiasan lebih banyak.Kakek Viscout lalu menoleh pada Aurora. “Kamu
“Apa proposalnya sudah jelas? Ada yang ingin kamu tanyakan?” Vigor membereskan berkas di meja dan menatap Damian.“Kurasa belum ada pertanyaan saat ini.” Damian menandatangani berkas kerjasama dengan bisnis para sahabat Vigor. “Kalian tau resiko berbisnis dengan sahabat, bukan?”“Kami profesional. Tenang saja.”Damian mengangguk. Ia berkata hanya berjaga-jaga saja karena pengkhianatan datangnya bisa jadi dari orang terdekat.Memaklumi kekhawatiran Damian, Vigor mengangguk penuh pengertian. Namun selama ia bersahabat, semuanya terasa mudah bersama mereka.“Bagaimana kalian bertemu?” Damian tampak tertarik dengan Vigor dan para sahabatnya.“Kami satu kampus namun beda jurusan. Saat itu, Zack adalah ketua mahasiswa. Dia lah yang mengumpulkan kami dalam organisasi dan akhirnya kami menjadi akrab.”Kepala Damian mengangguk. “Tetapi, aku cukup heran kalian bisa bersahabat dengan Elvis. Yang aku tau, meskipun ramah, Elvis memiliki pribadi yang tertutup.”Bukan hanya Elvis. Sesungguhnya merek
“Kakek?” Zack menjulurkan kepalanya di pintu ruang kerja Kakek Viscout.Lelaki tua itu mendongakkan kepala dan menatap pintu. Wajahnya yang sejak semula serius kini tersenyum dan mengangguk. Ia mempersilahkan Zack duduk di sofa.“Apa Kakek masih sibuk?” Zack basa-basi bertanya.“Jika Kakek sibuk, sekretaris tidak akan membiarkanmu masuk, bukan? Pasti ada sesuatu yang serius yang ingin kamu bicarakan.”Zack mengangguk. Ia memberikan berkas kerjasama yang harus ditandatangani. Kakek Viscout mengenakan kacamatanya dan mulai membaca.Meskipun lanjut usia, Zack mengamati Kakek Viscout masih bisa bekerja dengan baik. Apalagi, Kakek Viscout memiliki pengalaman yang cukup luas.“Kakek rasa sudah ok semua.” Setelah berkata demikian, lelaki tua itu membubuhkan tandatangannya.Zack menerima berkas kembali. “Terima kasih, Kek. Aku atau Vigor nanti yang akan melaporkan perkembangan bisnis ini.&
“Haven sangat lucu dan menggemaskan saat tidur.” Dengan gemas Zack menciumi putranya.“Sudah! Kau akan membuatnya terbangun.” Aurora mendorong tubuh suaminya agar menjauh dari putra mereka yang telah terlelap.“Tetapi, sungguh. Aku tak tahan untuk tidak menggodanya saat ia tidur begini.”Aurora hanya menggeleng. Setelah Haven melepas susunya, bayi montok itu diletakkan perlahan di ranjang. Zack memastikan CCTV berjalan baik sebelum mereka keluar.Keduanya berjalan ke dapur. Sudah menjadi rutinitas Aurora sehabis menyusui, ia akan makan dan minum susu meski bukan saatnya jam makan. Zack pun melarangnya diet agar ASI untuk Haven tercukupi.“Kalau begini terus, kapan berat badanku normal, ya.” Aurora berkata sambil menikmati makanan yang disiapkan chef kastil.“Bukankah Mommy bilang seiring waktu berjalan, berat badanmu akan dengan sendirinya turun? Apalagi saat ini kamu rajin olahraga.&rdqu
“Hari ini kamu tidak perlu ikut gym, ya.” Aurora yang sedang bersiap untuk senam pemulihan pasca melahirkan berkata pada Zack.Lelaki itu mengerutkan kening. Padahal ia baru saja akan mengenakan pakaian olahraga. Biasanya Zack memang selalu menemani Aurora.“Kamu tidak mau aku temani? Kenapa?” Zack mulai takut Aurora kembali menjauhinya setelah malam pertama mereka setelah melahirkan.“Tak apa. Kamu temani Haven saja.”“Aku bisa membawa Haven ke ruang senam dan kami bisa menemanimu.” Zack bersikeras.Akhirnya, Aurora tidak dapat mencegah lagi. Alasannya memang kurang kuat untuk melarang Zack menemani. Yang ada suaminya itu akan tersinggung dan berpikir yang tidak-tidak.Masuk ke ruang senam lebih dulu, Aurora melihat pelatihnya sudah datang. Wanita muda cantik dan bertubuh sintal itu memakai pakaian senam ketat. Bentuk tubuhnya yang sempurna versi wanita tercetak jelas.“Selamat pagi, Lady Aurora.” Daisy, nama pelatihnya itu menyapa santun.“Pagi.”Aurora melirik Daisy yang tampak men