Zack mengembuskan napas lega saat mereka tiba di parlemen. Ingin protes pada Kakek Viscout karena mengizinkan istrinya menyetir, namun urung ia lakukan. Kakek pasti membela Aurora.“Tenang saja. Biarkan wanita hamil itu bahagia.” Kakek Viscout berbisik seolah tau apa yang ia pikirkan.“Hanya khawatir, Kek. Menyetir itu bisa membuat pengemudi stress. Bayangkan jika Aurora stress dan bisa berpengaruh pada kehamilan.” Zack membalas dengan berbisik pula.“Tapi dia bukan stress malah terlihat bahagia. Mungkin, janinnya laki-laki jadi Aurora senang menyetir dibanding hanya duduk seperti seorang putri.”Bisikan Kakek Viscout sebelum ia menapaki tangga menuju pintu parlemen membuat Zack tersenyum. Para istri sahabatnya juga menduga bayi di dalam kandungan Aurora berjenis kelamin laki-laki.Mereka berpisah di persimpangan. Aurora akan menemani Kakek Viscout menghadiri beberapa pertemuan. Zack berpesan agar istrinya tidak terlalu lelah.Dengan satu tangan masuk ke saku celana panjangnya, Zack b
Zack mondar-mandir di kamar. Matanya sibuk melirik ponsel di tangan berkali-kali. Menunggu memang hal yang mengesalkan."Zack, aku mau dipeluk." Aurora merajuk karena ditinggal tidur sendirian."Oh iya. Aku segera datang." Setengah berlari, Zack mendekat dan langsung naik ke ranjang.Cup. Kecupan singkat diberikan Zack di pipi sang istri. Meski sedang memeluk Aurora, matanya tetap mengamati layar ponsel."Aku yakin Vigor tidak akan meneleponmu malam ini." Aurora berkata dalam dekapan Zack."Dia pasti menelepon.""Kenapa kamu begitu yakin?"Sambil menyeringai, Zack menjawab," Karena kubilang sepupunya yang hamil penasaran dan dia harus menuruti permintaan wanita hamil!""Ya, ampun!" Aurora menggeleng mendengar Zack menggunakan dirinya sebagai alasan.Sudah lewat jam sepuluh malam. Masih belum ada kabar dari Vigor. Aurora mulai memejamkan mata dan bernapas teratur di dalam dekapan Zack.Tangan kiri Zack mengelus perut buncit istrinya, sementara tangan kanan bermain ponsel. Ia tetap bert
Zack dan Aurora menatap pasangan di depan mereka. Vigor berpakaian rapi dengan stelan jas dan Marshella yang mengenakan gaun panjang bertali spaghetti.“Terima kasih atas kedatangannya. Sebenarnya ini acara makan malam dalam rangka ucapan terima kasih pada Uncle Vigor yang telah membantu selama melakukan studi banding di parlemen.” Marshella dengan santun berkata pada Zack dan Aurora.“Karena kalian tidak bisa berduaan, jadi kami diajak?” Aurora tersenyum penuh pengertian saat Marshella mengangguk malu.Sementara Zack harus menahan gelak tawanya karena Marshella memanggil Vigor dengan sebutan ‘Uncle’.“Jadi, tugasmu di parlemen sudah selesai?” Zack akhirnya bertanya.Marshella mengangguk pelan. “Iya. Besok aku akan kembali ke negaramu.”Sepanjang makan malam, Aurora banyak berkomunikasi dengan Marshella. Aurora mengundang Marshella ke kastil, dengan juga sebaliknya.Bahkan, keduanya bertukar cerita tentang keluarga masing-masing. Baik Vigor maupun Zack hanya tersenyum dan sesekali men
Sudah satu bulan Aurora dan Zack berada di kastil. Kini, mereka harus kembali. Aurora berhenti dari kegiatannya mondar-mandir sambil mengelus-elus perutnya.“Kenapa, Sayang? Bayi kastil bergerak lagi?” Zack segera menghampiri istrinya.Aurora tidak menjawab. Ia meraih telapak tangan Zack dan meletakkannya di perut bagian samping. Keduanya saling menatap dan merasakan getaran dari dalam perut Aurora.“Ya Tuhan. Dia aktif sekali. Dan tendangannya lebih keras dari tadi pagi, bukan? Apa ini sakit?” Zack lalu menatap perut Aurora dengan wajah cemas.“Tidak sakit, Zack. Hanya kadang kaget saja.”Tak lama kemudian, gerakan itu mereda dan hilang sama sekali. Zack tetap mengelus perut sang istri beberapa saat sebelum akhirnya kembali membereskan koper mereka.“Kasihan Kakek Viscout yang belum pernah merasakan tendangan bayi kastil. Selalu saja sudah mereda saat ada Kakek.” Aurora bicara pada perutnya.“Akan ada saatnya Kakek bisa merasakannya, Sayang.” Zack bicara sambil mengeluarkan dua koper
Aurora bercerita dengan wajah memberengut. Ia, Alzard dan Mami sampai menunggu hampir dua jam di kantor manager supermarket agar kerumunan yang menunggu Aurora membubarkan diri."Ya, sudah. Yang penting sekarang kalian tidak apa-apa. Apa bayi kastil rewel?" Zack menenangkan sang istri sambil mengelus perutnya."Tidak. Bayi ini pintar. Hanya saja setelah keluar dari supermarket aku lapar sekali hingga menghabiskan dua porsi lasagna."Tetapi, Aurora masih belum puas mengomel. Ia bilang seandainya ada Zack pasti penanganannya lebih cepat. Secara Zack adalah lelaki yang pandai mengamati situasi."Padahal aku mau beli yogurt yang aku suka di sana." Sambil merajuk, Aurora mengadu pada Zack."Nanti aku akan minta Jeff membelinya untukmu, Sayang."Kepala Aurora menggeleng keras. "Aku mau kamu yang belikan.""Aku? Ke supermarket?"Aurora mengangguk."Oke. Besok, ya. Sekarang sudah malam."Wajah Aurora lebih memberengut. Kepalanya menggeleng lalu dengan mata memohon menatap Zack."Aku mau sekar
“Kenapa wajahmu kusut begitu?” Zavian menatap sahabatnya sambil memberikan berkas yang perlu ditandatangani Zack.Sambil membaca berkas kemudian menandatanginya satu persatu, Zack bercerita. Ia baru tau bahwa selama ini ada gosip yang beredar.Pernyataan yang membuat Zack kesal. Sebagian orang berpikir Zack menikahi adik angkatnya karena Aurora adalah seorang bangsawan kaya raya.Zavian menggeleng. Ia mengaku tidak pernah mendengar berita tersebut. Lalu, Zavian menyarankan agar Zack tidak ambil perduli pada kebohongan tersebut.“Aku akan masa bodoh jika Aurora tidak tau berita ini.”“Semoga saja Aurora tidak tau.”“Doamu terlambat. Aurora sudah tau dan kesal sekali.”Menurut cerita Zack, Aurora tak sengaja mendengar percakapan Zack dengan Mami di ruang makan. Di depan Mami, Aurora bersikap biasa saja. Tetapi, kemudian saat berduaan dengan Zack, ia mengeluh dan mengaku sebal.&ldqu
“Hah?” Alzard tercengang, meski dalam hati bersorak senang. “Ka—Kamu melamarku?”Wajah Jenny memerah jambu. “Seharusnya kamu yang melakukannya, bukan? Kenapa lama sekali kau mengatakannya?”Alzard mengabaikan pernyataan Jenny. “Jadi, kau menyukaiku? Sejak kapan?”Jenny tidak berterus-terang. Ia berkata bahwa ia menyukai perhatian Alzard. Merasa nyaman berbincang dan berdua dengan lelaki itu dan juga senang dengan kepribadiannya yang hangat.Terus mengulur waktu, Alzard tersenyum senang. Ia mengucapkan terima kasih atas segala pujian Jenny.Mereka bersantai di cafe. Alzard menolak tawaran Jenny untuk makan karena ia baru saja makan bersama Aurora, Zack dan Zavian.“Apa kamu sudah tau jenis kelamin bayi Aurora?”“Zack dan Aurora memilih tidak mengetahuinya. Mereka akan menerima apa pun jenis kelamin bayi itu.”“Kenapa begitu? Jika sudah ketauan, s
Puas sekali Alzard malam ini. Dalam perjalanan pulang ke kediaman mewah milik Zack, ia tak hentinya tersenyum.Aurora memang tidak sedarah dengannya. Namun begitu, Alzard berpendapat hanya ia yang boleh menjahili adik angkatnya tersebut. Orang lain yang merundung Aurora harus berhadapan dengannya.Tiba di rumah, Alzard menunggu Zack di ruang kerja. Jeff bilang kakaknya itu sudah pulang dan sedang menemani istrinya di kamar. Meski begitu, Alzard tetap meminta Jeff untuk memberitahu Zack bahwa ia menunggunya.“Sebaiknya alasanmu cukup bagus untuk membuatku keluar kamar.” Zack datang sambil mendengus kasar.Alzard berbalik badan. Kakaknya yang tampan itu sudah mengenakan piyama sutra yang Alzard tau senada dengan yang dimiliki Aurora. Tetapi, Alzard juga yakin saat ini, piyama itu sudah tidak cukup untuk perut Aurora.“Kalau mau melamun, silahkan. Aku kembali ke kamar saja.” Zack berancang-ancang akan pergi saat melihat sang adik hanya diam memperhatikan dirinya.“Tunggu, tunggu!” Alzard
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint