"Kakekk." Aurora berjalan cepat menghampiri sang Kakek.Semua wajah langsung terlihat khawatir. Bagaimana tidak? Wanita yang sedang hamil itu masih menggunakan heels dan berjalan cepat.Aurora langsung meminta pulang ke kastil saat Dokter Edwin mengatakan kandungannya sudah aman untuk bepergian dengan pesawat."Jangan buru-buru, Sayang!" Zack langsung mengingatkan istrinya.Namun terlambat, Aurora sudah lebih dulu bergegas mendatangi Kakek Viscout dan memeluknya."Hati-hati, Aurora. Jangan sampai terpeleset, ya." Kakek Viscout dengan bijaksana berkata sambil mengelus rambut panjang Aurora.Lalu, tangan Kakek Viscout mengelus perut cucunya. Tatapannya menjadi terharu. Ia tersenyum bahagia."Cicit Kakek semakin besar, ya."Aurora mengangguk. Kakek Viscout lalu menyalami Zack dan mencium cucu mantunya. Kemudian mereka berkumpul di ruang keluarga."Vigor mana, Kek?""Masih di rumah orang tuanya. Katanya agak siang baru ke sini.""Biar aku saja yang mengabari Vigor kalau kami sudah di kast
Zack mengembuskan napas lega saat mereka tiba di parlemen. Ingin protes pada Kakek Viscout karena mengizinkan istrinya menyetir, namun urung ia lakukan. Kakek pasti membela Aurora.“Tenang saja. Biarkan wanita hamil itu bahagia.” Kakek Viscout berbisik seolah tau apa yang ia pikirkan.“Hanya khawatir, Kek. Menyetir itu bisa membuat pengemudi stress. Bayangkan jika Aurora stress dan bisa berpengaruh pada kehamilan.” Zack membalas dengan berbisik pula.“Tapi dia bukan stress malah terlihat bahagia. Mungkin, janinnya laki-laki jadi Aurora senang menyetir dibanding hanya duduk seperti seorang putri.”Bisikan Kakek Viscout sebelum ia menapaki tangga menuju pintu parlemen membuat Zack tersenyum. Para istri sahabatnya juga menduga bayi di dalam kandungan Aurora berjenis kelamin laki-laki.Mereka berpisah di persimpangan. Aurora akan menemani Kakek Viscout menghadiri beberapa pertemuan. Zack berpesan agar istrinya tidak terlalu lelah.Dengan satu tangan masuk ke saku celana panjangnya, Zack b
Zack mondar-mandir di kamar. Matanya sibuk melirik ponsel di tangan berkali-kali. Menunggu memang hal yang mengesalkan."Zack, aku mau dipeluk." Aurora merajuk karena ditinggal tidur sendirian."Oh iya. Aku segera datang." Setengah berlari, Zack mendekat dan langsung naik ke ranjang.Cup. Kecupan singkat diberikan Zack di pipi sang istri. Meski sedang memeluk Aurora, matanya tetap mengamati layar ponsel."Aku yakin Vigor tidak akan meneleponmu malam ini." Aurora berkata dalam dekapan Zack."Dia pasti menelepon.""Kenapa kamu begitu yakin?"Sambil menyeringai, Zack menjawab," Karena kubilang sepupunya yang hamil penasaran dan dia harus menuruti permintaan wanita hamil!""Ya, ampun!" Aurora menggeleng mendengar Zack menggunakan dirinya sebagai alasan.Sudah lewat jam sepuluh malam. Masih belum ada kabar dari Vigor. Aurora mulai memejamkan mata dan bernapas teratur di dalam dekapan Zack.Tangan kiri Zack mengelus perut buncit istrinya, sementara tangan kanan bermain ponsel. Ia tetap bert
Zack dan Aurora menatap pasangan di depan mereka. Vigor berpakaian rapi dengan stelan jas dan Marshella yang mengenakan gaun panjang bertali spaghetti.“Terima kasih atas kedatangannya. Sebenarnya ini acara makan malam dalam rangka ucapan terima kasih pada Uncle Vigor yang telah membantu selama melakukan studi banding di parlemen.” Marshella dengan santun berkata pada Zack dan Aurora.“Karena kalian tidak bisa berduaan, jadi kami diajak?” Aurora tersenyum penuh pengertian saat Marshella mengangguk malu.Sementara Zack harus menahan gelak tawanya karena Marshella memanggil Vigor dengan sebutan ‘Uncle’.“Jadi, tugasmu di parlemen sudah selesai?” Zack akhirnya bertanya.Marshella mengangguk pelan. “Iya. Besok aku akan kembali ke negaramu.”Sepanjang makan malam, Aurora banyak berkomunikasi dengan Marshella. Aurora mengundang Marshella ke kastil, dengan juga sebaliknya.Bahkan, keduanya bertukar cerita tentang keluarga masing-masing. Baik Vigor maupun Zack hanya tersenyum dan sesekali men
Sudah satu bulan Aurora dan Zack berada di kastil. Kini, mereka harus kembali. Aurora berhenti dari kegiatannya mondar-mandir sambil mengelus-elus perutnya.“Kenapa, Sayang? Bayi kastil bergerak lagi?” Zack segera menghampiri istrinya.Aurora tidak menjawab. Ia meraih telapak tangan Zack dan meletakkannya di perut bagian samping. Keduanya saling menatap dan merasakan getaran dari dalam perut Aurora.“Ya Tuhan. Dia aktif sekali. Dan tendangannya lebih keras dari tadi pagi, bukan? Apa ini sakit?” Zack lalu menatap perut Aurora dengan wajah cemas.“Tidak sakit, Zack. Hanya kadang kaget saja.”Tak lama kemudian, gerakan itu mereda dan hilang sama sekali. Zack tetap mengelus perut sang istri beberapa saat sebelum akhirnya kembali membereskan koper mereka.“Kasihan Kakek Viscout yang belum pernah merasakan tendangan bayi kastil. Selalu saja sudah mereda saat ada Kakek.” Aurora bicara pada perutnya.“Akan ada saatnya Kakek bisa merasakannya, Sayang.” Zack bicara sambil mengeluarkan dua koper
Aurora bercerita dengan wajah memberengut. Ia, Alzard dan Mami sampai menunggu hampir dua jam di kantor manager supermarket agar kerumunan yang menunggu Aurora membubarkan diri."Ya, sudah. Yang penting sekarang kalian tidak apa-apa. Apa bayi kastil rewel?" Zack menenangkan sang istri sambil mengelus perutnya."Tidak. Bayi ini pintar. Hanya saja setelah keluar dari supermarket aku lapar sekali hingga menghabiskan dua porsi lasagna."Tetapi, Aurora masih belum puas mengomel. Ia bilang seandainya ada Zack pasti penanganannya lebih cepat. Secara Zack adalah lelaki yang pandai mengamati situasi."Padahal aku mau beli yogurt yang aku suka di sana." Sambil merajuk, Aurora mengadu pada Zack."Nanti aku akan minta Jeff membelinya untukmu, Sayang."Kepala Aurora menggeleng keras. "Aku mau kamu yang belikan.""Aku? Ke supermarket?"Aurora mengangguk."Oke. Besok, ya. Sekarang sudah malam."Wajah Aurora lebih memberengut. Kepalanya menggeleng lalu dengan mata memohon menatap Zack."Aku mau sekar
“Kenapa wajahmu kusut begitu?” Zavian menatap sahabatnya sambil memberikan berkas yang perlu ditandatangani Zack.Sambil membaca berkas kemudian menandatanginya satu persatu, Zack bercerita. Ia baru tau bahwa selama ini ada gosip yang beredar.Pernyataan yang membuat Zack kesal. Sebagian orang berpikir Zack menikahi adik angkatnya karena Aurora adalah seorang bangsawan kaya raya.Zavian menggeleng. Ia mengaku tidak pernah mendengar berita tersebut. Lalu, Zavian menyarankan agar Zack tidak ambil perduli pada kebohongan tersebut.“Aku akan masa bodoh jika Aurora tidak tau berita ini.”“Semoga saja Aurora tidak tau.”“Doamu terlambat. Aurora sudah tau dan kesal sekali.”Menurut cerita Zack, Aurora tak sengaja mendengar percakapan Zack dengan Mami di ruang makan. Di depan Mami, Aurora bersikap biasa saja. Tetapi, kemudian saat berduaan dengan Zack, ia mengeluh dan mengaku sebal.&ldqu
“Hah?” Alzard tercengang, meski dalam hati bersorak senang. “Ka—Kamu melamarku?”Wajah Jenny memerah jambu. “Seharusnya kamu yang melakukannya, bukan? Kenapa lama sekali kau mengatakannya?”Alzard mengabaikan pernyataan Jenny. “Jadi, kau menyukaiku? Sejak kapan?”Jenny tidak berterus-terang. Ia berkata bahwa ia menyukai perhatian Alzard. Merasa nyaman berbincang dan berdua dengan lelaki itu dan juga senang dengan kepribadiannya yang hangat.Terus mengulur waktu, Alzard tersenyum senang. Ia mengucapkan terima kasih atas segala pujian Jenny.Mereka bersantai di cafe. Alzard menolak tawaran Jenny untuk makan karena ia baru saja makan bersama Aurora, Zack dan Zavian.“Apa kamu sudah tau jenis kelamin bayi Aurora?”“Zack dan Aurora memilih tidak mengetahuinya. Mereka akan menerima apa pun jenis kelamin bayi itu.”“Kenapa begitu? Jika sudah ketauan, s