Aurora mengelus-elus perutnya dengan air mata berlinang. Zack lebih panik lagi. Ia sempat akan pingsan namun berhasil menguatkan diri.Tiba di rumah sakit, Aurora langsung di bawa ke ruang gawat darurat. Dokter Edwin terlihat berlari dan langsung mengenakan sarung tangan karet dibantu seorang suster.Zack duduk di luar ruangan. Menutup wajahnya dengan kedua tangan. berusaha mengatur napas walau sangat sulit dilakukan. Kini, air matanya tidak bisa lagi ia tahan untuk tidak keluar.“Bagaimana Aurora?” Dokter Edwin mulai menggerakkan alat USG.“Sakit. Kram. Kencang. Sulit bernapas.”Dokter Edwin mengucapkan beberapa kalimat perintah. Aurora segera diinfus. Perutnya dipasangi alat deteksi jantung bayi.Zack dipanggil ke dalam ruangan. Tangannya langsung bertemu dengan tangan Aurora yang terasa lemas. Aurora mendapat kecupan dalam dari sang suami.Meski setengah tidur, Aurora masih mendengar Dokter Edwin berkata bahwa Aurora mengalami kontraksi karena bayi di dalam kandungannya sangat akti
"Kenapa tiba-tiba kamu ingin melahirkan di sini, Aurora? Kami sampai kaget mendengar berita ini." Vigor menatap Aurora dan Zack bergantian."Sebenarnya aku sudah memikirkan ini sejak kandunganku memasuki usia enam bulan. Hanya alasan sentimentil sebenarnya."Semua menatap Aurora yang mengelus perutnya sambil tersenyum."Aku tidak lahir di kastil." Aurora mengembuskan napas panjang sambil menatap sekelilingnya. "Terus-terang, tempat ini masih asing bagiku.""Semoga dengan lahir di sini, bayi kastil akan merasa memiliki tempat ini. Tempat leluhurnya tinggal."Ucapan Aurora membuat semua yang mendengar terharu. Terutama Kakek Viscout. Cucunya ternyata memikirkan sampai sejauh itu.***June tetap bersikeras membuat pesta pengumuman jenis kelamin. Ia bersama Alzard sangat kompak dalam merancang pesta tersebut.Dengan senang hati, Kakek Viscout menyiapkan tempat dan makanan sementara dekorasi didesain khusus oleh June."Wuiihh cantik dan tampan sekali." June bertepuk tangan menatap Aurora d
Pesta usai untuk memberi waktu bagi Aurora untuk beristirahat. Meski begitu, kakek Viscout masih membuka kastil untuk para tamu. Bahkan makanan tak hentinya datang sebagai suguhan yang membuat semua merasa betah.“Nanti malam akan ada pesta kembang api. Istirahatlah dulu.” June mengedipkan matanya pada Aurora dan Zack.Zack menggeleng samar. Lagi-lagi, ia harus berbasa-basi nanti malam. Namun melihat Aurora tampak bahagia dan antusias, Zack akhirnya tersenyum dan ikut mengucapkan terima kasih pada June.“Gender reveal rancanganmu sukses. Kuenya bagus dan enak banget. Kamu pintar sekali memilihnya.” Aurora memuji kerja June.“Alzard banyak membantu.” June mengendik pada adik Zack yang masih mengobrol dengan para sahabat Zack.“Kalian memang cocok. Sama-sama iseng!”Kepala Aurora mengangguk menyetujui pernyataan Zack. June hanya terkekeh, lalu kembali mengusir Aurora.“Sudah, sana. Masuk kamar. Rendam kakimu dengan air dingin. Walaupun sepatu heels pilihanku nyaman untuk wanita hamil te
“Sejak kapan?” Zack berdiri di depan alzard dan June yang duduk bersebelahan.Semua terkejut saat June memekik senang, sedangkan Alzard berlutut di depannya. Aurora dan Zack bahkan tidak bertepuk tangan saking kagetnya melihat pemandangan tersebut.Zack menyeret keduanya masuk ke dalam kastil. Kini menginterogasi adik dan sahabat istrinya sambil mondar-mandir di depan mereka.“Aku sering berbincang dengan June mengenai Jenny. Lama-kelamaan kami bertemu, jalan bersama dan akhirnya nyaman.” Alzard tersenyum menatap June.Aurora terheran sendiri. Kenapa ia sampai tidak sadar pada hubungan keduanya. Padahal ia sering mendengar June bercerita bahwa sahabatnya itu ada janji temu dengan Alzard.“Kenapa kamu nggak cerita padaku, June?” Aurora tampak sedih.“Kamu tidak bertanya. Lagipula aku tidak mau merusak kebahagiaanmu saat hamil begini.” June memberikan alasannya.“Tak apa, Adik Cantik. Yang penting, sekarang kalian semua sudah tau.”Tak lama kemudian Mami Clara dan Kakek Viscout masuk. M
“Bukankah akan lebih stress jika kau mencari tau lebih banyak?” Vigor memperhatikan Zack yang sedang membaca buku-buku mengenai kelahiran.Bahkan di meja kerja sahabatnya itu bukan hanya ada satu-dua buku. Setumpuk buku dengan penulis yang berbeda kini menghiasi mejanya.“Paling tidak aku mempersiapkan diri pada kemungkinan yang akan terjadi.”“Yang terjadi adalah akan banyak darah. Bahkan bayimu keluar dengan berlumuran darah. Itu yang harus kau siapkan secara kau takut darah!” Vigor mengingatkan sang sahabat.“Sial, kau! Aku jadi membayangkan yang tidak-tidak!” Zack mengumpat kesal.“Ingatlah saat kau membuat Aurora berdarah di malam pertama. Kau malah menikmatinya, kan?”“Pergi kau dari sini. Sama sekali tidak membantu!” Zack dengan wajah merah mengusir sahabatnya.Vigor malah tergelak. Baru kali ini ia melihat Zack sangat tegang karena akan menghadapi detik-detik kelahiran sang buah hati ke dunia. Drama menjelang kelahiran yang dibuatnya tidak selesai-selesai.“Aku hanya ingin men
Zack baru saja keluar dari ruangan dengan Dokter Edwin. Raut wajahnya sudah lebih tenang. Namun, begitu melihat Aurora kembali dengan dipapah suster, kepanikan kembali melanda.“Sayang? Kenapa?”Aurora tidak menjawab. Suster yang langsung bicara dengan Dokter Edwin. Dengan sigap meminta Aurora dibawa ke ruang bersalin.“Ini … istriku mau melahirkan? Sekarang?” Suara Zack bergetar saat membimbing sang istri berjalan.“Kita periksa dulu, ya. Menurut suster, Nyonya Aurora merasa ada sesuatu yang keluar dari genitalianya.” Dokter Edwin bersiap menggunakan sarung tangan karet.“Geni apa? Apa itu?” Zack kebingungan sementara suster mengambil alih Aurora dan membantunya tidur di ranjang hidrolik.Dokter Edwin menjelaskan bahwa kemungkinan Aurora merasakan ada lender yang keluar dari alat kelaminnya. Namun perlu diperiksa lebih dalam untuk memastikan.Zack terpaku di tempat. Ia melihat dengan mata kepalanya bagaimana kaki-kaki istrinya sudah terbuka lebar di depan dokter. Saat tangan dokter b
"Selamat! Bayinya laki-laki. Sehat dan sempurna fisiknya."Tepat jam satu malam, Aurora melahirkan bayi lelaki yang menangis sangat kencang. Berat Dan tinggi tubuhnya cukup besar dan panjang untuk ukuran seorang bayi yang baru lahir. Kulitnya yang merah semakin merah karena jerit tangisnya.Drama persalinan yang membuat Zack muntah-muntah sebanyak tiga kali dan pingsan saat Aurora mencoba mengejan akhirnya berakhir. Aurora dengan lemas mengamati Zack yang sedang dibimbing memotong tali pusar.“Kamu mengagumkan, Sayang. Hebat. Bayi kastil sempurna.’'Zack kini membungkuk di samping tubuh istrinya yang tersenyum."Syukurlah kamu juga berhasil menyaksikan kelahiran bayi kastil, meski Banyak dramanya.""Maafkan. Aku sangat khawatir karena membuatmu kesakitan begini." Tangan Zack mengelus rambut Aurora yang lepek oleh keringat."Memang seperti itu wanita melahirkan." Aurora tersenyum lega karena kelahiran anak pertama mereka cukup lancarSuster meletakkan bayi merah di atas dada Aurora. Mul
Zack terdiam mendengar pertanyaan Aurora. Matanya menatap intens bayi kastil. Lalu tiba-tiba terkekeh melihat bayi itu tersentak sedikit, entah kaget karena apa.“Terus-terang saja, setelah melihat bayi kastil, aku jadi ingin mencari nama lain yang lebih bagus. Aku belum menemukan yang sesuai. Kamu ada ide?” Zack menoleh pada Aurora.“Hmm ... aku hanya ingin menambah unsur nama keluarga Kakek Viscout pada nama bayi kita. Selebihnya terserah kamu.”Kepala Zack mengangguk. “Ok. Beri aku waktu satu minggu.”“Hah? Satu minggu? Kok lama sekali?”Lelaki tampan di samping Aurora beralasan bahwa nama seorang anak akan diibawa seumur hidup. Ia ingin nama itu memiliki makna khusus dan baik. Itu sebabnya ia tidak ingin terburu-buru.Kekehan kecil keluar dari tenggorokan Aurora. Lama-kelamaan ia mulai mengantuk. Aurora memejamkan mata dan menikmati belaian tangan suaminya hingga ia tertidur pulas.Rasanya baru sebentar Aurora dan Zack tidur. Mereka terbangun oleh tangisan bayi. Zack yang langsung