Pesta usai untuk memberi waktu bagi Aurora untuk beristirahat. Meski begitu, kakek Viscout masih membuka kastil untuk para tamu. Bahkan makanan tak hentinya datang sebagai suguhan yang membuat semua merasa betah.“Nanti malam akan ada pesta kembang api. Istirahatlah dulu.” June mengedipkan matanya pada Aurora dan Zack.Zack menggeleng samar. Lagi-lagi, ia harus berbasa-basi nanti malam. Namun melihat Aurora tampak bahagia dan antusias, Zack akhirnya tersenyum dan ikut mengucapkan terima kasih pada June.“Gender reveal rancanganmu sukses. Kuenya bagus dan enak banget. Kamu pintar sekali memilihnya.” Aurora memuji kerja June.“Alzard banyak membantu.” June mengendik pada adik Zack yang masih mengobrol dengan para sahabat Zack.“Kalian memang cocok. Sama-sama iseng!”Kepala Aurora mengangguk menyetujui pernyataan Zack. June hanya terkekeh, lalu kembali mengusir Aurora.“Sudah, sana. Masuk kamar. Rendam kakimu dengan air dingin. Walaupun sepatu heels pilihanku nyaman untuk wanita hamil te
“Sejak kapan?” Zack berdiri di depan alzard dan June yang duduk bersebelahan.Semua terkejut saat June memekik senang, sedangkan Alzard berlutut di depannya. Aurora dan Zack bahkan tidak bertepuk tangan saking kagetnya melihat pemandangan tersebut.Zack menyeret keduanya masuk ke dalam kastil. Kini menginterogasi adik dan sahabat istrinya sambil mondar-mandir di depan mereka.“Aku sering berbincang dengan June mengenai Jenny. Lama-kelamaan kami bertemu, jalan bersama dan akhirnya nyaman.” Alzard tersenyum menatap June.Aurora terheran sendiri. Kenapa ia sampai tidak sadar pada hubungan keduanya. Padahal ia sering mendengar June bercerita bahwa sahabatnya itu ada janji temu dengan Alzard.“Kenapa kamu nggak cerita padaku, June?” Aurora tampak sedih.“Kamu tidak bertanya. Lagipula aku tidak mau merusak kebahagiaanmu saat hamil begini.” June memberikan alasannya.“Tak apa, Adik Cantik. Yang penting, sekarang kalian semua sudah tau.”Tak lama kemudian Mami Clara dan Kakek Viscout masuk. M
“Bukankah akan lebih stress jika kau mencari tau lebih banyak?” Vigor memperhatikan Zack yang sedang membaca buku-buku mengenai kelahiran.Bahkan di meja kerja sahabatnya itu bukan hanya ada satu-dua buku. Setumpuk buku dengan penulis yang berbeda kini menghiasi mejanya.“Paling tidak aku mempersiapkan diri pada kemungkinan yang akan terjadi.”“Yang terjadi adalah akan banyak darah. Bahkan bayimu keluar dengan berlumuran darah. Itu yang harus kau siapkan secara kau takut darah!” Vigor mengingatkan sang sahabat.“Sial, kau! Aku jadi membayangkan yang tidak-tidak!” Zack mengumpat kesal.“Ingatlah saat kau membuat Aurora berdarah di malam pertama. Kau malah menikmatinya, kan?”“Pergi kau dari sini. Sama sekali tidak membantu!” Zack dengan wajah merah mengusir sahabatnya.Vigor malah tergelak. Baru kali ini ia melihat Zack sangat tegang karena akan menghadapi detik-detik kelahiran sang buah hati ke dunia. Drama menjelang kelahiran yang dibuatnya tidak selesai-selesai.“Aku hanya ingin men
Zack baru saja keluar dari ruangan dengan Dokter Edwin. Raut wajahnya sudah lebih tenang. Namun, begitu melihat Aurora kembali dengan dipapah suster, kepanikan kembali melanda.“Sayang? Kenapa?”Aurora tidak menjawab. Suster yang langsung bicara dengan Dokter Edwin. Dengan sigap meminta Aurora dibawa ke ruang bersalin.“Ini … istriku mau melahirkan? Sekarang?” Suara Zack bergetar saat membimbing sang istri berjalan.“Kita periksa dulu, ya. Menurut suster, Nyonya Aurora merasa ada sesuatu yang keluar dari genitalianya.” Dokter Edwin bersiap menggunakan sarung tangan karet.“Geni apa? Apa itu?” Zack kebingungan sementara suster mengambil alih Aurora dan membantunya tidur di ranjang hidrolik.Dokter Edwin menjelaskan bahwa kemungkinan Aurora merasakan ada lender yang keluar dari alat kelaminnya. Namun perlu diperiksa lebih dalam untuk memastikan.Zack terpaku di tempat. Ia melihat dengan mata kepalanya bagaimana kaki-kaki istrinya sudah terbuka lebar di depan dokter. Saat tangan dokter b
"Selamat! Bayinya laki-laki. Sehat dan sempurna fisiknya."Tepat jam satu malam, Aurora melahirkan bayi lelaki yang menangis sangat kencang. Berat Dan tinggi tubuhnya cukup besar dan panjang untuk ukuran seorang bayi yang baru lahir. Kulitnya yang merah semakin merah karena jerit tangisnya.Drama persalinan yang membuat Zack muntah-muntah sebanyak tiga kali dan pingsan saat Aurora mencoba mengejan akhirnya berakhir. Aurora dengan lemas mengamati Zack yang sedang dibimbing memotong tali pusar.“Kamu mengagumkan, Sayang. Hebat. Bayi kastil sempurna.’'Zack kini membungkuk di samping tubuh istrinya yang tersenyum."Syukurlah kamu juga berhasil menyaksikan kelahiran bayi kastil, meski Banyak dramanya.""Maafkan. Aku sangat khawatir karena membuatmu kesakitan begini." Tangan Zack mengelus rambut Aurora yang lepek oleh keringat."Memang seperti itu wanita melahirkan." Aurora tersenyum lega karena kelahiran anak pertama mereka cukup lancarSuster meletakkan bayi merah di atas dada Aurora. Mul
Zack terdiam mendengar pertanyaan Aurora. Matanya menatap intens bayi kastil. Lalu tiba-tiba terkekeh melihat bayi itu tersentak sedikit, entah kaget karena apa.“Terus-terang saja, setelah melihat bayi kastil, aku jadi ingin mencari nama lain yang lebih bagus. Aku belum menemukan yang sesuai. Kamu ada ide?” Zack menoleh pada Aurora.“Hmm ... aku hanya ingin menambah unsur nama keluarga Kakek Viscout pada nama bayi kita. Selebihnya terserah kamu.”Kepala Zack mengangguk. “Ok. Beri aku waktu satu minggu.”“Hah? Satu minggu? Kok lama sekali?”Lelaki tampan di samping Aurora beralasan bahwa nama seorang anak akan diibawa seumur hidup. Ia ingin nama itu memiliki makna khusus dan baik. Itu sebabnya ia tidak ingin terburu-buru.Kekehan kecil keluar dari tenggorokan Aurora. Lama-kelamaan ia mulai mengantuk. Aurora memejamkan mata dan menikmati belaian tangan suaminya hingga ia tertidur pulas.Rasanya baru sebentar Aurora dan Zack tidur. Mereka terbangun oleh tangisan bayi. Zack yang langsung
“Kenapa, Sayang? Kamu kesal pada Zack?” Clara mengamati Aurora.Seharian Zack berusaha mencari tau kenapa Aurora tampak selalu menghindarinya. Lelaki itu tak tahan untuk tidak mengadu pada Clara. Hingga akhirnya Clara menghampiri Aurora.“Tidak, Mi. Bukan salah Zack, kok.”“Lalu? Kalau bukan karena Zack, kenapa kamu mendiamkannya?”“Hmmm ... mungkin salah Zack. Tadi pagi,aku sempat kesal karena Zack memaksa ingin mandi bersamaku.”Clara tersenyum penuh arti. “Bukankah selama ini kalian memang begitu?”Kali ini Aurora menggeleng dan berkata bahwa ia ingin sendiri. Aurora bicara sambil sibuk membereskan perlengkapan bayi. Clara pun merasa ada yang aneh pada menantunya ini.Clara menarik pelan tangan Aurora untuk mengikutinya duduk di sofa. Tangan wanita setengah baya itu mengelus rambut Aurora yang telah dipotong di atas bahu. Rambut panjangnya memang sempat rontok saat hamil.“Aurora, Mami tidak akan membela Zack jika ia salah. Tetapi, saat ini Zack sangat khawatir dan merasa bingung p
Hingga seminggu setelah pembicaraan tentang keresahan hati Aurora, wanita itu tetap tidak mau Zack mendekatinya. Meski telah berusaha, Zack akhirnya menurut. Ia mundur perlahan walau tetap memantau sang istri.“Sayang, aku akan menamakan bayi kastil sedang tidur. Apa kamu mau pergi sebentar?” Zack menawarkan istrinya yang sedang membaca buku.“Ke mana?”“Terserah kamu. Mungkin kamu bosan di kastil terus. Kamu bisa menyetir dan kita pergi ke kedai es krim yang kamu suka, Lalu, ke supermarket membeli makanan ringan. Bagaimana?”Aurora berpikir sejenak. Sudah hampir satu bulan ia memang hanya berada di kastil saja. Kalaupun keluar, ia hanya berkeliling taman.“Tidak apa-apa? Kalau bayi kastil mau menyusu?”“Kita hanya pergi sebentar, Mungkin tidak sampai dua jam. Lagipula suster bisa memberi bayi kita ASI simpananmu, bukan?”Keluarga terlihat senang mendengar Aurora akan keluar. Kakek Viscout dan Alzard bahkan keluar dari ruang kerja untuk memberi Aurora pelukan semangat.“Mami akan ikut
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint