Nadia berjalan lemas memasuki kamar, gadis itu meringkuk di atas ranjang dengan tubuh bergetar.
Dia sudah biasa dibentak Mella, tetapi baru bentakan Darren yang terdengar sangat menyakitkan. Nadia memeluk tubuhnya yang terus bergetar, malam ini gadis itu tidak bisa tidur nyenyak. Pagi menjelang... Darren menuju unit apartemen Nadia, dia menunggu di depan pintu seperti biasa. Namun, adik iparnya tidak kunjung keluar. "Apa dia sudah berangkat?" gumam pria itu saat menyadari sudah tiga puluh menit lamanya dia berdiri di sana. Darren kembali mengecek rekaman CCTV, jantungnya hampir merosot saat mendapati Nadia yang masih meringkuk di atas kasur, tubuh mungil itu dibungkus selimut tebal. "Astaga!" Darren segera mengeluarkan kartu akses miliknya, dia menempelkan di pintu unit dan sedetik kemudian pintu itu terbuka. Langkah kakinya langsung menuju kamar Nadia, degup jantungnya bertaluNadia membuka mata dan langsung bingung saat mendapati dirinya ada di rumah sakit. Gadis itu menoleh, saat itu juga keterkejutannya bertambah saat melihat Darren menyandarkan kepala di ranjangnya.Kedua mata elang itu terpejam, bulu mata lentik nya tidak bergerak menandakan sang empunya terlalu pulas dalam buaian mimpi. Nadia mengurungkan niatnya untuk bergerak, gadis itu memilih diam saja, takut mengganggu tidur kakak iparnya. Namun, tanpa sengaja tangannya bergerak menyenggol lengan Darren dan membuat pria itu membuka mata. Darren membelalakkan kedua netranya dan langsung memencet tombol untuk memanggil dokter saat tahu Nadia sudah sadar."Tunggu sebentar ya, Nad. Dokter akan segera sampai dan memeriksa kamu, semoga kondisimu sudah baik-baik saja," kata Darren dengan suara lembutnya. Nadia hanya bisa mengangguk tanpa mampu menjawab apa-apa. Jujur saja dia masih takut dengan kakak iparnya itu, dalam hati ada rasa bersalah karena sudah terlalu m
Darren yang membaca pesan dari orang suruhannya itu pun langsung teringat pada penggalan video yang belum dia upload selama dua hari ini."Kamu semakin berani saja, Tan. Sekarang biar aku tunjukkan apa itu arti keberanian yang sesungguhnya," gumam Darren dengan penuh emosi.Video kali ini lebih banyak menunjukkan d3s4h5n Tania, ada beberapa part yang menampilkan wajah wanita itu. Meskipun hanya samar, tetapi jika orang yang pernah bertemu dengan Tania pasti akan langsung tahu."Kamu bermain dengan pria lain saat tidak ada aku di sana, maka aku juga bermain-main di sini," gumamnya.Tidak lama kemudian perawat datang membawa troli makanan untuk Nadia. Ingin sekali dia ikut masuk dan menyuapi adik iparnya itu, tetapi takut kalau kembali mendapatkan penolakan."Aku biarkan Nadia merenangkan diri dulu, mungkin dia masih kesal karena aku bentak semalam," ucapnya sambil mengawasi Nadia dari kaca yang terdapat di pintu ruang rawat.Darre
Tania bangun dan langsung melihat ponselnya, layarnya menunjukkan pukul dua belas siang. Sementara Raka masih m3m3lukny4 dengan mata terpejam.Tangannya mengelus lembut pipi selingkuhannya itu, kemudian melabuhkan k3cup4n basah di kening.Selanjutnya Tania memutuskan untuk berselancar di media sosialnya sambil menunggu Raka bangun, tanpa diduga dia kembali menemukan penggalan videonya bersama Raka tersebar . "Ti-Tidak mungkin," gumamnya dengan suara bergetar saat melihat wajahnya terpampang di kamera. "Kenapa orang itu juga menunjukkan wajahku?!"Tania lekas membangunkan Raka dengan kasar, pria itu berdecak kesal seraya menatap Tania dengan pandangan menukik tajam. "Aku masih ngantuk, Tan!" sentaknya."Nanti lagi tidurnya, ini ada yang lebih penting," kata Tania seraya menyerahkan ponselnya. Pria itu melihat ponsel dengan malas, tetapi sejurus kemudian bola matanya melotot keluar saat mendapati penggalan video syur m
"Tolong lindungi aku, Bu. Jangan katakan ini kepada siapa-siapa, apalagi sampai Ayah tahu," bisik Tania.Mella diam terpaku, bingung harus menjawab apa. Mana mungkin dia tega melihat putrinya disalahkan orang lain? Mau bagaimanapun, dia akan tetap membela Tania."Kamu tenang saja, Tan. Ibu akan menjaga rahasia ini dan menutupi kesalahanmu. Sekarang kamu harus tenangkan diri, jangan sampai kamu stress dan mempengaruhi kandunganmu," bisik Mella.Tania mengangguk dan kembali memeluk ibunya, setidaknya masih ada rasa aman yang bisa menjamin keselamatannya barang sesaat. "Tunggu, Tan." Mella melepaskan pelukan putrinya. "Lalu anak siapa yang kamu kandung?"Tania menunduk dengan bahu bergetar, kemudian dia menjawab, "aku tidak tahu, Bu. Aku juga ragu ini anaknya Mas Darren atau Raka."Mella tidak kalah terkejut mendengar hal itu. "Ah, ya sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Yang penting kamu harus pastikan kalau Darren mengaku
"Siapa kau bisa seenaknya menyuruhku?!" tanya Darren sambil menaikkan dagunya.Tatapan elang itu membuat tubuh Nadia mengkeret. "Tidak seharusnya seperti ini, Kak. Tidak akan baik membalas kejahatan dengan kejahatan, kita tidak ada bedanya sama mereka."Darren berdecih seraya membuang muka, detik berikutnya kembali menatap Nadia dari atas ke bawah dengan pandangan remeh."Jangan karena aku baik padamu, kau bisa menyuruhku sesukamu. Aku mau melakukan apapun itu bukan urusanmu, Nad," bisik Darren.Dia paling benci ada yang mencoba-coba ikut campur urusannya, sekalipun itu adalah wanita yang disayanginya."Ada cara lain untuk membalas mereka, Kak," ucap Nadia.Darren masih mempertahankan raut datarnya. "Apa?""Kita ... k-kita bisa memaafkan mereka dan membiarkan karma yang bekerja. Karma tidak akan salah tempat, Kak," sahut gadis cantik itu dengan suara lirih. Membuat Darren kembali melepaskan tawa sumbangnya, tan
Seharian ini Darren mengurung dirinya di dalam unit apartemen, pria itu asyik berperang dengan hacker suruhan Steve. Jemarinya menari lincah di atas keyboard, sudah setengah jam lamanya dia mengotak-atik agar virus yang dikirimkan ke dalam komputernya bisa dia kembalikan. "Done!" pekiknya saat sudah berhasil mengembalikan virus itu kepada si pengirim. Data-datanya sudah bisa diakses kembali, dengan cepat Darren mengupload penggalan video dan beberapa foto Raka dan Tania. Pria itu tergelak hebat di dalam unitnya, dirinya sangat puas bahkan hingga bertepuk tangan sendiri saat menyadari virus itu sudah mengobrak-abrik data si pengirim. "Hacker apes mana yang harus berhadapan denganku?" gumam Darren sambil menyeringai puas.Tangannya mengambil secangkir kopi dan menyesapnya, seluruh beban pikiran langsung sirna saat cairan hitam pekat itu memasuki tenggorokannya. Darren sengaja tidak masuk kantor hari ini, tanpa dia tahu di luar
Malam ini Darren kembali melancarkan aksinya menyebar foto dan video yang berdurasi agak panjang dari penggalan sebelumnya, tidak lupa dia memblokir akun media sosial Nadia agar tidak ketahuan. "Sekarang tidak ada lagi tameng yang menghalangiku untuk kembali beraksi," ucapnya.Pria itu menarik napas dalam setelahnya. Bohong kalau hatinya tidak sakit, melihat foto mesra istrinya bersama pria lain, rasanya ingin sekali membumihanguskan dua orang itu. "Lama sekali menunggu dua bulan, aku ingin segera melakukan tes DNA dan mengurus perceraian," gumamnya.Darren bersandar pada sandaran kursi kerjanya dengan mata terpejam, memikirkan apa kekurangannya selama ini hingga Tania harus mencari kepuasan pada pria lain. Padahal Tania yang menginginkan LDR, wanita itu tidak mau diajak ke ibukota dan meyakinkan Darren untuk bekerja sendirian, karena dirinya beralasan harus menjaga ibu dan ayah di rumah.Di tengah lamunan itu, Darren mendenga
PLAKK!"Aaargh ...!" Sebuah tamparan mendarat di pipi Tania membuat Mella menjerit histeri sambil memeluk tubuh putrinya, Toni benar-benar marah atas banyaknya foto yang tersebar di media sosial. "Tania ...!" pekik Mella seraya memeluk tubuh putrinya yang terjerembab ke lantai. Tania memegangi perutnya yang terasa nyeri, tetapi raut wajah kesakitan itu sama sekali tidak mengundang simpati dari Toni."Sekarang kamu mau mengelak apa lagi, Tania?! Foto itu jelas-jelas wajahmu, bahkan di video tersebut Raka menyebut namamu dan juga nama Nadia. Ya Tuhan, Tania ... bagaimana bisa kamu setega ini sama adikmu sendiri?! Padahal Ayah sudah membagi dengan adil kasih sayang kepada kalian, Ayah tidak pernah membeda-bedakan. Bahkan, sering membela kamu dihadapan Nadia. Tapi kamu sangat tega sama anakku!" teriak Toni.Suara isak tangis terdengar bersahutan dari mulut Tania dan Mella, mereka juga terkejut dengan foto-foto yang beredar semakin