Share

76. Benar benar bayiku

Author: ZuniaZuny
last update Last Updated: 2024-07-14 23:50:35
"Apa maksudmu, Bella?"

Mona tak menyangka jika Bella bisa mengancam dirinya setelah apa yang dilakukan untuk membawa sahabatnya itu ke Rumah Sakit.

"Maksudku jelas sekali, Mona. Setelah apa yang kamu lakukan dulu pada Liam, memberikan informasi tentang Alesya. Aku tahu kamu bukanlah wanita yang bisa dipercaya.

"Darimana kamu tahu? Jangan jangan …."

"Ya, akulah dalang dibalik semuanya. Kini Alesya telah pergi untuk selamanya, tak ada lagi pengganggu di hidupku."

"Apa?"

Bagai disambar petir di siang bolong. Ucapan Bella sungguh membuatnya tercengang. "Apakah kamu yang melakukan semua ini, Bella?"

Bella menggeleng, "tentu saja bukan aku. Mana bisa aku membunuh adikku sendiri, hah?!"

Mona berusaha meyakinkan diri, seorang kakak akan selalu ada untuk adiknya, karena kodrat seorang kakak adalah melindungi dan menjaga adik adiknya. "Baiklah kalau begitu, kita pulang saja sekarang."

Mereka memutuskan untuk pulang. Tak butuh waktu lama, Mona dan Bella tiba di kediaman Roderick setelah diberi ta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   77. Mencoba bahagia

    "Aku akan selalu ada untukmu, dalam suka dan duka," ucap Bella sambil menggenggam tangan Liam.Meskipun luka yang ditinggalkan oleh Alesya belum sepenuhnya sembuh, namun Liam kini percaya bahwa hidup ini harus terus berjalan.Seiring waktu yang berlalu, Liam mencoba untuk bangkit dan kembali menjalani hidupnya, meski rasa sakit itu masih terasa.Dua bulan kemudianLiam duduk termenung di tepi jendela kamarnya, menatap langit sore yang mulai memerah. Sudut matanya terasa perih, namun dia menahan air mata yang hampir jatuh. Rasa sakit yang mendera hatinya begitu dalam, tak mampu diungkapkan dengan kata-kata."Alesya," gumam Liam yang masih saja mengingat istri keduanya itu. Liam tak menyangka jika takdir Tuhan akan serumit ini. Jika diingat lagi, dulu Liam membenci Alesya lalu jatuh cinta padanya. Dan disaat rasa cinta itu menggebu gebu, Alesya pergi meninggalkannya.Di lantai dua, Bella merasa ada yang tidak beres dengan kandungannya, rasa sakit yang begitu menusuk hingga tak tertahank

    Last Updated : 2024-07-15
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   78. Stuart mengaku Ayah Angel

    "Kamu?"Lelaki itu mendekati Bella dan Liam. Dengan senyum merekah, memandangi penuh cinta pada bayi Liam. "Apakah kamu yakin dia adalah anakmu, Liam?""Apa maksudmu?" tanya Liam. Dia tampak terkejut mendengar ucapan lelaki bertubuh jangkung di depannya ini."Stuart, apa yang kamu katakan? Tentu saja Angel adalah bayi Liam," cerca Bella.Liam berdiri tegak di depan Stuart, wajahnya merah padam karena marah yang membuncah. Entah apa yang ada di pikiran Stuart hingga berani mengaku sebagai ayah dari bayi perempuan yang baru saja lahir. "Kau harus melakukan tes DNA, Stuart!" teriak Liam dengan suara gemetar, tak mampu menahan amarahnya. Stuart tersenyum, tampak tak terkejut dengan ucapan Liam. Berdiri menantang, hendak berkata lagi namun Liam segera berbalik, tak mau mendengarkan sepatah kata pun dari mulut Stuart."Kau pikir kau bisa saja mengaku sebagai ayah dari Angel? Aku sudah melakukan tes DNA, dan hasilnya menunjukkan bahwa ada kemiripan 99% antara aku dan Angel!" kata Liam sambil

    Last Updated : 2024-07-16
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   79. Apakah hantu?

    "Laporan ini, benar kan Dokter?""Tentu saja, Tuan Liam. Angel memang benar anak kandung Anda," jelas Dokter.Liam tersenyum bahagia, memegang erat laporan tes DNA milik Stuart itu. Kini dia akan fokus menjaga Angel di sisinya. Liam tak sabar memberitahukan hal ini pada Bella. Baru saja beberapa langkah, Liam terhenti saat melihat seorang lelaki di depannya. "Ayah!"Ya, Marco sengaja datang ke Rumah Sakit, menjenguk Bella dan juga cucunya. Meski di dalam hati, Marco menyalahkan Bella atas kematian Alesya, naluri seorang Ayah tak bisa untuk membenci anaknya sendiri."Kamu terlihat bahagia sekali nak," ucap Marco mendekat."Itu …, em, cucu Ayah telah lahir, malaikat kecil yang cantik bagai bidadari. Apakah Ayah sudah melihatnya?"Marco menunduk sekilas. Dia memang menjenguk sebentar tadi lewat pintu yang sedikit terbuka. Ada Bella yang penuh perhatian memberikan susu pada Angel. Bayi itu terlihat sangat rakus mengenyot dot di bibirnya."Ya, aku baru saja melihatnya. Aku juga sudah meliha

    Last Updated : 2024-07-17
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   80. Bayang bayang Alesya

    "Mana ada hantu di siang bolong seperti ini." Liam menggeleng tak percaya atas ucapan Bella. Berniat memastikan apa yang terjadi, Liam membuka pintu mobil."Mau kemana kamu Liam?""Melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kamu disini saja."Liam pergi menjauh dari mobil, mengamati keadaan sekitar. Bella yang melihatnya tiba tiba saja dirinya merinding.Tadi, mobil melaju dengan kecepatan sedang, namun Bella merasa ada yang aneh. Ia merasa ada sosok yang mengikutinya, seolah-olah mengintip dari kegelapan malam. Dia merasa takut, seakan-akan sosok itu ingin menghampirinya. Bella semakin ketakutan, dia yakin sosok itu adalah arwah adiknya, Alesya, yang meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Dia merasa seolah-olah Alesya ingin memberinya pesan atau bahkan menuntut balas.Di dalam mobil, Bella merasa cemas dan gelisah. Ia menggenggam erat bayi perempuannya, dan berbisik pelan, "Alesya, apakah itu kamu? Apa yang kamu inginkan dariku?" Tak ada jawaban, hanya suara angin yang berhemb

    Last Updated : 2024-07-18
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   81. Lavender milikmu

    Diam-diam Bella mengintip dari balik pintu kamar Angel, bayi mereka yang baru berusia belum ada satu minggu. Ia melihat Liam yang sedang menggendong dan mengelus lembut rambut bayi kecil itu sambil berbicara lembut padanya. Liam tersenyum pada Angel, penuh kasih sayang yang tulus. Bella merasa perasaannya teraduk-aduk, menyaksikan seolah Liam benar-benar mencintai Angel, tapi tidak untuk dirinya. Kesalahan yang Bella lakukan memang berat, tapi dia berharap Liam bisa melupakan semuanya dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Namun, Liam belum bisa memaafkannya. Hati Bella terasa sakit dan sesak, tak bisa menahan rasa sedih yang memenuhi pikirannya. Mata mulai berkaca-kaca, menggigit bibirnya untuk menahan isak tangis yang hendak pecah. Bella berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menghadapi kenyataan bahwa suaminya masih menjaga jarak darinya, meski masih bersama dalam satu rumah. Dengan langkah gontai, Bella berjalan pelan menjauhi kamar Angel, menuju kamarnya send

    Last Updated : 2024-07-19
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   82. Pertengkaran berdampak pada anak

    "Alesya."Seberapa kuatnya cinta Liam untuk Alesya, tak akan mampu menghadirkan kembali seorang Alesya. Hal ini membuat Liam putus asa. Sedangkan Bella, dia terus dihantui rasa bersalah terhadap Alesya yang membuatnya seolah olah Alesya meneror hidupnya.Meski mereka mencoba untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain, pada kenyataannya Liam masih belum sepenuhnya bisa mencintai Bella. Semua tanggung jawab diberikan tapi tidak untuk cinta. Mereka tidur terpisah dan tak pernah saling menyentuh satu sama lain.Suatu sore, Bella duduk termangu di tepi jendela, menatap langit yang mulai gelap. Hatinya terasa hampa dan kesepian, menangis dalam diam. Liam, suaminya yang selalu sibuk dan tak pernah menoleh padanya, membuat Bella merasa tak berharga. Ingin rasanya ia merasakan belaian dan manjaan dari lelaki yang dicintainya itu.Dalam keheningan malam, Bella menahan tangis yang menggenang di matanya. "Kenapa Liam terus mengabaikanku?" gumamnya lirih. Ia teringat saat-saat indah ketika

    Last Updated : 2024-07-20
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   83. Lagi dan lagi

    Bella memikirkan ucapan Liam, memang seharusnya dirinya tak egois dan bertengkar dengan Liam. Dia mengangguk setuju, "ya. Kita harus menjadi orang tua yang baik untuk Angel. Mulai sekarang, kita harus lebih sabar dan saling mengerti."Bella berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan berusaha menjaga kebahagiaan keluarga kecil mereka, demi kebahagiaan Angel yang menjadi prioritas utama dalam hidup mereka.Lima tahun kemudian."Papa, Angel bisa menggambar. Lihatlah gambaran Angel!"Anak berusia lima tahun itu menyodorkan kertas putih berukuran A4 dengan coretan pensil yang menghasilkan gambar dua orang dewasa dan dua anak yaitu laki laki dan perempuan. Sontak hal itu membuat Liam terkejut. "Angel gambar siapa ini?""Tentu saja gambaranku," jawab angel mencebikan mulutnya.Liam menggosok kepala Angel, "papa tahu jika ini adalah lukisan buatan tanganmu sayang. Maksud papa adalah siapa laki laki di lukisan ini?" Angel tersenyum manis, membuat siapapun yang melihat anak kecil

    Last Updated : 2024-07-21
  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   84. Wanita itu?!

    "Baiklah, tapi jangan ceritakan hal-hal yang membuat Angel takut, Liam. Kita harus melindungi perasaannya."Ucapan Bella membuat Liam merasa kesal. Bagaimanapun sebagai seorang Ayah, Liam tak akan memberi anaknya yang baru berumur lima tahun itu dengan kalimat kasar ataupun ucapan yang membebani otaknya. Dengan helaan nafas panjang, Liam berbisik pada Angel. "Sayang, apakah kamu mau bermain di taman kota?"Angel berbinar terang, segera setuju atas ajakan dari Ayahnya itu. "Mau Daddy. Aku mau!""Oke. Let's go!"Bella merasa jika suami dan anaknya mengacuhkannya, segera menghadang mereka. "Mau kemana? Ini sudah sore hari. Sebentar lagi, Angel ada les menari dan menyanyi.""Kami hanya pergi sebentar," jawab Liam berlalu melewati Bella tanpa menoleh lagi padanya. Hal itu membuat Bella sungguh murka, berkali kali menghentakkan kaki hingga terasa sakit sendiri.Liam dan Angel berangkat ke taman bermain di tengah kota, meninggalkan Bella yang terus mengomel tentang les Angel dan pekerjaan rum

    Last Updated : 2024-07-22

Latest chapter

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   120. Malam ke-dua, penuh gairah

    Matahari telah tenggelam ketika Liam akhirnya sampai di rumah. Kepenatan terlihat jelas di raut wajahnya setelah lembur panjang di kantor. Namun, ketika ia membuka pintu kamar dan melihat Alesya, istrinya yang cantik, terbaring lelap dalam kedamaian, rasa lelah itu seolah sirna. "Alesya!" Liam duduk di tepi ranjang, menatap lembut wajah yang damai itu. Dengan hati-hati, Liam mengulurkan tangannya, mengelus pipi Alesya dengan penuh kasih. Dia tersenyum, merasa begitu bersyukur memiliki istri secantik dia, meski seharian ini Alesya marah padanya. Ya, Liam mengetahuinya dari Angel dan Devano.Sambil terus memandang, Liam tidak menyadari bahwa gerakan tangannya yang lembut telah membuat Alesya merasa tak nyaman. Tiba-tiba, Alesya membuka matanya, memandang objek yang mengganggunya sedangkan Liam yang terkejut, segera mengalihkan pandangannya."Alesya kenapa kamu bangun? Itu …. Itu, aku tidak bermaksud, em …."Liam bergumam dengan kata-kata yang tidak jelas, mencoba menyembunyikan kebing

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   119. Malam pertama

    "Aku tak sabar untuk memulai kembali malam pertama kita.""Liam!"Liam tersenyum menggoda, pergi ke tempat Marco. Mereka berbisik-bisik, entah membicarakan apa, Alesya tak bisa mendengarnya. Setelahnya, Liam kembali dan memegang tangan Alesya."Liam, apa yang baru saja kamu katakan pada Ayah?""Tidak penting. Ayo kita pergi.""Tapi …."Liam terus menyeret sang istri menuju kamar mereka. Baik Liam maupun Alesya terkejut bukan main saat masuk kamar. Ruangan yang semula rapi itu terlihat acak acakan dengan banyaknya kelopak bunga yang semburat seisi kamar. Ulah siapakah ini? Tentu saja ulah kedua anak mereka. Devano dan Angel, mereka sengaja menyulap kamar Liam yang biasa menjadi luar biasa. Bahkan tempat tidur mereka juga penuh kelopak mawar. Banyak juga balon beterbangan di langit langit kamar dengan berbagai tulisan. "Happy wedding, with love, I love you, making love dan masih banyak kata-kata cinta lainnya."Semua ini pasti ulah Angel dan devano," tebak Liam, mencoba menyingkirkan k

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   118. Pernikahan ulang

    "Ale, apa menurutmu kita harus menikah lagi?""Apa?"Alesya tidak mengerti, mengapa Liam tiba-tiba ingin menikah ulang? Mungkin karena perpisahan yang terlalu lama."Bagaimana, Sayang?""Terserah kamu saja, Liam.""Baiklah aku akan membicarakannya dengan Angel, Devano dan Ayah Marco."Liam tak mau menunggu lebih lama lagi. Dia segera menuruni tangga, menuju lantai bawah, di mana Marco berada. Terlihat jika lelaki yang berstatus mertua itu sedang menonton Televisi sendirian."Ayah, anak-anak sudah tidur?""Sudah.""Apa Ayah ada waktu sebentar?""Tentu saja. Ada perlu apa? Bicaralah!""Terima kasih telah meluangkan waktu sebentar.""Tidak masalah, jika ada yang ingin kamu bicarakan, bicara saja."Liam menghela napas panjang dan mulai berkata, "Baik, Ayah. Seperti yang Ayah tahu, aku dan Alesya telah berpisah selama lima tahun ini. Meskipun kami belum resmi bercerai dan masih dianggap suami istri, aku ingin meminta izin Ayah untuk mengadakan ritual pernikahan kami lagi.""Oh, begitu. Apa

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   117. Menikah lagi?

    Siang itu, langit tampak cerah seolah turut merayakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Liam. Liam dengan langkah gembira mendekati Alesya yang sedang berdiri di samping mobilnya. "Aku datang, Sayang."Liam langsung memeluk Alesya dengan erat, seolah tak ingin melepaskan lagi. "Alesya, kabar baik! Mona akhirnya di penjara," bisik Liam dengan suara yang bergetar, mencampurkan rasa lega dan kebahagiaan.Wajah Alesya yang semula teduh itu berubah menjadi sangat cerah. Senyum lebarnya menghiasi wajah cantiknya, matanya bersinar-sinar menunjukkan kegembiraan yang tak terbendung. "Benarkah, Liam? Ini benar-benar kabar terbaik!" serunya, tidak bisa menyembunyikan antusiasme yang membanjiri hatinya.Liam mengangguk, matanya terpejam sejenak menikmati kehangatan dari orang yang dicintainya. Namun, Liam segera melihat sekitar. "Di mana Angel dan Dev?""Mereka pergi ke taman dengan Ayah Marco, mungkin pulang larut. Katanya akan bersenang-senang.""Wah mereka curang. Kita harus membalasnya.""Memb

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   116. Memberi balasan yang setimpal

    "Ini berkas berkas gugatan dari saya." Liam menggenggam erat berkas-berkas di tangannya, pandangannya tajam tertuju kepada Nyonya Mona yang duduk di sisi ruangan yang berlawanan. Tension di ruangan itu kian terasa ketika Hakim memasuki ruangan dengan wajah serius. Liam berniat menyerahkan berkas itu pada pengadilan."Pak Liam dan Nyonya Mona, saya memutuskan untuk memberi waktu kepada kedua belah pihak untuk mempertimbangkan kembali kasus yang diajukan hari ini," ujar Hakim dengan tegas. "Kita akan melanjutkan sidang esok hari."Liam, yang merasa keadilan harus segera ditegakkan, mendapati kekecewaan mendalam. Dia menatap Mona yang terlihat tenang dan tidak terganggu. Hal itu membuat Liam frustasi membara.Di sisi lain, Mona berusaha menampilkan ekspresi tenang. Namun, matanya sesekali berkedip cepat, menandakan kecemasan yang dia coba sembunyikan.Keduanya berdiri dan meninggalkan ruangan dengan langkah yang berat, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri tentang bagaiman

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   115. Akhirnya ....

    "Bagaimana, Hakim?""Diperbolehkan."Mata Angel terlihat berkaca-kaca saat dia berdiri di depan ruangan persidangan yang penuh sesak. Suara kecilnya bergetar, namun penuh tekad saat dia mulai berbicara. "Yang Mulia, saya ingin tinggal bersama ayah saya, Liam," ujarnya, menatap hakim dengan mata yang memohon.Liam, yang duduk di bangku belakang, memperhatikan putrinya dengan penuh kebanggaan dan sedikit kekhawatiran. Wajahnya yang biasanya tenang, kini tampak tegang."Sejak saya masih bayi, hanya ayah yang selalu ada untuk saya. Ayah yang mengajari saya berjalan, ayah yang selalu menyembuhkan luka saya," lanjut Angel, suaranya semakin mantap. Ruangan itu terdiam, semua mata tertuju padanya.Dia mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Ibu saya, Bella, dia... dia sudah meninggal. Tapi sebenarnya, sejak saya masih kecil, dia jarang ada untuk saya. Saya tidak merasa dicintai olehnya." Air mata mulai mengalir di pipi mungil Angel, tapi dia cepat-cepat menghapusnya."Saya tidak mau

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   114. Hasil putusan sidang adalah....

    Hari persidangan.Ruang sidang itu terasa besar dan berat dengan hiasan yang minimalis. Dindingnya berwarna abu-abu terang, memberikan suasana yang serius dan formal. Di tengah ruangan, terdapat meja panjang yang ditutupi dengan kain putih rapi, di atasnya berjejer dokumen-dokumen penting yang terorganisir dengan baik. Sidang telah dimulai dengan ruangan yang penuh ketegangan. Mona berdiri dengan mantap di hadapan Hakim, menggenggam beberapa dokumen penting. Raut wajahnya tegang namun bertekad, menunjukkan keseriusannya dalam memperjuangkan hak asuh atas putri sahabatnya, Angel."Yang Mulia, berikut adalah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa saya adalah pihak yang lebih layak dalam membesarkan Angel," ucap Mona dengan suara yang bergetar sedikit karena emosi.Dia menyodorkan foto-foto, rekaman video, dan laporan sekolah yang menunjukkan keterlibatan aktifnya dalam kehidupan Angel. Setiap bukti diserahkan dengan tangan yang sedikit gemetar, namun determinasinya tidak luntur.Sementara

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   113. Seranjang tapi tak bersentuhan

    "Apa maksudmu, Bu?" tanya Liam tak mengerti."Haha, aku hanya bercanda. Ini, ambillah! Aku memberikan gratis untuk anakmu yang baru sembuh."Liam mengernyitkan kening, bingung mencerna ucapan wanita tua di depannya. Meski berusia lanjut, nenek itu terlihat cantik dan elegan. Sangat tak padu dengan kegiatannya malam ini, sebagai penjual bunga."Benarkah ini gratis? Ah tidak tidak. Aku akan membayarnya. Ini, terimalah!"Liam membuang kasar uang kertas itu, berlalu dengan cepat setelah mendapatkan seikat bunga mawar. Mobil melaju dengan kencang tanpa memperdulikan wanita penjual bunga tadi. Sesekali Liam melirik seikat bunga mawarnya, memikirkan Angel yang pasti tersenyum bahagia."Tunggu aku, Sayang."Kediaman Roderick."Aku pulang.""Papa."Angel menyambut Liam dengan sorot mata yang bersinar saat melihat bunga mawar merah di tangan ayahnya. Anak perempuan kecil itu melompat kegirangan dan berlari menghampiri Liam, "Papa bawa bunga kesukaan Angel!" teriaknya penuh kegembiraan. Dengan

  • Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!   112. Bantuan kawan lama

    "Aku …, baiklah. Aku akan membantumu."Liam segera memegang tangan Andi. Senyuman terulas di bibir seksinya, juga bulir bening menetes di pipi. Andi segera merengkuh sahabatnya itu, memberi dukungan terhadap Liam. Namun, pelukan segera diakhiri. Dengan tatapan penuh telisik, Andi memandang Liam."Katakan padaku, bagaimana bisa kamu menyembunyikan rahasia besar tentang pernikahanmu padaku?"Liam tersenyum kecut, mengingat betapa egoisnya kala itu. "Saat itu aku benar benar kecewa, saking kecewanya pada Bella, Alesya lah sebagai pelampiasan nya. Dan aku tak ingin mengumbar aib keluargaku. Bagaimanapun juga, Bella pernah menjadi wanita yang kucintai. Sekarang, aku hanya fokus hidup pada keluarga kecilku bersama Alesya."Andi mengangguk, memahami betapa sulitnya kehidupan Liam selama ini. Dan sahabatnya itu sukses menutup rapat masalah sehingga tak ada satupun yang mengerti kesulitan yang dihadapi. Bahkan perusahaan Roderick sama sekali tak terpengaruh. Sungguh lelaki yang bijaksana dan d

DMCA.com Protection Status