Beranda / Fantasi / Kaisar Dewa Regera / 49. Neraka Biru kembali beraksi!

Share

49. Neraka Biru kembali beraksi!

Penulis: Aldho Alfina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pilar energi tidak terlihat lagi dari pemukiman di ngarai, bukan karena memudar, tapi karena diselimuti oleh energi gelap yang meluap. Energi yang meluas layaknya badai karena kedua orang yang tengah bersitegang. Aura ranah mereka menyala, pusaran galaksi berwarna putih dengan 3 baris bintang. Ranah Penguasa Jiwa tingkat puncak.

Pria kurus tertawa sebelum berkata, dengan suara melengking seperti nenek tua. "Tidak ada gunanya kita saling menyerang, lebih baik bekerjasama untuk meluluhkan master penempa ini!" Arrak menawarkan kerjasama, tapi sayap tulangnya yang runcing diselimuti oleh energi semakin pekat.

Mereka saling pandang dengan penuh ketegangan, hingga akhirnya pilar menghilang sesaat, disusul ledakan energi yang membuat mereka menghalaunya menggunakan tangan. Saat energi tersapu pergi, nampaklah sebuah tombak yang melayang, diselimuti oleh energi putih dan dengan giok biru berisi api hitam di tengah bilahnya. Mereka menyapu pandangan sekilas, tapi tidak men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kaisar Dewa Regera   Ranah

    Aura bulan energi 1 sampai 10 merupakan ranah perkembangan raga, dari mulai manusia fana, bertambah usia hingga abadi sepenuhnya. Setelah menjadi Amerta (Abadi secara tubuh) maka dimulailah ranah pengembangan jiwa. Aura Ranah jiwaAura layaknya sebuah galaksi, dengan latar pusaran hitam yang berisi titik-titik cahaya bintang. Ada barisan cahaya bintang yang lebih terang, melengkung layaknya bilah kipas sebagai penanda levelnya, mulai 1, 2 hingga 3. Tempat kelahiran dan ranah yang sudah dicapai seseorang mempengaruhi kekuatan anaknya. Kalau di PDN sebelumnya yang lahir di alam Amerta langsung memiliki ranah Asmaradana 5 bulan energi. Sedangkan pemilik aura jiwa merupakan seseorang dari alam Danirmala yang jelas berbeda tingkatannya dengan alam bawah maupun alam Amerta. Ranah jiwa tingkat 1 memiliki kekuatan hampir setara ranah Durma 8 bulan energi dan seterusnya.Penguasa jiwa dan Naga Sejati Aura yang sama dengan warna cenderung putih. Memiliki tingkatan kekuatan yang jelas sangat j

  • Kaisar Dewa Regera   50. Sang Empu bukan Akara?

    Keributan terjadi di dalam aula yang luas, dengan langit-langit yang sangat tinggi. Pria berjaket hitam dikelilingi oleh belasan penjaga yang mengacungkan tombaknya. Terlihat tidak gentar sedikitpun, pedang besar yang ia panggul tiba-tiba dijatuhkan hingga sarung pedangnya menancap di lantai. Hal itu juga mengejutkan para penjaga. "Apa yang akan kau lakukan?!"Sambil memegangi pedang dengan tangan kiri, tangan kanannya menjulur ke depan. Energi berkumpul di tangannya, disusul suara dentuman dari kejauhan yang membuat beberapa penjaga menoleh dengan panik. Jleng!... Tembok di depan sana berlubang dan meluncurlah sebuah tombak, hingga dalam sekejap berada dalam genggamannya. Para penjaga mulai gemetaran saat mengacungkan tombaknya. Beberapa dari mereka mengetahui tombak yang meluncur itu. "Bukankah itu tombak yang ketua dapatkan sebelumnya?!" "Apa yang terjadi dengan tombakku?!" Arrak, pria dengan sayap tulang muncul, para penjaga langs

  • Kaisar Dewa Regera   51. Ditantang Bertarung!

    Para penjaga yang mendengarnya langsung bergegas menghentikan pria buncit. "Hentikan! Mereka tamu ketua!"Akara dan sang empu melenggang begitu saja, meninggalkan pria buncit penuh kekesalan. ..Mereka menunggu di ruang perjamuan dan tidak lama kemudian muncullah ketua geng Ketu Merah, bersama seorang gadis cantik dengan sepasang tanduk yang berjejer di atas jidatnya. Gadis bertubuh ramping, tapi memiliki dada yang seakan ingin tumpah dari penyangganya. Pakaiannya yang ketat berbahan tebal berwarna hitam, diselimuti ukiran emas yang cukup mendominasi. Emas berbentuk seperti jalur kobaran api yang tajam, tapi tetap terlihat anggun. "Maaf membuat Empu menunggu! Saya sedang meluangkan waktu bersama anak gadis saya, Cika." Arrak segera menelangkupkan telapak tangan dan membungkuk, membuat sang empu dan Akara bangkit dan menyambutnya. "Empu ini juga bersama murid kesayangan, Regera namanya." Empu menepuk pundaknya, membuat Arrak menatap pemuda i

  • Kaisar Dewa Regera   52. Pertarungan tak seimbang

    Banyak orang yang berlarian dalam kerumunan. "Tuan musa Rex akan bertarung!" seru salah seorang yang membuat orang lain penasaran dan ikut berlari. Sebuah tempat seperti stadion sepakbola yang luas, membolong kedalaman tebing, dengan langit-langit terbuka. Ribuan orang telah berada di tribun, dengan arena tengahnya yang sudah ada 2 petarung. Akara dan Rex. Siapa pemuda itu? Bukankah dia budak yang sebelumnya bersama nona Cika? Kubah pelindung mulai terbentuk, menyelimuti arena perlahan-lahan, menghalau dari tribun."Kubah pelindung itu menghalau belenggu kota, tapi tenang saja, aku tidak akan mengunakan auraku!" Rex mengayunkan tombaknya secara luwes, sedangkan Akara hanya mengamati kubah yang sebentar lagi tertutup sepenuhnya. Gleng!... Kubah tertutup, seperti pertanda pertandingan mulai, Rex langsung melesat dengan cepat. Akara yang masih santai segera mengayunkan kedua tangannya ke samping. Sepasang pedang muncul, bukan pedang kayu yang bias

  • Kaisar Dewa Regera   53. Higanbana Kembali!

    Rex terlempar, satu tangan memegangi hidungnya dengan darah yang merembes di sela-sela jarinya. Sedangkan tangan lain menggebrak ke belakang, memukul udara hingga menghentikan lajunya. Ia segera meraih kembali tombak yang melayang di sampingnya, lalu menatap tajam pemuda yang sudah melukai hidungnya. "Regera!!" Ia membiarkan hidungnya yang robek di bagian atas karena tulang lunaknya telah patah. Sepasang tanduk kecilnya langsung membesar, bagaikan sepasang pedang melengkung yang keluar dari jidatnya. Pola berwarna merah muncul, memenuhi kulit putihnya. Pola berbentuk seperti ukiran emas yang menyelimuti pakaian Cika. Rambutnya ikut memanjang seperti singa saat kulit putihnya berubah menjadi hitam. Aura Jiwanya berubah, dua baris bintang memudar dan latar belakangnya menjadi berwarna putih, ranah Penguasa Jiwa tingkat awal. Tuan muda Rex dipaksa sampai menggunakan tulang merah, habis sudah budak itu! Akara yang masih tenang tiba-tiba mengangkat kedua tan

  • Kaisar Dewa Regera   54. Rencana dimulai!

    Di bawah bukit batu, terbentuk ruangan yang cukup luas dengan seluruh sisinya diselimuti oleh energi pelindung. Belasan senjata melayang di sekitar tungku penempa yang sudah padam, termasuk sepasang cakar berwarna hitam. Bilahnya berkilau perak terlihat sangat tajam, dengan di bagian warna hitam ada ukiran berwarna emas yang elegan. Ada juga yang mirip cakar, seperti corong corong yang runcing. Energi yang menyelimuti senjata dominan berwarna putih dan sebagian lainnya berwarna merah, tingkat Suci dan Kaisar. Sedangkan sang penempa telah terkapar, terlentang di depan tungku. Ia telah bertelanjang dada, memperlihatkan otot dada dan perutnya yang mengkilap diselimuti keringat. Ia terengah engah sambil mengusap keringat di jidatnya hingga membuat rambutnya tersingkap ke belakang. Hembusan napas panjang dari mulut ia lakukan sebelum berdiri dan mengibaskan tangannya, seluruh senjata menghilang, masuk ke dalam penyimpanan dimensi. "Regera, sepertinya kamu harus memili

  • Kaisar Dewa Regera   55. Senjata kontrak darah

    Pemuda berjubah hitam kembali ke gua buatan di bawah gunung batu, bersama gadis cantik yang tubuhnya diselimuti energi hitam ketat, dengan tanduk seperti hiasan rambut di samping kepalanya. Mata indahnya langsung menyapu sekitar, melihat tumpukan batu berbagai jenis dan ukuran. "Tuan muda, bebatuan ini yang dibawa oleh Gobar?" "Ya, kalau kau ingin menaikkan kekuatan, berlatihlah di sini. Ada pelindung ruang yang mengurung energi dari bebatuan dan menghalau fluktuasi energi." Akara lalu menjuluran tangannya dan muncul kotak dari kayu yang cukup besar. "Ambillah, ada beberapa pil Astral Jiwa yang dapat mempercepat penyerapan energi. Jika ada pil yang cocok untuk pelatihanmu, carilah resep dan bahannya ke sini, aku akan memurnikannya untukmu," lanjutnya.Obelia yang meraih kotak pil jadi menatapnya dan dengan ragu bertanya. "Memurnikannya?" "Ya, berlatihlah, aku masih harus menempa semua ini." Akara membuka jubahnya sambil berjalan ke ar

  • Kaisar Dewa Regera   56. Pembantaian Dimulai!

    Altar yang ada di atas sungai telah dipenuhi oleh ribuan orang dari berbagai klan, termasuk Akara, anak dari Gobar dan kedua anak Arrak. Pemuda klan Sheva berpundak besar langsung mengepal erat saat melihat keberadaanya. Ia lalu menoleh ke arah bawahannya dan berkata."Dia adalah murid dari orang yang membuat ayah tertangkap!" Seorang klan Giluca terbang di udara, membuat perhatian semua orang tertuju padanya. "Portal perburuan akan segera kami buka, kalian akan otomatis kembali satu minggu lagi. Maksimal ranah jiwa tingkat puncak yang bisa mengikutinya. Kalian bebas melakukan apapun, usahakan jangan menyerang satu sama lain, apapun yang terjadi bukan tanggung jawab kami." Ia mengeluarkan sebuah artefak dan menekan sebuah tombol. Ukiran pola pada altar seketika menyala, menteleportasikan ribuan peserta ke dunia yang berbeda. …Akara berteleport di sebuah hutan yang cukup lebat. Serin langsung dengan tegas berkata."Regera, tutup pr

Bab terbaru

  • Kaisar Dewa Regera   133. Aliansi baru

    Tempat yang abstrak, berlatar belakang cahaya berbagai warna dari awan panas Nebula di kegelapan angkasa, Dewa Penempa membungkukkan badannya di hadapan tiga gumpalan bercahaya. Dengan sopan dan waspada, ia menjelaskan tentang pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi yang memojokkannya. "Jadi, apa maumu?" tanya salah satu leluhur. Sambil sedikit menunduk, Dewa Penempa menjawab dengan lembut. "Mohon maaf, Fraksi Cahaya Ilahi di mata warga sudah bisa dikatakan hancur, bahkan banyak masalah yang terus terjadi. Mungkin sudah seharusnya kepemimpinan Fraksi diganti.""Kondisikan klan Vasto, kami akan segera memanggilmu kembali!" ujar salah satu leluhur, dan Dewa Penempa segera melebur, digantikan dengan seorang pria bermahkota sayap emas. "Ronas memberi salam kepada leluhur!" Ia sedikit menunduk seperti yang dilakukan Dewa Penempa sebelumnya. "Ronas, tiga lentera jiwa tetua Fraksi telah padam, apa yang terjadi?!" Ronas menjawab dengan tenang.

  • Kaisar Dewa Regera   132. Semua siasat

    "Regera, kau telah mengalahkanku!" Luce kembali terkekeh, tapi ia segera tersedak saat bilah pedang kayu mengganjal mulutnya. Sebutir pil melesat begitu saja memasuki tenggorokannya. "Tidak perlu kau sembuhkan lukaku!" seru Luce saat ganjalan di mulutnya terlepas. Namun, ia segera menyadari bahwa itu bukanlah pil penyembuhan. Segel belenggu langsung menyala di jantungnya. Melihat Luce tidak menunjukkan tanda-tanda melawan, sepasang pedang kayu segera melebur di udara. Ia lalu berteleport menuju para Dewa lainnya berada, disusul oleh kilatan cahaya emas yang membawa Luce. Ternyata kegaduhan terjadi. Pria bertanduk ranting menyandera Luwang, padahal tubuhnya telah babak belur penuh luka bakar. Cakar tajam telah melingkar di leher pemuda Sheva bertanduk emas, untung ditahan oleh bilah cakar di lengannya. Tangan lain juga menahan lengan Dilvo satunya. Dewa lain nampak ragu untuk bertindak, dan kedatangan Akara menjadi harapan untuk mereka. Namun,

  • Kaisar Dewa Regera   131. Kekalahan Luce?

    Cukup lama awan panas Nebula memenuhi domain, hingga akhirnya, luapan energi berhenti, bahkan malah kembali ke titik ledakan. Para Dewa hanya bisa menyapu pandangan penuh kebingungan, dan dalam hitungan detik, mereka dapat melihat kegelapan lagi. Awan panas Nebula telah sepenuhnya terhisap. Seketika para Dewa tertegun melihat apa yang menghisap semua itu. Sebuah lubang hitam raksasa, yang terlihat cahaya di pinggirnya dan menggaris, membelahnya. Itu cahaya energi yang terhisap dari kesepuluh esensi surgawi. Daya hisap yang luar biasa yang dapat menelan cahaya, tidak heran jika kesepuluh esensi mulai bergerak. Mereka terhisap, membuat Akara segera melempar dua butir pil ke mulutnya dan menyalakan seluruh auranya. Aura Naga sejati, ranah Jiwa Suci dan aura Alkemis tingkat delapan. Ia langsung melakukan segel tangan. Energi pelindung segera terbentuk di sekitar Esensi surgawi, menjadi sepuluh pilar yang puncaknya mengurung Esensi surgawi. Kesepuluh pilar juga segera saling terhubung d

  • Kaisar Dewa Regera   130. Supernova menelan lara Dewa

    "Sialan kau Dilvo! Berani-beraninya kau mengusik jasad ayahku!" Luwang sangat geram saat melihat tubuh Dewa bertanduk emas setengah sabit, yang tidak lain adalah leluhur Raja Sheva. Di samping leluhur, Sheva bertanduk ranting langsung terkekeh. "Majulah kalian semua!" Dewa Farz segera mendekati Luwang dan dengan tatapan masih tertuju pada lawan mereka, ia lalu berkata. "Kau lawan Dilvo, biar aku yang menahan leluhur Raja Sheva. Tidak perlu memaksakan diri, tahan saja sampai tuan Regera menjalankan rencananya!" Farz lalu menoleh ke arah dua Dewa Fraksi lainnya. "Jika dua Dewa Sheva lainnya tidak bergerak, kalian tidak perlu ikut campur!" "Baik Dewa Farz!"Ketegangan terjadi pada kedua belah pihak, bahkan belum sempat melesat, dimensi di sekitar mereka melebar, seakan ditarik dari kedua sisi. Dalam sekejap, mereka melesat dengan kecepatan cahaya. Memasuki lubang cacing dalam kekosongan. Pertarungan tidak terlihat dari luar, ta

  • Kaisar Dewa Regera   129. Akara vs Luce

    Dalam dimensi yang hampa dan hanya mendapatkan cahaya dari bintang neutron, titik berkumpulnya kesepuluh energi esensi surgawi. Pusaran energi berwarna emas telah menyala di belakang Akara dan di atasnya, ada lingkaran dengan ukuran lebih besar, memiliki pola rumit berwarna hitam. Aura ranah Jiwa Suci, ditambah aura Naga sejati yang menggelegar, memutar pelan hingga dimensi seakan tertarik energinya.Namun, itu tidak sebanding dengan apa yang ada di depannya. Ia bagaikan sebuah titik kecil dibandingkan sosok Naga raksasa yang tubuhnya berselimutkan cahaya. Keempat kaki berototnya melebar, dengan cakar tajam yang mencengkram dimensi. Sayapnya membentang tak terkira, dengan lekukan-lekukan yang tak kalah tajamnya. Lehernya meliuk, menurunkan kepalanya yang garang dengan deretan gigi dan tanduk tajam. Tepat di atas tulang hidungnya, Luce duduk jegang dan bersandar penuh keangkuhan. Melihat kesepuluh Esensi surgawi dan domain yang sangat luas, Dewa

  • Kaisar Dewa Regera   128. Inti Cahaya Primordial

    Sebelum peperangan dengan Dewa klan Sheva, Dewa berpakaian emas mendatangi sebuah tempat yang dipenuhi reruntuhan melayang. Lempengan-lempengan batu beterbangan, tapi tak pernah sekalipun bertabrakan. Di wilayah yang terisolir dari reruntuhan melayang, ada sebuah portal. Bukan pusaran yang gelap, tapi pusaran putih keemasan penuh cahaya yang indah. Begitu memasukinya, ia langsung menyipitkan mata, tersorot oleh cahaya yang lebih terang. Saat mulai bisa beradaptasi, terlihatlah sebuah titik seperti matahari, tapi dengan luapan energi yang sangat dahsyat. "Inti Cahaya Primordial?!" gumamnya cukup terkejut, tapi segera menemukan keberadaan seseorang dalam kekosongan penuh cahaya itu. Pemuda tampan yang sedang bersila, dengan pakaian minim dari cahaya hingga tubuh atletisnya yang bersih terlihat. Namun, di antara keindahan itu, berserakan mayat yang tak terhitung jumlahnya. Aliran energi dari tubuh mereka keluar, menuju ke dalam tubuh Luce. Ia menghisap ene

  • Kaisar Dewa Regera   127. Membersihkan klan Sheva

    "Maaf!" Ronas hanya bisa tertunduk merasa bersalah, lalu mulai menjelaskan keadaannya. Mendengar penjelasan panjang lebar, Serin segera menanggapi. "Keputusan di tangan anakku Regera!" "Anak?" Ronas malah merasa bingung dan Serin langsung menyadari bahwa pemimpin Fraksi telah termakan rumor. "Ronas, tidak mungkin kau mempercayai rumor 'kan?" "Itu... Lalu kenapa bisa memasuki peninggalan Dewa Penempa dan bagaimana dengan jiwanya?" Serin tersenyum penuh ketenangan sebelum berkata. "Tenang saja, pak tua itu bersama kami, hanya saja dia belum menyadari identitas asliku."...Deretan pilar-pilar besar yang berlapis emas, menjaga jalan konblok yang semakin naik seperti tangga raksasa. Di puncaknya, berdiri sepasang singgasana emas dengan latar birunya langit dan lautan awan di bawahnya. Dewa Penempa dan sang Maharani duduk di sana. Dewa Vasto bertubuh besar berotot dengan armor emas. Ada pula mahkota yang melayang di atasnya,

  • Kaisar Dewa Regera   126. Akara jadi ayah?

    "Akara adalah anak kelima dari enam anak ayah, tapi maaf Mama Serin, sepertinya anak Akara akan menjadi cucu kalian yang pertama." Ia tersenyum penuh haru saat meraih potongan rambut tipis nan lembut dari dalam kotak. "Selamat untuk kalian, itu juga peringatan untukmu agar lebih berhati-hati kedepannya. Ada mereka yang menunggu kepulanganmu," nasihat wanita bertubuh mungil dari dalam dimensi, yang juga kebahagiaam turut terpancar di wajahnya....Saat pembicaraan Luwang dan Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi mulai tenang di dalam ruangan, muncul kilatan listrik yang mengantar pemuda berjubah hitam. "Tuan Regera!" Pemimpin Fraksi bangkit dari sofa, tapi kedua pria Sheva langsung melesat di depan Akara, melindunginya. "Siapa dia?" tanya Akara dan segera dihawab oleh Lumpang."Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi!"Pandangan Akara segera menelusuri tubuh kedua Dewa Fraksi, yang bukan bertubuh dari kelima ras Dewa, tapi layaknya manusia pad

  • Kaisar Dewa Regera   125. Berita Mengejutkan

    Di dalam dimensi abstrak berwarna hitam bergaris putih-putih, Fraz, Dewa Fraksi dengan jubah putih berselimut perhiasan emas mendatangi pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi. "Farz menghadap pemimpin!" Ia menelangkupkan tangan dan membungkuk ke arah lempengan emas yang melayang di atas sana. Walau tidak menunjukkan penampilannya, pemimpin Fraksi segera menjawab. "Farz, aku dengar kau berselisih dengan Raja Sheva, Dilvo.""Benar Yang Mulia! Mereka menyandera anak saya, Zurrark Fam. Mereka tertipu oleh taktik adu domba yang dilakukan Regera!""Kau sudah mendengar kabar tentang siapa sebenarnya Regera?"Dewa Farz nampak gugup dan mengangkat wajahnya, menatap lempengan emas yang berputar dan menjawab. "Saya belum bisa memastikannya, tapi informasi yang beredar sesuai dengan dugaan.""Lalu, kau ingin menyinggung dua kekuatan besar sekaligus?""Maaf Yang Mulia! Tapi setidaknya saya harus menyelamatkan anak saya!" Energi men

DMCA.com Protection Status