Aura bulan energi 1 sampai 10 merupakan ranah perkembangan raga, dari mulai manusia fana, bertambah usia hingga abadi sepenuhnya. Setelah menjadi Amerta (Abadi secara tubuh) maka dimulailah ranah pengembangan jiwa.
Aura Ranah jiwaAura layaknya sebuah galaksi, dengan latar pusaran hitam yang berisi titik-titik cahaya bintang. Ada barisan cahaya bintang yang lebih terang, melengkung layaknya bilah kipas sebagai penanda levelnya, mulai 1, 2 hingga 3.Tempat kelahiran dan ranah yang sudah dicapai seseorang mempengaruhi kekuatan anaknya. Kalau di PDN sebelumnya yang lahir di alam Amerta langsung memiliki ranah Asmaradana 5 bulan energi. Sedangkan pemilik aura jiwa merupakan seseorang dari alam Danirmala yang jelas berbeda tingkatannya dengan alam bawah maupun alam Amerta. Ranah jiwa tingkat 1 memiliki kekuatan hampir setara ranah Durma 8 bulan energi dan seterusnya.Penguasa jiwa dan Naga SejatiAura yang sama dengan warna cenderung putih. Memiliki tingkatan kekuatan yang jelas sangat jauh dari ranah Amerta maupun ranah jiwa, tapi hampir setara dengan aura Naga Sejati (lingkaran hitam). Jika berada di alam bawah, hanya dari auranya saja mampu menghancurkan dimensi dan muncullah robekan kehampaan. Namun jika di alam Danirmala, dimensi dan belenggu di sana lebih kuat. Oh iya, tiap alam menyesuaikan dengan kekuatan pemiliknya. Robekan kehampaan juga berfungsi agar meminimalisir kehancuran.Pertarungan antar penguasa jiwa jika di alam bawah bisa menghancurkan beberapa tata surya dengan mudah. Seperti saat Luce yang menghancurkan dunia Gletser Abadi, untung Kaisar Amerta segera membuat kubah pelindung dan mereka bertarung dalam kehampaan. Itupun saat itu Luce baru memiliki aura Naga sejati dengan satu pola.Jiwa Suci dan Naga AbadiAuranya masih sama, tapi dengan warna keemasan. Hampir setara dengan aura Naga Abadi (lingkaran aura masih hitam, tapi ada gabungan pola baru seperti busur mata angin berwarna putih).Kekuatan ranah ini sudah mampu merusak lapisan dimensi di Alam Danirmala. Tak terbayangkan jika pertarungan terjadi di alam bawah, sebenarnya ada yang mencoba menyerang ke alam bawah, tapi segera dicegah oleh Alice. Mereka bertarung dalam domain (ruang dimensi) milik gadis itu.Dewa/Dewa NagaPemimpin para klan di alam Danirmala, termasuk pemilik dimensi alam bawah (wadah). Jika seseorang di ranah ini nekat memasuki alam bawah, maka alam bawah akan sepenuhnya runtuh. Konsep alam semesta di sini memiliki dimensi sendiri, sedangkan alam bawah yang pemiliknya masih ranah Dewa karena nekat untuk membuat sumber daya alam baru. Seperti apa auranya masih belum kepikiran, dan yang melampaui semua itu adalahPenguasa Dimensi***Terima kasih yang sudah vote, gem kelihatan nambah, tapi ternyata bang Joehandi terus yang nambahin :) makasih bang, nambah semangat nulis. Yang belum vote, author tunggu. Silahkan tinggalkan like di catatan ini biar author tau berapa orang yang masih mengikuti cerita Akara. Kalau ada kesalahan dan ingin hujat author, langsung ke bab terbaru, pasti author cek. soalnya komentar di GoodNovel tidak ada notifikasi sama sekali, jadi author gak tau ada komentar apa nggak. Harus dicek secara manual.Sekian dan selamat membacaKeributan terjadi di dalam aula yang luas, dengan langit-langit yang sangat tinggi. Pria berjaket hitam dikelilingi oleh belasan penjaga yang mengacungkan tombaknya. Terlihat tidak gentar sedikitpun, pedang besar yang ia panggul tiba-tiba dijatuhkan hingga sarung pedangnya menancap di lantai. Hal itu juga mengejutkan para penjaga. "Apa yang akan kau lakukan?!"Sambil memegangi pedang dengan tangan kiri, tangan kanannya menjulur ke depan. Energi berkumpul di tangannya, disusul suara dentuman dari kejauhan yang membuat beberapa penjaga menoleh dengan panik. Jleng!... Tembok di depan sana berlubang dan meluncurlah sebuah tombak, hingga dalam sekejap berada dalam genggamannya. Para penjaga mulai gemetaran saat mengacungkan tombaknya. Beberapa dari mereka mengetahui tombak yang meluncur itu. "Bukankah itu tombak yang ketua dapatkan sebelumnya?!" "Apa yang terjadi dengan tombakku?!" Arrak, pria dengan sayap tulang muncul, para penjaga langs
Para penjaga yang mendengarnya langsung bergegas menghentikan pria buncit. "Hentikan! Mereka tamu ketua!"Akara dan sang empu melenggang begitu saja, meninggalkan pria buncit penuh kekesalan. ..Mereka menunggu di ruang perjamuan dan tidak lama kemudian muncullah ketua geng Ketu Merah, bersama seorang gadis cantik dengan sepasang tanduk yang berjejer di atas jidatnya. Gadis bertubuh ramping, tapi memiliki dada yang seakan ingin tumpah dari penyangganya. Pakaiannya yang ketat berbahan tebal berwarna hitam, diselimuti ukiran emas yang cukup mendominasi. Emas berbentuk seperti jalur kobaran api yang tajam, tapi tetap terlihat anggun. "Maaf membuat Empu menunggu! Saya sedang meluangkan waktu bersama anak gadis saya, Cika." Arrak segera menelangkupkan telapak tangan dan membungkuk, membuat sang empu dan Akara bangkit dan menyambutnya. "Empu ini juga bersama murid kesayangan, Regera namanya." Empu menepuk pundaknya, membuat Arrak menatap pemuda i
Banyak orang yang berlarian dalam kerumunan. "Tuan musa Rex akan bertarung!" seru salah seorang yang membuat orang lain penasaran dan ikut berlari. Sebuah tempat seperti stadion sepakbola yang luas, membolong kedalaman tebing, dengan langit-langit terbuka. Ribuan orang telah berada di tribun, dengan arena tengahnya yang sudah ada 2 petarung. Akara dan Rex. Siapa pemuda itu? Bukankah dia budak yang sebelumnya bersama nona Cika? Kubah pelindung mulai terbentuk, menyelimuti arena perlahan-lahan, menghalau dari tribun."Kubah pelindung itu menghalau belenggu kota, tapi tenang saja, aku tidak akan mengunakan auraku!" Rex mengayunkan tombaknya secara luwes, sedangkan Akara hanya mengamati kubah yang sebentar lagi tertutup sepenuhnya. Gleng!... Kubah tertutup, seperti pertanda pertandingan mulai, Rex langsung melesat dengan cepat. Akara yang masih santai segera mengayunkan kedua tangannya ke samping. Sepasang pedang muncul, bukan pedang kayu yang bias
Rex terlempar, satu tangan memegangi hidungnya dengan darah yang merembes di sela-sela jarinya. Sedangkan tangan lain menggebrak ke belakang, memukul udara hingga menghentikan lajunya. Ia segera meraih kembali tombak yang melayang di sampingnya, lalu menatap tajam pemuda yang sudah melukai hidungnya. "Regera!!" Ia membiarkan hidungnya yang robek di bagian atas karena tulang lunaknya telah patah. Sepasang tanduk kecilnya langsung membesar, bagaikan sepasang pedang melengkung yang keluar dari jidatnya. Pola berwarna merah muncul, memenuhi kulit putihnya. Pola berbentuk seperti ukiran emas yang menyelimuti pakaian Cika. Rambutnya ikut memanjang seperti singa saat kulit putihnya berubah menjadi hitam. Aura Jiwanya berubah, dua baris bintang memudar dan latar belakangnya menjadi berwarna putih, ranah Penguasa Jiwa tingkat awal. Tuan muda Rex dipaksa sampai menggunakan tulang merah, habis sudah budak itu! Akara yang masih tenang tiba-tiba mengangkat kedua tan
Di bawah bukit batu, terbentuk ruangan yang cukup luas dengan seluruh sisinya diselimuti oleh energi pelindung. Belasan senjata melayang di sekitar tungku penempa yang sudah padam, termasuk sepasang cakar berwarna hitam. Bilahnya berkilau perak terlihat sangat tajam, dengan di bagian warna hitam ada ukiran berwarna emas yang elegan. Ada juga yang mirip cakar, seperti corong corong yang runcing. Energi yang menyelimuti senjata dominan berwarna putih dan sebagian lainnya berwarna merah, tingkat Suci dan Kaisar. Sedangkan sang penempa telah terkapar, terlentang di depan tungku. Ia telah bertelanjang dada, memperlihatkan otot dada dan perutnya yang mengkilap diselimuti keringat. Ia terengah engah sambil mengusap keringat di jidatnya hingga membuat rambutnya tersingkap ke belakang. Hembusan napas panjang dari mulut ia lakukan sebelum berdiri dan mengibaskan tangannya, seluruh senjata menghilang, masuk ke dalam penyimpanan dimensi. "Regera, sepertinya kamu harus memili
Pemuda berjubah hitam kembali ke gua buatan di bawah gunung batu, bersama gadis cantik yang tubuhnya diselimuti energi hitam ketat, dengan tanduk seperti hiasan rambut di samping kepalanya. Mata indahnya langsung menyapu sekitar, melihat tumpukan batu berbagai jenis dan ukuran. "Tuan muda, bebatuan ini yang dibawa oleh Gobar?" "Ya, kalau kau ingin menaikkan kekuatan, berlatihlah di sini. Ada pelindung ruang yang mengurung energi dari bebatuan dan menghalau fluktuasi energi." Akara lalu menjuluran tangannya dan muncul kotak dari kayu yang cukup besar. "Ambillah, ada beberapa pil Astral Jiwa yang dapat mempercepat penyerapan energi. Jika ada pil yang cocok untuk pelatihanmu, carilah resep dan bahannya ke sini, aku akan memurnikannya untukmu," lanjutnya.Obelia yang meraih kotak pil jadi menatapnya dan dengan ragu bertanya. "Memurnikannya?" "Ya, berlatihlah, aku masih harus menempa semua ini." Akara membuka jubahnya sambil berjalan ke ar
Altar yang ada di atas sungai telah dipenuhi oleh ribuan orang dari berbagai klan, termasuk Akara, anak dari Gobar dan kedua anak Arrak. Pemuda klan Sheva berpundak besar langsung mengepal erat saat melihat keberadaanya. Ia lalu menoleh ke arah bawahannya dan berkata."Dia adalah murid dari orang yang membuat ayah tertangkap!" Seorang klan Giluca terbang di udara, membuat perhatian semua orang tertuju padanya. "Portal perburuan akan segera kami buka, kalian akan otomatis kembali satu minggu lagi. Maksimal ranah jiwa tingkat puncak yang bisa mengikutinya. Kalian bebas melakukan apapun, usahakan jangan menyerang satu sama lain, apapun yang terjadi bukan tanggung jawab kami." Ia mengeluarkan sebuah artefak dan menekan sebuah tombol. Ukiran pola pada altar seketika menyala, menteleportasikan ribuan peserta ke dunia yang berbeda. …Akara berteleport di sebuah hutan yang cukup lebat. Serin langsung dengan tegas berkata."Regera, tutup pr
Di sebuah ruangan tempat pria tinggi kurus dari klan Vasto sebelumnya. Seseorang dari klan Giluca bertamu, pria dengan tubuh birunya yang kekar dan wajah penuh wibawa. Saat duduk, ia melihat pemuda bertubuh tinggi dan langsung berkata. "Tuan muda Admon kenapa tidak mengikuti perburuan?" "Atas perintah ayah," jawabnya dengan tenang membuat pria itu menoleh ke arah lain. Pria tinggi kurus langsung berkata. "Untuk menghindari kejadian seperti sebelumnya, terpaksa aku harus menahan anakku!" "Seharusnya tuan Adlar tidak perlu khawatir, kami telah bersiap siaga. Jika ada seperempat peserta yang gugur, portal akan otomatis terbuka kembali," jelas klan Giluca, saat itulah malah ia terbelalak dan berkata. "Portal kembali terbuka!" Jwesh!... Mereka langsung menghilang pergi. …Beberapa waktu sebelumnya di dimensi perburuan, tepatnya di istana yang dikuasai geng Ketu Merah.Rex yang melihat kematian adiknya di tangannya s