"Kalian tidak salah dengar! Dewa ini adalah Dewa Penempa Iblis Hijau! Jiwaku jatuh ke dalam dunia bawah ini. Dengan sisa-sisa kekuatanku, terbentuklah ruangan ini yang akan terbuka saat ada keberadaan keturunanku! Kalian memicunya dan akan mendapatkan warisan dariku!" Banyak yang tidak percaya, namun ada beberapa yang ragu dan tolah toleh. "Hamba siap menerima warisan leluhur Dewa!" Salah saorang jatuh bersujud, membuat semua orang terdiam, bahkan yang menyepelekan Jade jadi bimbang sendiri. "Hamba juga siap menerima warisan leluhur Dewa Penempa!" Ada yang mengikuti jejaknya, membuat semua orang semakin bimbang dan akhirnya. Mereka bersujud dan serentak mengucapkan kalimat yang sama. Jgleng!... Sesuatu menghantam gunung emas dan permata, membuatnya berhamburan dan tidak sedikit batu yang menerjang klan Vasto. Tubuh besar mereka terhempas, namun segera bersujud kembali seakan tidak merasakan sakit. "Angkat kepala kalian!" Mereka serentak mengangkat wajahnya, namun malah ada yang i
Kedua pria sebenarnya telah berjalan di sebuah lorong. Hanya tinggal satu sangkar besi yang mengikuti mereka, sangkar berisi para gadis dengan bekas luka. Mereka berhenti di depan penjara besar, dengan pintu besi tebal. "Lihatlah ke dalam!" Ia menyarankan penjaga pemula itu dan segera merapat ke arah pintu, mengintip dari lubang yang ada. Di dalam sana sudah banyak gadis yang terkapar, berselimutkan lendir putih. Ada seorang pemuda bertubuh atletis yang gagah dan sangar, masih penuh energi melakukan tugasnya. "Wohh apa-apa itu? Aku mau jadi seperti dia!""Kau ingin anak-anakmu diperjual belikan?" ucapnya membuat semangat pemula itu luntur seketika. "Dia juga evolusi binatang sihir, pejantan unggul dengan genetik kuat yang diinginkan para pelanggan," lanjutnya, lalu membuka pintu sangkar yang ia bawa. "Longgarkan mereka agar tidak rusak!" ucapnya membuat si pemula berbinar-binar. "Wuhuu mari berpesta!" Ia dengan sembarang menarik pakaiannya dengan satu gerakan, membuat robekan kain
Kipas yang belum hancur juga segera berhenti, alhasil seluruh tornado melebur di udara. Kubah hitam yang acak-acakan segera kembali ke ukurannya semula, bahkan jiwa-jiwa ganas yang berputar jadi kembali menoleh ke arah Segoro dan mengejarnya. "Apa yang kau lakukan?!" "Mereka akan mati jika aku tetap memutarnya!" Eldon sekarang berfokus pada para Draking (evolusi para binatang sihir). Balok-balok tanahnya segera menangkap mereka. "Cepat hentikan dia Segoro! Pergerakan para Draking masih kaku, dia tidak bisa mengendalikan mereka dengan baik!" teriak Eldon, membuat Segoro yang dikejar kerumunan jiwa menghela napas. Namun ia segera melihat formasi yang hampir terbentuk sempurna di bawah sana, bahkan ada cukup banyak Draking yang lolos. Ia lalu berhenti di udara."Asssh sialan!" Segoro dengan nekat melesat lurus ke arah penjaga, menabrak para jiwa yang langsung memasuki tubuhnya. Membuat noda hitam di tubuhnya dan mengacaukan pikirannya. "Aku yakin tubuhmu mengeras saat membentuk forma
Di atas pulau melayang, sudah ada Akara, ditemani oleh Viona dan Serin. Begitu melihat lengan Akara yang bebas, Serin langsung bertanya. "Tumben, di mana adikmu?"Akara sekilas tersenyum tipis dan berkata. "Tidak apa-apa mama Serin. Lebih baik seperti ini, Regera pasti akan bimbang kalau Alice ada di sini." "Kalau begitu kemarilah!" Serin melayang di udara hingga tingginya sejajar dengan Akara. Begitu pemuda itu mendekat, ia menjulurkan satu tangan, menyentuh keningnya. Aliran energi mengalir, masuk ke dalam tubuh Akara dengan waktu yang cukup singkat. Setelah melepaskan tangannya, Serin berkata dengan raut wajah serius. "Ingat, di alam Danirmala hanya ada sedikit tempat yang bisa bebas berteleport. Kamu harus hati-hati, tidak ada yang bisa membantumu selain dirimu sendiri. Jangan terburu-buru dan jangan terlalu memaksakan dirimu!" "Baik mama Serin!" Akara lalu menoleh ke arah kekasihnya dan tersenyum ragu. "Ingat janjimu." Viona mena
Di atas pulau melayang, Lisa dan Viona menemui Serin. Gadis berambut hitam itu mulai bertanya dengan tenang, tapi terdengar serius. "Mama, apa tidak ada cara agar kami bisa pergi ke alam Danirmala?" Serin menjawabnya dengan tenang, seperti menanggapi sebuah candaan. "Bisa, setelah kakakmu mengambil potongan tubuh mama."Gadis itu langsung menoleh perlahan ke samping, tatapannya terlihat kosong saat melihat lautan awan. Serin kembali bertanya. "Kamu terlihat gelisah ada apa?"Lisa menghela napas sambil memejamkan mata sekilas sebelum menoleh sambil menjawab. "Yang menyandang nama Regera di masa depan sudah berbeda orang."Serin terdiam beberapa saat, kemudian muncullah seorang pemuda dengan armor dan tanduk kristal hitam keunguan. Ia langsung berteriak penuh kekesalan kepada ketiga wanita cantik di depannya. "Kenapa kalian membiarkannya pergi sendirian?! Apa gunanya aku penuh usaha untuk meningkatkan kekuatan selama ini?!""Komo
Para wanita malam semakin ketakutan dan memeluk punggung Akara semakin keras. Salah satunya berkata kepadanya. "Tuan muda, tolong bantu kami!"Akara dengan perlahan melepaskan tangan-tangan yang menempel padanya, lalu berjalan perlahan. "Maaf, aku membutuhkan salah satu dari mereka, sisanya terserah," ucapan Akara membuat para wanita malam terbelalak, tapi juga membuat pria di depannya kesal. Melihat kesempatan, resepsionis langsung berlari menaiki tangga yang ada di sebelahnya."Bocah manusia, budak dari mana kau ini? Mana tuanmu yang melepaskanmu begitu saja?!" Pria itu menoleh ke arah pintu masuk, lalu tersenyum ke arah Akara saat tidak melihat kehadiran orang lain. "Sepertinya bagus aku jadikan budak!" Ia menjulurkan tangan ke arah leher Akara, tapi terhenti saat Akara menatap matanya. Ia dengan panik melompat ke belakang dan memasang kuda-kuda. "Kau klan Replik?!" Ia malah tertawa terbahak-bahak begitu puas. "Klan lemah sekarang h
Pilar energi tidak terlihat lagi dari pemukiman di ngarai, bukan karena memudar, tapi karena diselimuti oleh energi gelap yang meluap. Energi yang meluas layaknya badai karena kedua orang yang tengah bersitegang. Aura ranah mereka menyala, pusaran galaksi berwarna putih dengan 3 baris bintang. Ranah Penguasa Jiwa tingkat puncak.Pria kurus tertawa sebelum berkata, dengan suara melengking seperti nenek tua. "Tidak ada gunanya kita saling menyerang, lebih baik bekerjasama untuk meluluhkan master penempa ini!" Arrak menawarkan kerjasama, tapi sayap tulangnya yang runcing diselimuti oleh energi semakin pekat. Mereka saling pandang dengan penuh ketegangan, hingga akhirnya pilar menghilang sesaat, disusul ledakan energi yang membuat mereka menghalaunya menggunakan tangan. Saat energi tersapu pergi, nampaklah sebuah tombak yang melayang, diselimuti oleh energi putih dan dengan giok biru berisi api hitam di tengah bilahnya. Mereka menyapu pandangan sekilas, tapi tidak men
Aura bulan energi 1 sampai 10 merupakan ranah perkembangan raga, dari mulai manusia fana, bertambah usia hingga abadi sepenuhnya. Setelah menjadi Amerta (Abadi secara tubuh) maka dimulailah ranah pengembangan jiwa. Aura Ranah jiwaAura layaknya sebuah galaksi, dengan latar pusaran hitam yang berisi titik-titik cahaya bintang. Ada barisan cahaya bintang yang lebih terang, melengkung layaknya bilah kipas sebagai penanda levelnya, mulai 1, 2 hingga 3. Tempat kelahiran dan ranah yang sudah dicapai seseorang mempengaruhi kekuatan anaknya. Kalau di PDN sebelumnya yang lahir di alam Amerta langsung memiliki ranah Asmaradana 5 bulan energi. Sedangkan pemilik aura jiwa merupakan seseorang dari alam Danirmala yang jelas berbeda tingkatannya dengan alam bawah maupun alam Amerta. Ranah jiwa tingkat 1 memiliki kekuatan hampir setara ranah Durma 8 bulan energi dan seterusnya.Penguasa jiwa dan Naga Sejati Aura yang sama dengan warna cenderung putih. Memiliki tingkatan kekuatan yang jelas sangat j
Tempat yang abstrak, berlatar belakang cahaya berbagai warna dari awan panas Nebula di kegelapan angkasa, Dewa Penempa membungkukkan badannya di hadapan tiga gumpalan bercahaya. Dengan sopan dan waspada, ia menjelaskan tentang pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi yang memojokkannya. "Jadi, apa maumu?" tanya salah satu leluhur. Sambil sedikit menunduk, Dewa Penempa menjawab dengan lembut. "Mohon maaf, Fraksi Cahaya Ilahi di mata warga sudah bisa dikatakan hancur, bahkan banyak masalah yang terus terjadi. Mungkin sudah seharusnya kepemimpinan Fraksi diganti.""Kondisikan klan Vasto, kami akan segera memanggilmu kembali!" ujar salah satu leluhur, dan Dewa Penempa segera melebur, digantikan dengan seorang pria bermahkota sayap emas. "Ronas memberi salam kepada leluhur!" Ia sedikit menunduk seperti yang dilakukan Dewa Penempa sebelumnya. "Ronas, tiga lentera jiwa tetua Fraksi telah padam, apa yang terjadi?!" Ronas menjawab dengan tenang.
"Regera, kau telah mengalahkanku!" Luce kembali terkekeh, tapi ia segera tersedak saat bilah pedang kayu mengganjal mulutnya. Sebutir pil melesat begitu saja memasuki tenggorokannya. "Tidak perlu kau sembuhkan lukaku!" seru Luce saat ganjalan di mulutnya terlepas. Namun, ia segera menyadari bahwa itu bukanlah pil penyembuhan. Segel belenggu langsung menyala di jantungnya. Melihat Luce tidak menunjukkan tanda-tanda melawan, sepasang pedang kayu segera melebur di udara. Ia lalu berteleport menuju para Dewa lainnya berada, disusul oleh kilatan cahaya emas yang membawa Luce. Ternyata kegaduhan terjadi. Pria bertanduk ranting menyandera Luwang, padahal tubuhnya telah babak belur penuh luka bakar. Cakar tajam telah melingkar di leher pemuda Sheva bertanduk emas, untung ditahan oleh bilah cakar di lengannya. Tangan lain juga menahan lengan Dilvo satunya. Dewa lain nampak ragu untuk bertindak, dan kedatangan Akara menjadi harapan untuk mereka. Namun,
Cukup lama awan panas Nebula memenuhi domain, hingga akhirnya, luapan energi berhenti, bahkan malah kembali ke titik ledakan. Para Dewa hanya bisa menyapu pandangan penuh kebingungan, dan dalam hitungan detik, mereka dapat melihat kegelapan lagi. Awan panas Nebula telah sepenuhnya terhisap. Seketika para Dewa tertegun melihat apa yang menghisap semua itu. Sebuah lubang hitam raksasa, yang terlihat cahaya di pinggirnya dan menggaris, membelahnya. Itu cahaya energi yang terhisap dari kesepuluh esensi surgawi. Daya hisap yang luar biasa yang dapat menelan cahaya, tidak heran jika kesepuluh esensi mulai bergerak. Mereka terhisap, membuat Akara segera melempar dua butir pil ke mulutnya dan menyalakan seluruh auranya. Aura Naga sejati, ranah Jiwa Suci dan aura Alkemis tingkat delapan. Ia langsung melakukan segel tangan. Energi pelindung segera terbentuk di sekitar Esensi surgawi, menjadi sepuluh pilar yang puncaknya mengurung Esensi surgawi. Kesepuluh pilar juga segera saling terhubung d
"Sialan kau Dilvo! Berani-beraninya kau mengusik jasad ayahku!" Luwang sangat geram saat melihat tubuh Dewa bertanduk emas setengah sabit, yang tidak lain adalah leluhur Raja Sheva. Di samping leluhur, Sheva bertanduk ranting langsung terkekeh. "Majulah kalian semua!" Dewa Farz segera mendekati Luwang dan dengan tatapan masih tertuju pada lawan mereka, ia lalu berkata. "Kau lawan Dilvo, biar aku yang menahan leluhur Raja Sheva. Tidak perlu memaksakan diri, tahan saja sampai tuan Regera menjalankan rencananya!" Farz lalu menoleh ke arah dua Dewa Fraksi lainnya. "Jika dua Dewa Sheva lainnya tidak bergerak, kalian tidak perlu ikut campur!" "Baik Dewa Farz!"Ketegangan terjadi pada kedua belah pihak, bahkan belum sempat melesat, dimensi di sekitar mereka melebar, seakan ditarik dari kedua sisi. Dalam sekejap, mereka melesat dengan kecepatan cahaya. Memasuki lubang cacing dalam kekosongan. Pertarungan tidak terlihat dari luar, ta
Dalam dimensi yang hampa dan hanya mendapatkan cahaya dari bintang neutron, titik berkumpulnya kesepuluh energi esensi surgawi. Pusaran energi berwarna emas telah menyala di belakang Akara dan di atasnya, ada lingkaran dengan ukuran lebih besar, memiliki pola rumit berwarna hitam. Aura ranah Jiwa Suci, ditambah aura Naga sejati yang menggelegar, memutar pelan hingga dimensi seakan tertarik energinya.Namun, itu tidak sebanding dengan apa yang ada di depannya. Ia bagaikan sebuah titik kecil dibandingkan sosok Naga raksasa yang tubuhnya berselimutkan cahaya. Keempat kaki berototnya melebar, dengan cakar tajam yang mencengkram dimensi. Sayapnya membentang tak terkira, dengan lekukan-lekukan yang tak kalah tajamnya. Lehernya meliuk, menurunkan kepalanya yang garang dengan deretan gigi dan tanduk tajam. Tepat di atas tulang hidungnya, Luce duduk jegang dan bersandar penuh keangkuhan. Melihat kesepuluh Esensi surgawi dan domain yang sangat luas, Dewa
Sebelum peperangan dengan Dewa klan Sheva, Dewa berpakaian emas mendatangi sebuah tempat yang dipenuhi reruntuhan melayang. Lempengan-lempengan batu beterbangan, tapi tak pernah sekalipun bertabrakan. Di wilayah yang terisolir dari reruntuhan melayang, ada sebuah portal. Bukan pusaran yang gelap, tapi pusaran putih keemasan penuh cahaya yang indah. Begitu memasukinya, ia langsung menyipitkan mata, tersorot oleh cahaya yang lebih terang. Saat mulai bisa beradaptasi, terlihatlah sebuah titik seperti matahari, tapi dengan luapan energi yang sangat dahsyat. "Inti Cahaya Primordial?!" gumamnya cukup terkejut, tapi segera menemukan keberadaan seseorang dalam kekosongan penuh cahaya itu. Pemuda tampan yang sedang bersila, dengan pakaian minim dari cahaya hingga tubuh atletisnya yang bersih terlihat. Namun, di antara keindahan itu, berserakan mayat yang tak terhitung jumlahnya. Aliran energi dari tubuh mereka keluar, menuju ke dalam tubuh Luce. Ia menghisap ene
"Maaf!" Ronas hanya bisa tertunduk merasa bersalah, lalu mulai menjelaskan keadaannya. Mendengar penjelasan panjang lebar, Serin segera menanggapi. "Keputusan di tangan anakku Regera!" "Anak?" Ronas malah merasa bingung dan Serin langsung menyadari bahwa pemimpin Fraksi telah termakan rumor. "Ronas, tidak mungkin kau mempercayai rumor 'kan?" "Itu... Lalu kenapa bisa memasuki peninggalan Dewa Penempa dan bagaimana dengan jiwanya?" Serin tersenyum penuh ketenangan sebelum berkata. "Tenang saja, pak tua itu bersama kami, hanya saja dia belum menyadari identitas asliku."...Deretan pilar-pilar besar yang berlapis emas, menjaga jalan konblok yang semakin naik seperti tangga raksasa. Di puncaknya, berdiri sepasang singgasana emas dengan latar birunya langit dan lautan awan di bawahnya. Dewa Penempa dan sang Maharani duduk di sana. Dewa Vasto bertubuh besar berotot dengan armor emas. Ada pula mahkota yang melayang di atasnya,
"Akara adalah anak kelima dari enam anak ayah, tapi maaf Mama Serin, sepertinya anak Akara akan menjadi cucu kalian yang pertama." Ia tersenyum penuh haru saat meraih potongan rambut tipis nan lembut dari dalam kotak. "Selamat untuk kalian, itu juga peringatan untukmu agar lebih berhati-hati kedepannya. Ada mereka yang menunggu kepulanganmu," nasihat wanita bertubuh mungil dari dalam dimensi, yang juga kebahagiaam turut terpancar di wajahnya....Saat pembicaraan Luwang dan Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi mulai tenang di dalam ruangan, muncul kilatan listrik yang mengantar pemuda berjubah hitam. "Tuan Regera!" Pemimpin Fraksi bangkit dari sofa, tapi kedua pria Sheva langsung melesat di depan Akara, melindunginya. "Siapa dia?" tanya Akara dan segera dihawab oleh Lumpang."Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi!"Pandangan Akara segera menelusuri tubuh kedua Dewa Fraksi, yang bukan bertubuh dari kelima ras Dewa, tapi layaknya manusia pad
Di dalam dimensi abstrak berwarna hitam bergaris putih-putih, Fraz, Dewa Fraksi dengan jubah putih berselimut perhiasan emas mendatangi pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi. "Farz menghadap pemimpin!" Ia menelangkupkan tangan dan membungkuk ke arah lempengan emas yang melayang di atas sana. Walau tidak menunjukkan penampilannya, pemimpin Fraksi segera menjawab. "Farz, aku dengar kau berselisih dengan Raja Sheva, Dilvo.""Benar Yang Mulia! Mereka menyandera anak saya, Zurrark Fam. Mereka tertipu oleh taktik adu domba yang dilakukan Regera!""Kau sudah mendengar kabar tentang siapa sebenarnya Regera?"Dewa Farz nampak gugup dan mengangkat wajahnya, menatap lempengan emas yang berputar dan menjawab. "Saya belum bisa memastikannya, tapi informasi yang beredar sesuai dengan dugaan.""Lalu, kau ingin menyinggung dua kekuatan besar sekaligus?""Maaf Yang Mulia! Tapi setidaknya saya harus menyelamatkan anak saya!" Energi men