Kini Al berteleport menjauh, sedangkan Luce tengah berusaha keras menghindari bilah dimensi yang dengan acak mencacah area di sekitarnya. Violet juga seenaknya muncul dari kehampaan, mengayunkan tebasan ke arahnya. Selain menghindar, Ia beberapa kali menembakkan laser ke arah Al yang hanya diam berdiri di angkasa, namun segera lenyap, ditangkis oleh kubah pelindung.
"Hanya kalian berdua tidak akan cukup untuk mengalahkanku!" Luce masih bisa menyombongkan diri, bagaimana tidak, aura naga sejatinya berada di tingkatan yang berbeda. Ia kini melesat melebihi cahaya, membuat tubuhnya menghilang menembus dimensi.Al dan Violet segera menyapu pandangannya dengan cepat, namun tiba-tiba Luce muncul di sampingnya. Ia menyeringai puas, mengayunkan pukulan yang meruntuhkan kehampaan, namun masih berhasil ditangkis oleh kubah pelindung di sekitar Al. Violet juga langsung melesat, namun Luce sudah menghilang kembali. Kini gadis itu membelakangi tuannya, dengan kedua cakar nagaHutan AravesHutan lebat yang sangat luas, dipenuhi pepohonan dengan tinggi lebih dari seratus meter, namun ada satu wilayah yang berbeda. Pepohonan tadi sudah sangat besar, tapi ada yang jauh lebih besar bahkan bisa dibilang raksasa. Puluhan pohon raksasa berkerumun di satu tempat, seakan energi tanah di sana berbeda dengan tempat lainnya. Banyak tanaman mujarab yang tumbuh subur, selain menyebarkan aroma yang harum, juga energi yang menenangkan. Zoe, leluhur kecil yang merupakan makhluk evolusi dari tanaman pelindung dunia Atla melayang di pusat hutan. Ia sangatlah kecil dibandingkan pepohonan yang memiliki lingkar batang puluhan meter, namun ia menyebabkan seluruh area bergetar. Ia menyerap seluruh energi yang ada di sana, mengalir begitu deras memasuki tubuh kecilnya. …Di wilayah lain. Wilayah yang dipenuhi pepohonan raksasa, namun ada satu pohon yang berbeda. Pohon yang miring hingga hampir ambruk sempurna, namun ujungnya mendongak lurus ke ata
Friss lalu membuat segel tangan dan cahaya merah menyala di bawah kakinya saat lingkaran ritual mulai terbentuk."Tunggu dulu!" Al yang dipapah oleh Violet mendekat, lalu meminta gadisnya melepaskannya dan mendekat sendiri. "Tolong berikan portal ini untuk Rani, setelah itu akan kami bantu membuka portal untuknya!" Al terlihat memelas, sangat berbeda dengannya yang sebelumnya tegas dan berwibawa. Friss hanya menoleh sekilas dengan tatapan datar, lalu melanjutkan ritualnya. "Aku mohon!" Al seperti kehilangan harapan, membuat wanita bertubuh mungil menggelengkan kepalanya."Perkataan Luce berhasil mengenainya!" gumamnya, lalu pria berpakaian putih biru yang compang-camping mendekat dengan lemas. "Tidak membantunya?" ucapnya membuat wanita itu tersenyum sekilas lalu berteriak ke arah kekasihnya."Sudahlah Al!"Akan tetapi pria itu semakin mendekat ke arah Friss. "Aku mohon padamu!" Karena mulai kesal,
Beberapa ratus tahun kemudian. Hamparan rumput yang dikelilingi pegunungan telah menjadi sebuah kota yang ramai penduduknya. Bangunannya sudah terbuat dari beton, dengan 3 sampai 4 lantai. Hanya ada pejalan kaki di atas jalanan kota yang terbuat dari konblok, namun ada altar teleportasi di pusat kota. Altar batu yang terukir pola rumit dan akan menyala jika ada seorang yang menggunakannya. Setengah bagian kota lainnya menjadi sebuah akademi, yang dibatasi oleh sungai dari pemukiman. Halaman yang luas dengan lantai konblok, tempat berlatih ribuan siswa dengan umur yang berbeda-beda. Mulai dari bocah, remaja hingga menjelang dewasa. Mereka semua dapat menggunakan aura ranah, aura keemasan yang ada di belakang pundaknya. Di usia bocah, aura yang mereka miliki hanya beberapa bintang kecil hingga memiliki sebuah bola energi. Di usia remaja, satu bola energi bergerak mengitari beberapa bintang, jika bintang mencapai 10, akan membentuk bola energi baru. Rata-rata di usia menjelang dewasa
Para jiwa yang bergerak dengan bebas tiba-tiba tertahan, ada pusaran angin yang bahkan menarik mereka. Seseorang berdiri di atas genteng rumah, tepat di samping tornado yang terus bergerak. Dia Arun, angin membuat jubah hijau daun dengan aksen keemasannya melambai, juga membuat capingnya miring ke depan, menutupi wajahnya. Memperlihatkan gambar pusaran angin, dengan latar belakang gambar bulan purnama di bagian depan caping. Tangannya diselimuti kain tebal, namun terlihat berotot saat membenarkan posisi capingnya. Nampaklah wajah tegas pemuda berumur akhir 20 tahunan. Sebuah aura ranah tingkat Asmaradana telah menyala di belakang pundaknya, aura keemasan dengan 5 bola energi yang bergerak memutar."Terima kasih anak muda!" Butu Besiah, seorang pria tua bertubuh pendek melesat dengan cepat di udara, ia terbang dengan sayap perinya, sayap yang terbuat dari energi saat seseorang telah mencapai ranah Asmaradana. "Jangan nekat pak tua!" Jito Jati, pria tua dengan uban yang samar-samar, b
Aura pondasi jiwa menyala di belakang pundak Raja Kutukan. Aura layaknya sebuah galaksi, dengan latar pusaran hitam yang berisi titik-titik cahaya bintang. Ada barisan cahaya bintang yang lebih terang, melengkung layaknya bilah kipas sebagai penanda levelnya, mulai 1, 2 hingga 3. Jika Kaisar Atla memiliki 2 bilah bintang yang masih lebih lemah dari ranah Amerta 10 bola energi, Raja Kutukan memiliki 3 bilah yang setara dengan ranah Amerta. Aura Naga 5 pola=Ranah Amerta=Aura pondasi jiwa tingkat 3. Energi kutukan semakin pekat, bahkan membuat langit gelap sepenuhnya. "Oi Ular Naga Api!" Ia mengibaskan tangan pelan ke samping. "Menyingkirlah, aku malas membawamu dalam kondisi sekarat,""Sekarat?!" Daratan bergetar hebat, meratakan bangunan yang sudah rapuh. Sebuah aura menyala di atasnya, bukan Aura Naga yang merah, namun Aura Naga sejati yang berwarna hitam pekat. Saking pekatnya bahkan menghisap cahaya di sekitarnya seperti sebuah lubang hitam yang tau jauh dari tempat mereka bertar
Gua Cryostar. Gua raksasa yang seluruh dindingnya berupa batu, memiliki lorong yang lurus dan sangat panjang. Pada ujung gua, terdapat cekungan ke bawah, di sanalah ada kawah magma yang sangat luas. Seperti di domain api, altar batu berdiri di atas kawah, namun jauh lebih luas. Di sanalah ada pria bertubuh kekar yang bertelanjang dada, keringat yang sangat deras menyelimuti tubuh kekarnya. Ia berdiri di atas besi tempaan sembari membawa sebuah palu besar. Setiap kali palunya diayunkan, dentuman besar terdengar, disertai percikan api yang menyebar layaknya petasan. Saat itulah Al muncul dan menepuk pundaknya, membuat pria kekar yang sudah mengangkat palunya tinggi-tinggi jadi mematung dan menoleh. "Ada apa tuan Al?""Jade, keluarkan seluruh artefak yang bisa menghisap energi kutukan!" Jade lalu menurunkan palunya dan menjulurkan satu tangan, sebuah kubus hitam muncul di atas telapak tangannya. "Hanya ini yang aku punya,"Al segera mengambilnya dan berkata dengan tergesa-gesa. "Cep
Akara menyapu pandangannya, melihat kota Lithua yang telah hancur dan diselimuti energi kutukan. Ia kembali menyapu pandangannya, melihat lebih jauh menggunakan mata naganya. Setelah itu melesat ke atas.Cring! Jlarr!... Percikan api dan 2 robekan kehampaan melebar ke arah yang berlawanan, tepat Akara keluar dari kubah pelindung. Walaupun sempat mengeluarkan sepasang pedang kayu untuk menangkisnya, namun tetap membuat Akara terlempar kembali. Menciptakan kepanikan para warga dengan dentuman dan gelombang energi yang menyebar.Ia dihadang oleh Rani dan Violet. Keduanya telah menyalakan aura Naga Sejatinya, dengan cakar Naga yang sudah menyelimuti tangannya. Melihat sepasang pedang kayu hitam yang digunakan untuk menangkis serangannya, Rani langsung melotot tajam dan berteriak."Regeraa!..." Api merah berkobar dan menyelimuti tubuhnya, bahkan cakar naganya yang terbuat dari es juga terselimuti dan tidak meleleh. "Aku yang membunuh Friss, balaskan dendammu padaku! Bukan pada Al!" teriak
"Lisa?!" Akara seketika berdiri dan menutup aura ranahnya."Ohh?" Wanita bertubuh mungil muncul, ia mengamati tubuh pemuda di depannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Pantes banyak gadis yang jatuh dalam pelukanmu," ucapnya seraya berjalan mendekat. Akara langsung mengeluarkan kain putih polos dan memakainya seperti handuk. "Ternyata guncangannya tidak seperti yang aku kira," gumam Akara saat melihat area sekitarnya yang tidak terlalu berdampak. "Pulau ini memang untuk menahan amukan energi." Serin berhenti di depannya, lalu berkata sambil mengamati bagian atas tubuh anaknya. "Kenapa tidak menggunakan energi ruangmu?""Maksudnya?" Wanita itu malah tersenyum. "Al ternyata memang tidak mengajarkan apa-apa kepadamu." Ia lalu melayang di udara hingga tinggi mereka sama, lalu menjuluran jari-jari lentiknya pada dada bidang Akara. Tiba-tiba keduanya menoleh ke arah yang sama. Di sana ada kilatan listrik me
Tempat yang abstrak, berlatar belakang cahaya berbagai warna dari awan panas Nebula di kegelapan angkasa, Dewa Penempa membungkukkan badannya di hadapan tiga gumpalan bercahaya. Dengan sopan dan waspada, ia menjelaskan tentang pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi yang memojokkannya. "Jadi, apa maumu?" tanya salah satu leluhur. Sambil sedikit menunduk, Dewa Penempa menjawab dengan lembut. "Mohon maaf, Fraksi Cahaya Ilahi di mata warga sudah bisa dikatakan hancur, bahkan banyak masalah yang terus terjadi. Mungkin sudah seharusnya kepemimpinan Fraksi diganti.""Kondisikan klan Vasto, kami akan segera memanggilmu kembali!" ujar salah satu leluhur, dan Dewa Penempa segera melebur, digantikan dengan seorang pria bermahkota sayap emas. "Ronas memberi salam kepada leluhur!" Ia sedikit menunduk seperti yang dilakukan Dewa Penempa sebelumnya. "Ronas, tiga lentera jiwa tetua Fraksi telah padam, apa yang terjadi?!" Ronas menjawab dengan tenang.
"Regera, kau telah mengalahkanku!" Luce kembali terkekeh, tapi ia segera tersedak saat bilah pedang kayu mengganjal mulutnya. Sebutir pil melesat begitu saja memasuki tenggorokannya. "Tidak perlu kau sembuhkan lukaku!" seru Luce saat ganjalan di mulutnya terlepas. Namun, ia segera menyadari bahwa itu bukanlah pil penyembuhan. Segel belenggu langsung menyala di jantungnya. Melihat Luce tidak menunjukkan tanda-tanda melawan, sepasang pedang kayu segera melebur di udara. Ia lalu berteleport menuju para Dewa lainnya berada, disusul oleh kilatan cahaya emas yang membawa Luce. Ternyata kegaduhan terjadi. Pria bertanduk ranting menyandera Luwang, padahal tubuhnya telah babak belur penuh luka bakar. Cakar tajam telah melingkar di leher pemuda Sheva bertanduk emas, untung ditahan oleh bilah cakar di lengannya. Tangan lain juga menahan lengan Dilvo satunya. Dewa lain nampak ragu untuk bertindak, dan kedatangan Akara menjadi harapan untuk mereka. Namun,
Cukup lama awan panas Nebula memenuhi domain, hingga akhirnya, luapan energi berhenti, bahkan malah kembali ke titik ledakan. Para Dewa hanya bisa menyapu pandangan penuh kebingungan, dan dalam hitungan detik, mereka dapat melihat kegelapan lagi. Awan panas Nebula telah sepenuhnya terhisap. Seketika para Dewa tertegun melihat apa yang menghisap semua itu. Sebuah lubang hitam raksasa, yang terlihat cahaya di pinggirnya dan menggaris, membelahnya. Itu cahaya energi yang terhisap dari kesepuluh esensi surgawi. Daya hisap yang luar biasa yang dapat menelan cahaya, tidak heran jika kesepuluh esensi mulai bergerak. Mereka terhisap, membuat Akara segera melempar dua butir pil ke mulutnya dan menyalakan seluruh auranya. Aura Naga sejati, ranah Jiwa Suci dan aura Alkemis tingkat delapan. Ia langsung melakukan segel tangan. Energi pelindung segera terbentuk di sekitar Esensi surgawi, menjadi sepuluh pilar yang puncaknya mengurung Esensi surgawi. Kesepuluh pilar juga segera saling terhubung d
"Sialan kau Dilvo! Berani-beraninya kau mengusik jasad ayahku!" Luwang sangat geram saat melihat tubuh Dewa bertanduk emas setengah sabit, yang tidak lain adalah leluhur Raja Sheva. Di samping leluhur, Sheva bertanduk ranting langsung terkekeh. "Majulah kalian semua!" Dewa Farz segera mendekati Luwang dan dengan tatapan masih tertuju pada lawan mereka, ia lalu berkata. "Kau lawan Dilvo, biar aku yang menahan leluhur Raja Sheva. Tidak perlu memaksakan diri, tahan saja sampai tuan Regera menjalankan rencananya!" Farz lalu menoleh ke arah dua Dewa Fraksi lainnya. "Jika dua Dewa Sheva lainnya tidak bergerak, kalian tidak perlu ikut campur!" "Baik Dewa Farz!"Ketegangan terjadi pada kedua belah pihak, bahkan belum sempat melesat, dimensi di sekitar mereka melebar, seakan ditarik dari kedua sisi. Dalam sekejap, mereka melesat dengan kecepatan cahaya. Memasuki lubang cacing dalam kekosongan. Pertarungan tidak terlihat dari luar, ta
Dalam dimensi yang hampa dan hanya mendapatkan cahaya dari bintang neutron, titik berkumpulnya kesepuluh energi esensi surgawi. Pusaran energi berwarna emas telah menyala di belakang Akara dan di atasnya, ada lingkaran dengan ukuran lebih besar, memiliki pola rumit berwarna hitam. Aura ranah Jiwa Suci, ditambah aura Naga sejati yang menggelegar, memutar pelan hingga dimensi seakan tertarik energinya.Namun, itu tidak sebanding dengan apa yang ada di depannya. Ia bagaikan sebuah titik kecil dibandingkan sosok Naga raksasa yang tubuhnya berselimutkan cahaya. Keempat kaki berototnya melebar, dengan cakar tajam yang mencengkram dimensi. Sayapnya membentang tak terkira, dengan lekukan-lekukan yang tak kalah tajamnya. Lehernya meliuk, menurunkan kepalanya yang garang dengan deretan gigi dan tanduk tajam. Tepat di atas tulang hidungnya, Luce duduk jegang dan bersandar penuh keangkuhan. Melihat kesepuluh Esensi surgawi dan domain yang sangat luas, Dewa
Sebelum peperangan dengan Dewa klan Sheva, Dewa berpakaian emas mendatangi sebuah tempat yang dipenuhi reruntuhan melayang. Lempengan-lempengan batu beterbangan, tapi tak pernah sekalipun bertabrakan. Di wilayah yang terisolir dari reruntuhan melayang, ada sebuah portal. Bukan pusaran yang gelap, tapi pusaran putih keemasan penuh cahaya yang indah. Begitu memasukinya, ia langsung menyipitkan mata, tersorot oleh cahaya yang lebih terang. Saat mulai bisa beradaptasi, terlihatlah sebuah titik seperti matahari, tapi dengan luapan energi yang sangat dahsyat. "Inti Cahaya Primordial?!" gumamnya cukup terkejut, tapi segera menemukan keberadaan seseorang dalam kekosongan penuh cahaya itu. Pemuda tampan yang sedang bersila, dengan pakaian minim dari cahaya hingga tubuh atletisnya yang bersih terlihat. Namun, di antara keindahan itu, berserakan mayat yang tak terhitung jumlahnya. Aliran energi dari tubuh mereka keluar, menuju ke dalam tubuh Luce. Ia menghisap ene
"Maaf!" Ronas hanya bisa tertunduk merasa bersalah, lalu mulai menjelaskan keadaannya. Mendengar penjelasan panjang lebar, Serin segera menanggapi. "Keputusan di tangan anakku Regera!" "Anak?" Ronas malah merasa bingung dan Serin langsung menyadari bahwa pemimpin Fraksi telah termakan rumor. "Ronas, tidak mungkin kau mempercayai rumor 'kan?" "Itu... Lalu kenapa bisa memasuki peninggalan Dewa Penempa dan bagaimana dengan jiwanya?" Serin tersenyum penuh ketenangan sebelum berkata. "Tenang saja, pak tua itu bersama kami, hanya saja dia belum menyadari identitas asliku."...Deretan pilar-pilar besar yang berlapis emas, menjaga jalan konblok yang semakin naik seperti tangga raksasa. Di puncaknya, berdiri sepasang singgasana emas dengan latar birunya langit dan lautan awan di bawahnya. Dewa Penempa dan sang Maharani duduk di sana. Dewa Vasto bertubuh besar berotot dengan armor emas. Ada pula mahkota yang melayang di atasnya,
"Akara adalah anak kelima dari enam anak ayah, tapi maaf Mama Serin, sepertinya anak Akara akan menjadi cucu kalian yang pertama." Ia tersenyum penuh haru saat meraih potongan rambut tipis nan lembut dari dalam kotak. "Selamat untuk kalian, itu juga peringatan untukmu agar lebih berhati-hati kedepannya. Ada mereka yang menunggu kepulanganmu," nasihat wanita bertubuh mungil dari dalam dimensi, yang juga kebahagiaam turut terpancar di wajahnya....Saat pembicaraan Luwang dan Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi mulai tenang di dalam ruangan, muncul kilatan listrik yang mengantar pemuda berjubah hitam. "Tuan Regera!" Pemimpin Fraksi bangkit dari sofa, tapi kedua pria Sheva langsung melesat di depan Akara, melindunginya. "Siapa dia?" tanya Akara dan segera dihawab oleh Lumpang."Pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi!"Pandangan Akara segera menelusuri tubuh kedua Dewa Fraksi, yang bukan bertubuh dari kelima ras Dewa, tapi layaknya manusia pad
Di dalam dimensi abstrak berwarna hitam bergaris putih-putih, Fraz, Dewa Fraksi dengan jubah putih berselimut perhiasan emas mendatangi pemimpin Fraksi Cahaya Ilahi. "Farz menghadap pemimpin!" Ia menelangkupkan tangan dan membungkuk ke arah lempengan emas yang melayang di atas sana. Walau tidak menunjukkan penampilannya, pemimpin Fraksi segera menjawab. "Farz, aku dengar kau berselisih dengan Raja Sheva, Dilvo.""Benar Yang Mulia! Mereka menyandera anak saya, Zurrark Fam. Mereka tertipu oleh taktik adu domba yang dilakukan Regera!""Kau sudah mendengar kabar tentang siapa sebenarnya Regera?"Dewa Farz nampak gugup dan mengangkat wajahnya, menatap lempengan emas yang berputar dan menjawab. "Saya belum bisa memastikannya, tapi informasi yang beredar sesuai dengan dugaan.""Lalu, kau ingin menyinggung dua kekuatan besar sekaligus?""Maaf Yang Mulia! Tapi setidaknya saya harus menyelamatkan anak saya!" Energi men