Boommm... Boommm...Boommm...Trank! Trank!Trank!Pertarungan sengit antara kelompok 3 dan 4 pun terjadi. Suara ledakan yang menggelegar dan dentingan senjata yang saling beradu juga menyertainya. Namun dengan keberadaan Tuan Putri Kota Malong Pa Nie yang memiliki kultivasi Ranah Raja Tahap Akhir, pertarungan itu segera berakhir dan kemenangan di raih oleh kelompok 3."Kelompok 3 berhasil memenangkan pertandingan! Para peserta silakan turun!" Teriak Tetua Pertama Klan Pa mengumumkan."Whoaaa.. Aku menang taruhan! Hahaha.. Tuan Putri memang yang terbaik!" "Aku mencintaimu, Tuan Putri!""Kamu yang terhebat, Tuan Putri!"Para penonton langsung bersorak-sorai atas kemenangan kelompok 3 dari kelompok 4. Mereka terus memuji-muji pencapaian dari Tuan Putri Kota Malong Pa Nie yang memang sejak awal digadang-gadang menjadi salah satu kandidat peserta yang akan memenangkan turnamen.Setelah semua peserta dari kelompok 3 dan 4 telah turun semuanya, Tetua Pertama Klan Pa kembali berteriak, "Kelo
Karena perbedaan kekuatan yang cukup mencolok dan lawan dari Jong Min tidak memiliki teknik atau keahlian khusus, pertarungan segera di menangkan oleh kelompok 7. Lalu untuk pertarungan selanjutnya tidaklah terlalu seru karena pesertanya hanya memiliki kekuatan yang biasa-biasa saja. Bisa dikatakan mereka hanyalah peserta tambahan yang mengikuti acara turnamen Kota Malong ini dan yang memenangkannya adalah kelompok 10."Baiklah.. Karena waktu telah sore dan babak kedua telah usai dengan kemenangan kelompok 2, 3, 5, 7 dan 10, maka di putuskan bahwa babak ketiga atau pertarungan individu akan di adakan esok hari! Para peserta turnamen di harapkan menggunakan waktu sebaik mungkin untuk memulihkan diri dan penonton di persilahkan untuk bubar!" Seru Tetua Pertama.Setelah mendengarkan pengumuman dari sang wasit atau Tetua Pertama Klan Pa, baik para peserta turnamen atau para penonton segera membubarkan diri untuk kembali ke tempat mereka tinggal.Hal yang sama juga dilakukan oleh Tian Lin
Pak tua Dong cukup terkejut karena dalam beberapa waktu saja pemuda bertopeng separuh wajah yang dia kenal sebagai Tuan Muda Tian Lin sekaligus teman dari Tuan Muda Ja Bu sudah mendatanginya dengan menenteng 10 batu sekaligus. Itu artinya dia akan mendapatkan bayaran 500 koin platinum dalam sekejap mata."Tuan Muda Tian! Apakah ini batu-batu yang anda pilih untuk di buka semuanya?" Tanya pak tua Dong untuk memastikannya."Benar, pak tua Dong! Sementara aku baru bisa mengambil 10 batu Ini saja di tempat batu-batu biasa!" Jawab Tian Lin sembari menganggukkan kepala."Baiklah.. Aku akan segera membukanya. Namun sebelum itu, sebagai peraturan yang berlaku rumah perjudian batu ini, Tuan Muda Tian harus membayarnya terlebih dahulu dan tidak boleh menarik kembali uang yang sudah dibayarkan jika ternyata batu pilihan Tuan Muda tidak sesuai dengan harapan," kata pak tua Dong menjelaskan."Tidak masalah!" Ucap Tian Lin sembari melambaikan tangan dan mengeluarkan 500 koin platinum tepat di atas
Tian Lin tidak memperdulikan sama sekali ekspresi wajah tidak karuan yang diperlihatkan oleh semua orang. Di sini dia hanya ingin bersenang-senang seperti apa yang dikatakan oleh temannya, Ja Bu. Nyatanya memang benar bahwa di sini dirinya sendiri merasa tertidur karena dapat mendapatkan sesuatu yang menarik hanya dengan sedikit uang.Setelah mendengarkan penuturan dari Tian Lin yang menurut mereka sangatlah tidak masuk akal sekali, semua orang segera mengikuti kamu udah bertopeng separuh wajah itu menuju ke tempat batu-batu yang berjejeran yang memiliki harga 100 koin platinum per-batunya."Senior Han! Apa mungkin pemuda bertopeng separuh wajah itu batu khusus berharga 100 koin platinum?" Katanya salah satu orang yang ada di tempat itu kepada teman seniornya yang ada di sampingnya."Aku juga tidak tahu! Tapi jika apa yang dikatakan oleh pak tua Dong sebelumnya adalah benar, akan menang untuk kedua kalinya," jawab pemuda yang dipanggil dengan nama senior Han."Jadi, maksud senior Han
Ekspresi lemas yang diperlihatkan oleh Ja Bu tentu saja membuat Tian Lin sedikit mengerutkan kening. Dia tidak tahu alasannya mengapa pemuda itu terdengar beberapa kali menghela nafas panjang. Namun dirinya juga enggan untuk menanyakannya karena menganggap bahwa mungkin sesuatu yang bersifat privasi sedang terjadi kepadanya.Sesampainya di Penginapan Melati Indah, keduanya segera berpisah dan memesan kamar masing-masing untuk beristirahat.***Keesokan harinya, di alun-alun Kota Malong kini tampak lebih ramai daripada hari sebelumnya, karena pada kesempatan pagi ini akan diadakan pertandingan babak ketiga yang merupakan pertarungan antar individu. Hal ini tentu lebih menggelitik minat para penonton sehingga meskipun waktu baru saja menunjukkan pagi hari atau jika dihitung dalam waktu bumi masih menunjukkan pukul 06.00 pagi.Semakin bergulirnya sang waktu maka semakin banyak pula penonton yang membeludak di area alun-alun kota. Tidak kurang sekitar 10.000 manusia dari berbagai kalangan
Sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah Tetua Pertama Klan Pa segera melesat ke atas panggung yang langsung menarik semua perhatian dari para penonton. Ribuan pasang mata langsung terfokus kepadanya tanpa terkecuali. Hanya beberapa orang saja yang tidak memperhatikannya karena sudah dari awal mereka adalah orang-orang yang datang hanya untuk berdagang keliling atau meraih keuntungan dengan adanya acara turnamen generasi muda tanpa perduli siapa pemenang atau generasi muda paling kuat di Kota Malong. Suara orang-orang ini bahkan terdengar sangat nyaring sekali sehingga membuat beberapa orang yang memiliki kedudukan tinggi seperti para utusan beberapa sekte mengerutkan keningnya."Yoo.. Kacang-kacang! Siapa mau kacang? Tak asik jika menonton tidak ada kacang!""Jagung goreng atau bakarnya, pak, buk, adek-adek!""Air minumnya yoo.. Siapa mau air minum? Pasti seret kalo habis makan kacang atau jagung tidak minum. Murah saja di sini yoo.. Air minumnya yok!""Kacangnya, pak tua! Sebu
Sebenarnya baik Tian Lin maupun para peserta lainnya juga merasa heran dengan cara penyampaian sang wasit atau Tetua Pertama Klan Pa ini. Akan tetapi mereka juga tidak mempermasalahkannya karena memang naik ke atas arena dengan cepat itu tidaklah sulit sama sekali.Segera 50 peserta turnamen yang tersisa dan akan melalui pertandingan babak ketiga berdiri serta berbaris dengan rapi. Mereka semua segera diberikan sebuah gulungan yang berisi nomor urut, sama seperti pada saat hendak melakukan babak kedua.Tian Lin yang berdiri di samping Ja Bu kali ini mendapatkan nomor urut 49, sedangkan Ja Bu nyatanya mendapatkan nomor urut 1 atau akan menjadi orang pertama yang bertarung di atas arena dalam babak ketiga ini."Hohoo.. Sepertinya kau harus tidur terlebih dahulu sebelum mendapatkan giliranmu, saudaraku," kata Ja Bu kepada Tian Lin."Haiih.. Sepertinya begitu! Aku akan menjadi lawan nomor urut 50 atau lebih tepatnya pertarunganku adalah pertarungan terakhir," jawab Tian Lin dengan nada le
Boommm...Ledakan menggema dengan sangat keras dan debu debu tampak mengepul menutupi kedua peserta."Ja Bu sialaaaan! Aku akan membunuhmu!" Teriak suara dari balik debu yang mengepul yang tidak lain adalah suara Jong Min.Bam! Bam!Trank! Trank! Trank!"Hahaha.. Kau ternyata tidak mengalami kemajuan sama sekali setelah pertarungan kita yang terakhir, tukang sirkus! Masih sangat lemah!" Kata Ja Bu mencemooh Jong Min dengan dominasi luar biasa di sela-sela dirinya menyabetkan pedang.Ja Bu sama sekali tidak membutuhkan banyak pengalaman bertarung saat melawan Jong Min, karena memang sejak awal dia sudah hampir tahu semua gerakan atau teknik bertarung pemuda yang memiliki julukan si tukang sirkus.Di setiap tebasan pedang Ja Bu dapat di rasakan bahwa sedikit Niat Pedang juga ikut timbul sehingga Jong Min benar-benar tidak berdaya sehingga hanya dalam waktu beberapa saat saja tubuhnya sudah dipenuhi dengan luka-luka sayatan pedang. Belum lagi dengan elemen api yang terus berkobar ke sana