Sudah berlalu waktu selama tiga hari setelah ujian sesi kedua. Tibalah saatnya ujian terakhir untuk menentukan tingkatan murid baru di akademi ini. Semua guru dan murid senior ikut menghadiri ujian terakhir ini. "Selamat datang para peserta yang akan mengikuti sesi ujian terakhir dalam penerimaan murid Akademi Bintang ini." Kata moderator dengan narasi yang bersemangat. "Adapun ujian ini, sangat sederhana. Kalian semua akan melakukan duel. Duel yang tidak sampai memberikan luka fatal, cukup untuk melihat tingkatan kalian dalam penggunaan aura ataupun mana. Jika salah satu dari lawan kalian menyerah, atau keluar dari arena duel, maka kalian dinyatakan menang." Kata moderator menjelaskan aturan. "Duel ini dibagi menjadi tiga tingkatan. Penyisihan, semi final dan final. Bagi mereka yang telah memenangkan babak penyisihan, maka akan lanjut ke semi final. Dan nantinya bagi finalis, dibolehkan untuk menantang senior mereka. Hanya 10 finalis yang dibolehkan maju untuk menantang." Tambah m
Dalam arena duel yang dilingkupi oleh penghalang iblis tingkat 10, Wusun memasang kuda-kudanya untuk melakukan serangan kepada Azzumar. "Kamu sangat berani dan tetap tenang walaupun dalam kondisi saat ini." Kata Wusun. "Senior, aku tidak tahu apa rencanamu. Tetapi, jika kamu beranggapan bahwa aku takut kepadamu, kamu sangat salah. Walaupun kekuatanku tidak sebanding denganmu, aku akan tetap melawanmu," Kata Azzumar dengan nada tegas. "Kalau begitu, coba buktikan kepadaku ucapanmu itu. Teknik Pedang Ganda, Tebasan Lingkaran Iblis," melesatlah Wusun mengayunkan dua pedangnya menargetkan Azzumar. "Dengan senang hati, senior. Gerakan Kedua, Tebasan Melingkar Harimau Petir," Azzumar pun melayangkan serangannya untuk menangkis dua pedang Wusun. Kedua pedang mereka beradu hingga memercikkan sebuah gelombang kejut. Wusun dengan sigap menebas tubuh Azzumar. Azzumar pun menangkis serangan Wusun dengan memutar pedangnya. "Kamu sangat lincah, aku akui bahwa kamu sangat jenius seperti orang
Setelah pertarungan melawan para iblis di dunia bawah usai, Rukam pun menutup kembali portal ruang antara dua dunia. Invasi kali ini, sangat di luar dugaan. Para iblis datang dengan mendadak dan monster pun menggila. Ia pun tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam ruang penghalang ketika itu. "Sepertinya, aku harus cepat membuka dunia kecil yang terletak di ruang bawah tanah. Namun, aku belum menemukan sebagian orang yang akan diberikan kehendak dari warisan itu." Kata Rukam sambil menelusuri semua tempat terjadinya pertarungan itu. Enes dan Shazin serta rekannya, bergantian merawat Azzumar yang masih tertidur di ruang perawatan akademi. "Entah bagaimana pertarungan yang dilakukan oleh Harimau Bodoh ini, sehingga semua tubuhnya terluka separah ini?" Kata Enes dengan nada yang kasihan sekaligus kesal. "Dampak pertarungan mereka berdua sangat tidak masuk akal." Kata Shazin. "Tetapi, instruktur Lia bilang, Azzumar tidak akan bisa menggunakan aura dan seni beladirinya selama setenga
Setelah mengepak barang bawaannya, Enes dan Shazin pun pergi. Hari masih gelap, bulan pun masih menampilkan cahaya terangnya. Udara dingin menerpa tubuh dengan lembutnya. Mereka berdua keluar dari akademi di waktu dini hari, sementara rekan-rekannya masih terlelap.Enes dan Shazin berjalan melewati halaman belakang akademi, dan memasuki hutan yang mengubungkan akademi dengan Bukit Kesaksian. Karena jalan itu, adalah jalur tercepat untuk dilalui. Jika mereka melewati jalan biasa, maka mereka harus melalui Desa Kutau. Dan akan memakan waktu sampai tiga hari. Jika melalui hutan di belakang akademi, waktu bisa dipersingkat menjadi dua hari untuk sampai ke bukit itu.Tak berapa lama kemudian, langit mulai cerah. Sehingga nampaklah Matahari mengintip di balik punggung pegunungan. Cahayanya mulai menerangi jalan setapak yang mereka lalui. Enes dan Shazin pun tetap berjalan, karena mereka sedang dikejar waktu. Adapun Shazin menjadi penunjuk jalan bagi Enes, karena ia sangat memahami geografi
Setelah berdiam satu malam di desa Elves yang terletak di Hutan Kesaksian. Enes dan Shazin pun mulai melanjutkan perjalanannya menunggangi qilin setelah berpamitan dengan ras Elves.Mereka hanya melintasi hutan untuk sampai ke tujuan tanpa melewati jalan yang hanya ditempuh oleh penduduk. Karena, jika mereka melewati jalan yang biasa dilewati penduduk, takutnya akan menghambat perjalanan mereka. Jalan yang mereka tempuh untuk mencapai Hutan Pinus harus melewati hutan Negeri Kuri atau bisa dikenal dengan Desa Jura. Ujung dari desa ini adalah hutan yang luas dan sebagai batas dari Kerajaan Maqdis. Kemudian mereka melewati hutan itu untuk sampai ke Desa Cermai.Enes dan Shazin harus mencapai Desa Cermai sebelum tiga hari perjalanan. Berkat bantuan qilin yang mereka tunggangi hal itu bisa dicapai. Setiba mereka di hutan desa itu, mereka beristirahat agak sebentar. Dan harus memulihkan tenaganya. Nampaklah aliran sungai kecil berbatu membelah hutan tepat di tangahnya. Enes tidak dapat meli
Hari masih subuh, tapi Enes sudah bangun dan menunggu. Dia membawa semua keperluan untuk memasuki Hutan Pinus. Pakaiannya masih sama dengan yang dikenakan kemarin. Pedangnya diselipkan di antara ikat pinggang. Tak lama kemudian, Shazin pun keluar dari kamarnya dengan semua perlengkapannya."Apa dari tadi kamu menungguku?" Tanya Shazin yang keluar dari kamarnya."Tidak," jawabnya singkat."Kalau begitu, mari kita pergi." Kata Shazin.Mereka pun keluar dari rumah yang disediakan goblin, dan melanjutkan perjalanannya. Sementara itu, para goblin tetap menundukkan kepalanya hingga mereka berdua tidak kelihatan.*Setelah lewat tengah hari, mereka berdua akhirnya sampai di Hutan Pinus. Hutan itu tumbuh subur. Dan di tengah hutan itu, terlihatlah sebuah gunung yang menjulang. Enes menyadari bahwa hutan ini tidak biasa. Ia merasakan banyak energi negatif yang keluar dari hutan.Ada banyak celah jalan yang luas dari hutan, dan banyak jalan yang bisa ditempuh di hutan ini, tapi tidak semuanya a
Enes dan Shazin memacu tunggangannya. Selepas dari misi, mereka menyempatkan kembali ke hutan kesaksian dan mengembalikan hewan suci milik Elves. Kemudian berjalan kaki untuk pergi ke akademi, dan mereka membawa anak kecil yang bernama Ryu bersama mereka."Bagaimana kabarmu di desaku?" Tanya Shazin sambil berjalan bersama Enes."Kabarku baik, dan mereka semua juga baik kepadaku." Jawab Ryu."Bagaimana ceritanya, kamu bisa bersama dengan kelompok pemburu itu?" Sela Enes. Ryu pun hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Enes."Kalau kamu tidak ingin memberitahu kami, tidak apa-apa." Kata Enes sambil menggaruk kepalanya."Anu.. Kami sebelumnya adalah seorang petani di sebuah desa kecil yang bernama Mildar berada di kerajaan Goris. Kami hidup bahagia walaupun memakan apa adanya. Tetapi, ketika perang terjadi antara kerajaan Goris dan Arakat, keluarga kami di bunuh oleh tentara Arakat dan menjadikanku sebagai rampasan dari peperangan. Adapun pemburu kemarin yang tuan bunuh itu, adalah par
Malam kelam yang pecahnya getaran hebat dari Hutan Kesaksian membuat Desa Kutau dan Kota Panja dilanda kepanikan. Begitu juga dengan Akademi Bintang. Para murid yang berada di asramanya, terbang berhamburan ke tengah halaman. Karena getaran itu, adalah getaran terkuat yang selama ini mereka ketahui. Tetapi, Enes dan Shazin tidak mengetahui getaran yang terjadi di malam ini. Karena mereka tertidur begitu lelap disebabkan letih dan lelah yang membebani tubuh mereka. Di atas langit luas yang di temani bintang gemintang berkelipan, dan bulan yang menyinari malam. Nampaklah sosok seekor hewan putih bersayap, terbang dengan kecepatan tinggi melintasi cakrawala malam. Terbang dengan gagahnya, kedua sayapnya mempunyai 7 warna yang indah. Kulitnya dipenuhi sisik yang kuat, dan ekornya yang panjang laksana gergaji besar. Ia terbang mengarah ke timur dari kerajaan Maqdis. Di tempat lain yaitunya Hutan Kematian, terlihat juga seekor hewan besar bersayap. Mempunyai warna hitam pekat yang gelap
Zhuan dan Vatsal pun pergi ke arah pintu keluar dunia kecil ini. Setelah mereka berdua pergi, kedua orang itupun langsung memeluk Zera. Zera pun merasa bingung dengan apa yang mereka berdua lakukan. "Kamu telah besar ya, nak." Kata orang itu sambil mengusap kepalanya. "Maaf, kamu siapa? Kenapa aku merasakan sesuatu yang dekat denganmu?" Tanya Zera. "Oh iya, kamu belum pernah melihat kami berdua. Tetapi kami selalu mengawasimu." Kata salah seorangnya lagi. "Namaku Azzumar Rahil, yang dulu terkenal dengan sebutan si Harimau Petir." Kata Azzumar sambil tersenyum ramah. "Dan, aku Louyi Grader, yang dulu disebut dengan Saintes Bintang." Kata Louyi sambil menangis terharu. Mendengar nama itu, Zera pun bingung antara senang dan sedih. "Jangan bercanda, ayah dan ibuku telah lama meninggal akibat melawan pasukan kegelapan." Kata Zera sambil menahan perasaannya. "Kami berdua memang telah lama mati. Ini adalah kehendak yang kami tinggalkan di kalung ruby yang kamu pakai itu, sebelum kami
Pertempuran semakin mencekam antara pasukan kegelapan melawan tentara aliansi empat kerajaan. Dromid yang memimpin pasukan iblis di sayap kiri, ditahan Alwen yang melancarkan serangan dengan menyeruduk semua pasukan Dromid. Dromid pun menebaskan pedangnya dengan niat membunuh yang kuat. "Apa menurutmu aku tidak bisa mengalahkanmu, kehendak Gill?" Kata Dromid sambil menyerang dengan enam tangannya. "Iblis sialan, berhentilah memanggilku dengan sebutan itu. Aku adalah Alwen Sang Penguasa Tombak yang akan menghancurkanmu." Jawab Alwen sambil menggerakkan tombaknya menepis serangan Dromid. "Aku akui kamu mempunyai nyali yang kuat, bocah. Tapi itu saja tidak cukup, Teknik Iblis Asura, Enam Pedang Penghapus Cahaya." Dromid pun menebaskan enam senjatanya yang telah dialiri aura hitam pekat ke arah Alwen. "Tak usah kamu banyak bacot, aku akan melawanmu sampai hancur tak bersisa. Teknik Tombak, Tebasan Tujuh Tornado Lautan Mengamuk." Datanglah tujuh pusaran angin yang diikuti air membentuk
Peperangan pun tertahan selama seminggu, karena kedua belah pihak telah kehilangan banyak pasukan. Dalam masa itu, Tempest membuka saluran komunikasi ke Istana Tashrif untuk memberi tahu mereka apa yang telah terjadi selama perang. Ia pun memberitahukan semuanya ke putra mahkota, dan bersiap untuk hal-hal yang tidak terduga nantinya. Tempest pun menyuruh semua menteri untuk langsung mengangkat putra mahkota menjadi raja Kerajaan Maqdis. Hal itupun langsung diterima oleh orang yang berada di istana. Besoknya pun diselenggarakanlah penobatan putra mahkota menjadi raja di depan semua penduduk yang telah dievakuasi ke ibukota. Maka dengan resmi diangkatlah Pijai Loza menjadi raja kerajaan ini. * Seminggu sudah berlalu dari gencatan senjata, keluarlah tiga jenderal iblis memimpin pasukannya untuk kembali menyerang pasukan Tempest. Pasukan yang mereka bawa kali ini sangatlah kuat dan mendominasi. Namun, begitu juga dengan pasukan yang berada di pihak Tempest, kali ini Bruq dan dua rekann
Enes dan Ryu pun ikut serta bersama para iblis dalam melancarkan serangannya untuk menghantam Isaac dan Alwen. Ryu yang telah kembali ke bentuk naganya, mendaratkan serangan yang kuat di arahkan ke Tempest dan Azzura. "Hantaman Cakar Naga Hitam Mengamuk." Naga Hitam Ryu pun memberikan pukulan kepada Tempest dan Azzura yang sedang berada dalam barier untuk memulihkan energi mana dan auranya. "Tidak akan kubiarkan itu terjadi," Alwen pun berlari ke arah mereka. Namun, para iblis menahannya. "Pelindung Kehidupan Ilahi," terbukalah sebuah energi memperkuat barier penghalang dari Tempest. "Ini,,, energi ini sangat murni dan kuat. Apakah Lucia juga datang untuk memberikan bantuan?" Tanya Azzura. "Panah Api Kehendak Phoenix," meluncurlah serangan anak panah yang dibalut mana api yang sangat kuat mengenai sayap kiri Ryu. Kemudian, membakar sebagian kecil dari sayap itu. "Urgh, serangan yang menyakitkan." Kata Ryu sambil mundur ke belakang. Adapun serangan panah itu, juga memberikan dam
Dalam ruang bawah tanah, Rukame telah menarik barier penghalangnya. Karena, semua pewaris kehendak sudah selesai mengultivasi teknik mereka. "Aku rasa, sudah waktunya bagi kalian untuk tampil di panggung sebenarnya. Karena para prajurit kerajaan sudah habis dilumat kegelapan di medan perang. Begitu juga dengan rajanya." Kata Rukame. "Apakah sesuatu telah terjadi ketika kami berkultivasi, senior?" Tanya Bruq. "Benar, peperangan telah terjadi antara Gaffar melawan 4 kerajaan. Sudah lebih satu minggu perang itu terjadi. Kerajaan yang beraliansi dengan Maqdis telah melarikan diri dari peperangan. Sehingga seluruh pasukan kerajaan telah musnah, begitu juga dengan raja dan jenderalnya." Rukame menjelaskan. "Isaac dan Alwen telah berangkat dari tadi untuk mencegah mereka terlalu jauh." Sambungnya. "Kalau begitu, kami akan ikut melawan pasukan Enes," kata Bruq. "Memang harus demikian, jika kerajaan ini jatuh, maka Benua Cengal akan dikuasai oleh kegelapan. Maka dari itu, tolong selamatka
Dalam perang yang tidak seimbang itu, Tempest dan Azzura beserta pasukan kerajaan yang tersisa, sudah merasa putus asa. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pasukan kegelapan mengalahkan jumlah dari pasukan kerajaan yang tersisa. Dan ditambah dengan pasukan aliansi kerajaan melarikan diri dari medan perang. Dalam situasi yang tidak menguntungkan itu, ketika Enes ingin memberikan serangan jangkauan luas yang ditargetkan kepada Tempest, datanglah sebuah serangan yang menepis serangan dari Enes, dan memberikan gravitasi yang kuat. Sehingga membuatnya terjatuh, begitu juga dengan naga hitam yang ditungganginya. * "Apa kamu tidak apa-apa, Pak Tua?" Tanya orang itu sambil membantunya berdiri. "Urgh, kamu siapa, nak?" Tanya Tempest sambil memegang tangannya. "Sihirmu sangat mirip dengan profesor Rukam." Sambungnya. "Maksud anda leluhurku, Pak Tua? Namaku Isaac Radian, seorang penyihir bintang." Jawab Isaac dengan singkat, karena akan ada serangan yang datang kepada mereka. "Nanti kita
Di ruang bawah tanah, Isaac dan rekannya hampir selesai mengultivasi kitab kuno yang diberikan oleh Rukame. Hal ini ditunjukkan oleh energi mereka yang telah memadat, dan mencapai puncak bintang 10 dalam mana dan aura. Jika mereka berhasil, maka mana dan aura mereka akan menembus batasan menuju Alam Sage. ** Melihat serangannya dibelokkan oleh Kazen, Tempest menyadari bahwa semua jenderal pasukan kerajaan Maqdis yang ikut perang telah mati. Ditambah dengan Raja Babel Loza yang ikut menyusul mereka, semua pasukan militer kerajaan telah mencapai putus asa yang tidak tertahankan. Seolah-olah mereka telah pasrah tentang diri mereka untuk mempertahankan tanah airnya dari invasi iblis dan monster yang dipimpin Raja Kegelapan. "Keinginanmu itu hanya untuk menguasai semua benua ini, bukan?" Kata Tempest. "Kalau kamu sudah tahu, untuk apalagi kamu bertanya, Tempest? Aku akan menguasai seluruh benua ini, dan akan kumulai dari kerajaan ini. Gehaha. Jika kerajaan yang kuat telah jatuh, maka k
Dalam aura hitam yang pekat, akhirnya Ryu berubah menjadi makhluk besar bersayap dan mempunyai sisik yang hitam pekat. Adapun tombak miliknya, langsung menyatu dengan tubuhnya. Sehingga membuat sebuah inti naga yang belum matang. Kepakan sayapnya langsung menghempaskan semua pasukan dari Kerajaan Maqdis dan tiga kerajaan yang mendukungnya. "Hei Tempest, Azzura! Apa kamu yakin membiarkannya dan melawanku? Gehaha... Kalau begitu semua pasukan itu, akan binasa lho... Gehaha." Kata Enes dengan suara yang senang. "Dasar bajingan, apa yang telah kamu perbuat kepadanya, sehingga berubah menjadi monster seperti itu?" Tanya Tempest. Getaran yang dibuat Ryu pun semakin kuat ketika ia mengepakkan sayapnya dan terbang ke langit. "Hahahaha, inilah kekuatanku yang sebenarnya. Inilah puncak dari kekuatan itu. Hahahaha." Teriak Ryu sambil terbang. Kemudian dia mengeluarkan nafasnya. Dengan seketika, prajurit yang terkena nafas itupun membeku. Tidak hanya prajurit, monster yang berada di dekatnya
Perang masih berlanjut dan berkecamuk dengan sangat hebat. Kedua belah pasukan sudah sedaging peperangan, terdengar bunyi suara pedang saling beradu. Pasukan kerajaan didorong mundur oleh pasukan monster yang menggila."Kazen, aku akan mengahadapimu dengan segenap kekuatanku." Kata Kuo dengan memasang auranya."Aku pun juga begitu, Kuo. Aku tidak menyangka bisa beradu pedang denganmu. Tetapi, pertemuan ini menjadi pertemuan pertama dan terakhir bagi kita." Jawab Kazen dengan mengeluarkan auranya."Maka dari itu, mari kita lakukan salam kenal kita. Gerakan pertama, Tarian Pedang Api Harimau Putih." Kuo pun membuat langkah pertama untuk menyerang Kazen."Aku selalu siap, Tebasan Pedang Api Harimau Hitam." Kazen dengan cepat menangkis serangan pedang Kuo.Pancaran energi dan serangan mereka berdua pun beradu. Setiap pedang mereka berdua beradu, Kazen dan Kuo pun bisa melihat kenangan lama yang mereka alami. Kezen melihat kenangan Kuo, dan Kuo pun menelisik kenangan dari Kazen. Sehingga m