Selamat hari senin semuanya terima kasih sudah menjadi pembaca setia KUTUKAN LELUHUR ya bagi hal-hal yang tidak dimengerti ketika baca cerita ini, bisa juga baca cerita WARUNG TENGAH MALAM... karena kedua cerita ini semuanya saling berhubungan satu sama lain vote dan komen ya karena dua itu adalah penyemangat bagi hidup saya untuk bisa upload setiap hari terima kasih
Tempat ritual yang berada di dalam Gunung Sepuh itu bermacam-macam. Ada yang berbentuk gua, pohon besar, aliran sungai, kolam kecil. Juga batu besar seperti ada yang ada di depan Asep sekarang. Semua tempat tersebut mempunyai penunggu yang berbeda. Juga dengan tujuan yang berbeda pula. Gunung Sepuh sudah mempunyai suatu sistem yang membuat para manusia bisa datang ke tempat tersebut tanpa harus susah payah membelah hutan dan mencari tempat-tempat tersebut di dalam kegelapan. Apabila kita tahu caranya, akan ada sesosok makhluk yang dengan sendirinya membukakan jalan kepada tempat-tempat ritual tersebut agar para manusia tidak tersesat di dalamnya. Hanya dengan imbalan satu atau dua batang rokok yang diberikan kepada makhluk tersebut. Dia dengan sukarela akan membukakan jalannya bagi kita semua agar bisa melanjutkan perjalanan ke tempat ritual, dimana tempat tersebut adalah menjadi awal mula perjanjian dengan para makhluk Gunung Sepuh tercipta. Waktu semakin larut, Asep tertunduk di
Semua makhluk yang melakukan ritual dengan para manusia, biasanya sering meminta sesuatu agar apa yang makhluk itu inginkan, kemudian hal itu akan ditukar dengan apa yang manusia itu harapkan dari perjanjian itu. Permintaan tersebut tidaklah mudah, karena para makhluk biasanya ingin sesuatu yang sangat sulit dikabulkan oleh manusia tersebut ketika perjanjian itu berlangsung. Banyak sekali permintaan dari mereka yang membuat manusia hidup dalam lingkaran kehidupan yang sangat gelap. Uang, kekayaan, jabatan ataupun keilmuan pemberian dari para makhluk itu tidak serta merta membuat para manusia tenang seumur hidupnya. Hidupnya akan lebih tersiksa, di mana ketika ada salah satu syarat yang harus dipenuhi semakin lama semakin tidak masuk akal dan sulit, bersamaan dengan keinginannya yang terkabul secara instan. Dan hal itu pasti menguras emosi dan perasaan para manusia itu, untuk bisa memilih apakah dia tetap berpegang teguh dengan perjanjian yang berlangsung, atau malah hatinya akan dil
Apakah suatu perjanjian yang melibatkan makhluk Gunung Sepuh bisa saja gagal, ketika permintaan makhluk tersebut tidak terpenuhi oleh manusia yang akan melakukan perjanjian dengannya. Jawabanya adalah bisa. Namun, para makhluk itu tidak akan melepaskan manusia tersebut dengan mudahnya. Dia akan terus-menerus di terror hingga akhirnya dia mau tidak mau menyanggupi permintaan dari makhluk itu hingga perjanjiannya tercipta. Makhluk yang tinggal di dalam Gunung Sepuh penuh akan tipu daya, dia akan terus berusaha agar sesuatu yang bisa menghasut para manusia tersebut akan berjalan dengan sempurna. Dan itu yang kini dilakukan oleh makhluk yang diam di batu nangtung. Sebuah batu yang sangat diagungkan dan dikeramatkan pada masa itu untuk seseorang yang ingin sekali mempunyai kekayaan dengan sangat instan. Tanpa ada gangguan dariku pun, Asep sebenarnya ingin membatalkan ritual yang sudah dia jalani. Karena dalam dirinya, dia tidak tega melihat anak bungsunya yang akan menjadi lauk pauk unt
Aku mendadak terdiam, tepat beberapa langkah dari Asep pada malam itu. Sebuah aura yang mencekam terasa olehku, bukan hanya hawa dingin pegunungan yang menusuk kulit. Tapi juga, ada hawa lain yang membuat kulitku seperti tertusuk jarum kecil ketika aku melihat sesuatu di depanku. Makhluk itu tiba-tiba menampakan dirinya, tepat ketika Asep mendekati jiwa anaknya yang muncul di jalanan setapak itu. Mungkin tubuh anaknya kini terbujur kaku di sana, karena jiwanya sudah ada di dalam genggaman makhluk tersebut. Sesosok makhluk yang sering kali menyebut dirinya Dewi Neng Tiyas. Makhluk yang menjadi penghuni dari batu nangtung, dengan memunculkan jiwa anaknya. Dia berhasil memancing Asep dan memegang tangannya dengan sangat erat. Sehingga Asep terjebak dan tidak bisa melepaskan diri dari genggamanya. Wuss, wuss, “LEPASKEUN AING (AKU) GOB*OG !!! ” Asep yang marah hanya bisa melayangkan tinjunya ke arah makhluk tersebut, namun tangannya ternyata menembus tubuh dari makhluk itu. Dan dia tid
Aku sungguh kaget, secara tidak sengaja aku bisa memukul makhluk itu dengan kedua tanganku. Padahal, aku lihat sendiri. Asep, orang yang ada di depanku ini tidak bisa memukulnya dengan kedua tangannya. “Apakah ini adalah hasil dari apa yang Bapak lakukan selama ini kepadaku?” Kataku sambil melihat kedua tanganku pada malam itu. Makhluk itu terpental, menembus beberapa pohon hutan yang besar dan tinggi di ujung sana, lalu menghilang dalam kegelapan malam Gunung Sepuh pada malam itu. Pada saat yang sama, aku melihat Asep tiba-tiba terjatuh, bersamaan dengan kesadarannya yang kembali pulih pada saat itu juga. Hah hah hah Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, dia terduduk sambil memegang dadanya dengan salah satu tangannya. Asep seakan tidak percaya atas apa yang menimpanya, karena dia merasakan sendiri ketika jiwanya akan terlepas dari dalam tubuhnya dan hal itu membuat tubuhnya hampir kehilangan kesadaran. Asep yang tiba-tiba terduduk melihat anaknya yang masih menangis dengan t
KEH KEH KEH KEH Sratt Angin besar tiba-tiba berhembus kembali, bersamaan dengan bekas cakaran dari gigi tajamnya yang kini berbekas di pepohonan yang berada di sekitarku. Aku sudah menyuruh Asep untuk menunduk, dan tidak melakukan apa pun yang bisa melukai badannya sendiri. Asep juga sadar akan hal itu. Karena tubuhnya hanya bisa dipakai untuk berkelahi dengan manusia, dan tidak pernah dalam hidupnya berhadapan dengan makhluk yang seperti ini. “Ayolah, ayolah, ayolah!” Aku terus-menerus berusaha memegang anak tersebut, dan tak lama ketika angin besar yang datang untuk kedua kalinya. Tanganku tiba-tiba bercahaya kembali, cahaya berwarna biru muda yang muncul dengan sendirinya. Benar saja, setelah cahaya itu muncul. aku bisa memegang anak itu, seperti layaknya aku memegang tangan anak kecil dengan kulitnya yang masih terlihat halus. “Kang, hey Kang!” Aku sedikit berteriak, tepat ketika aku berhasil memegang anak tersebut untuk aku bawa ke depan Bapak. “Ayo kita cepet pergi dari t
Makhluk itu tiba-tiba berhenti, bersamaan dengan hilangnya aura hitam yang keluar dari dalam tubuhnya. Wajahnya yang tadinya mendekatiku ketika aku terjatuh tiba-tiba menoleh ke arah pepohonan hutan yang sangat gelap di sekitarnya. Wajahnya tiba-tiba berubah, menjadi wajah yang ketakutan. Jari-jari tangannya yang awalnya akan mencekikku kini dia dekatkan ke dada, mencoba menghentikan tindakan yang akan dia lakukan kepadaku pada saat itu juga. Situasi yang sangat aneh dan membingungkan, aku berharap itu adalah bapak. Yang datang di saat-saat yang tepat seperti halnya pahlawan-pahlawan yang sering kali aku baca di buku komik kepunyaan Caca. Namun, “JANGAN KAMU APA-APAKAN ANAK ITU, KARENA ANAK ITU ADALAH SESUATU YANG BERHARGA BAGI KU. ” Sebuah suara yang sangat berat terdengar, dan itu bukan suara bapak. suaranya muncul dibarengi dengan angin kencang ke arah makhluk itu. Bahkan makhluk itu langsung mundur dan menghilang. Meninggalkan aku, Asep dan jiwa anak bungsunya yang masih berdi
Rumah ku yang berada di ujung kampung, seringkali menjadi tempat kegiatan warga untuk berkumpul. Mereka berkumpul untuk membahas segala hal yang menyangkut tentang kampung dan Gunung Sepuh. Juga, hal-hal tabu yang hanya bisa diobrolkan dalam kumpulan tersebut. Biasanya, kumpulan rutin yang sering di laksanakan di rumahku itu dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Di mana kumpulan rutin itu dilaksanakan sebelum para warga berangkat ke ladang atau ke kebun pada pagi harinya, mereka akan datang ke rumahku terlebih dahulu untuk membahas tentang kampung dan hal-hal lain di dalamnya. Sebelum nantinya, mereka berangkat lagi ke kebun dan ke sawah ketika acara tersebut selesai. Apa yang warga bahas dalam perkumpulan tersebut sangatlah rahasia, ada kepercayaan yang saling mereka jaga agar isu yang mereka bahas tidak sampai keluar kampung. Karena, ini menyangkut dengan nama kampung yang semakin hari semakin buruk. Kampung yang di cap dengan berbagai nama yang negatif, membuat warga lebih memil