Rumah Yoga memang sedikit agak unik. Rumahnya terdiri dari tiga bangunan yang berbeda, dua bangunan dibangun menjadi sebuah kontrakan yang terlihat memanjang hingga ke arah jalan, sedangkan rumahnya berdiri sendiri di paling belakang. Kontrakan yang sengaja dibangun oleh kedua orang tuanya untuk bekal masa depan Yoga dan adiknya, kedua bangunan dengan total sepuluh pintu akan dibagi dua ketika kedua orang tuanya meninggal. Sehingga, apabila mereka berdua tidak bekerja pun mereka masih bisa mempunyai penghasilan dari para penghuni kontrakan yang mengontrak kepadanya. Bapak dan Ibunya Yoga yang terkenal akan kerja kerasnya, hasil dari kontrakan yang dia bangun masih kurang untuk menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya. Yoga yang pintar membuat kedua orang tuanya menyekolahkan dia di sekolah yang mahal, memasukkannya ke beberapa tempat les untuk bisa mengasah kemampuannya, bahkan tak jarang mereka selalu memberikan buku-buku terbaik untuk dia baca. Sehingga kedua orang tuanya harus te
Yoga yang awalnya tersadar akan sesuatu hal yang terjadi tentang adik dan Bapaknya yang telah lama meninggal, Yoga kini hanya terdiam di rumahnya. Apalagi ketika dia mendengar suara adiknya yang menangis dan meminta tolong di dalam radio yang dia putar pada malam itu, lampu yang menyala di dalam kamarnya tiba-tiba mati, dan membuat semua ruangan yang ada di dalamnya menjadi gelap gulita.Yoga hanya bisa duduk dan tidak melakukan gerakan apapun, matanya melirik kesana kemari mencari sumber cahaya dengan jantungnya yang berdetak sangat kencang.DegDegDegYoga yang hanya sendirian di ruangan yang gelap kini mulai merasakan ketakutan, takut akan sesuatu yang tadi dia temui. Apakah dirinya memang sudah mati seperti adik dan Bapaknya yang dia lihat, atau memang ini adalah halusinasi yang tidak bisa dia jelaskan dengan kata-kata yang seperti nyata.BrrrrrDi tengah-tengah ketakutan tersebut, secara tiba-tiba sebuah cahaya redup muncul dan letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri. Tempat it
Deg,Deg, degDeg, deg, degYoga yang berada di dekat saklar lampu mendadak terdiam kembali, wajahnya semakin pucat ketika mendengar suara Yuni dengan jelas meminta tolong kepadanya pada saat itu.“Gak, gak gak mungkin, ini pasti mimpi, ini pasti mimpi.”“Gak, gak mungkin orang mati bisa datang dan menakut-nakuti ku.”“Gak gak, gak mungkin, gak mungkin, gak mungkin.”Yoga hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika dia berdiri disana. Wajahnya sangat pucat, sisa-sisa dari keringat dingin yang keluar membuat wajahnya sedikit basah, bahkan rambutnya pun terlihat tidak karuan sekarang.Dia hanya terdiam dengan kata-kata yang keluar seolah tidak percaya atas apa yang terjadi di depan matanya.“Yuni sudah mati, Bapak sudah mati, te, te tempat ini mungkin saja bukan rumahku.”“Tapi te, te, tempat lain yang menjadi rumahku sekarang.”“Gak mungkin, Yuni gak mungkin datang menakut-nakuti sekarang.”“Di, di, dia sudah tenang di alam sana, dia gak mungkin bisa hidup kembali dan menakut-naku
“YOGAAAAA, BANGUN YOGGAAA” Esih berteriak-teriak di tengah hutan, melihat yoga yang sedang tergeletak begitu saja dan tidak berdaya. tubuhnya terlihat sangat kotor, wajahnya terlihat sangat pucat, entah apa yang terjadi kepada dirinya sehingga seperti ini. Tubuhnya terlihat sangat dingin, kulitnya terlihat sangat pucat. Bahkan, matanya pun terbuka, namun tidak ada pupil berwarna hitam di matanya, yang ada hanyalah bola mata yang berwarna putih dengan mulut yang terbuka pada malam itu. Sudah berbagai cara esih lakukan agar dirinya bisa sadar disana, mulai mengguyur wajahnya dengan air yang mereka temukan di daun-daun yang kini sudah mulai berembun karena dinginnya malam tersebut. hingga dirinya pun melakukan sesuatu yang seharusnya bisa membangunkannnya. “Maaf ya yoga, maaf” PLAK, PLAK, PLAK Beberapa kali tamparan keras ke arah pipi yoga dia lakukan, dia sengaja melakukannya semata-mata agar yoga bisa kembali sadar atas apa yang terjadi kepada dirinya. Dan ternyata, hal itu berha
DrttttttDrttttttSuara-suara gemuruh dari Gunung Sepuh tampaknya akan terus terdengar dan menemani malam ini, entah apa yang terjadi kepada ku, Esih, Yoga juga kedua jiwa yang hilang di dalam sana, Yuyun, Parman, Mas Parto dan Mang Yayat terus memikirkan kita yang sedang ada di Gunung Sepuh dan belum kembali.Pepohonan yang tumbuh di sekitar gunung tampak bergetar hebat sehingga beberapa dari pepohonan itu menjatuhkan daun-daun yang tampak sedikit layu dan tidak mampu menahan getaran dari apa yang terjadi di bawahnya.Semua warga Kampung Sepuh tampaknya tahu hal ini akan terjadi kembali, kejadian-kejadian besar yang bisa membuat Gunung Sepuh kembali bergemuruh.Mang Yayat yang mengetahui penyebab akan suara tersebut tampaknya tidak bisa tidur, dia masih tetap terbangun dan kini malah ikut menginap di rumah Mas Parto, bersamaan dengan para mahasiswa KKN yang tertidur di sana.Mang Yayat dan Mas Parto memastikan mereka aman, Tama yang sudah lelah dengan kejadian-kejadian seperti ini ki
Yuyun, Mas Parto, dan Mang Yayat tampak kaget dengan sosok yang sedang berdiri di depan pintu. Mereka terdiam sesaat, karena mereka tidak tahu siapa sosok yang ada disana. Namun, Mas Parto yang berpikir cepat langsung bergerak. Berusaha menutup pintu kembali karena menyangka bahwa itu adalah salah satu makhluk gunung yang memang sudah menunggu mereka di depan rumah. Dag Pintu rumah yang akan Mas Parto tutup mendadak terhenti ketika salah satu tangan dari sosok itu menahannya. Bahkan sosok itu tiba-tiba berjalan untuk masuk ke dalam rumah Mas Parto pada saat itu, sehingga Mas Parto, Mang Yayat bahkan Yuyun sendiri pun secara mendadak mundur ketika sosok itu berjalan masuk ke dalam rumahnya. “Gak usah ketakutan begitu, aku adalah manusia kok sama seperti kalian, tuh buktinya aku napak gini di tanah.” Wajah dan tubuhnya yang awalnya gelap kini mulai terlihat dengan jelas ketika dirinya berjalan secara perlahan masuk ke dalam rumah. Dia hanya memakai kaos oblong bergambar merk semen
Suara gemuruh-gemuruh yang terjadi di dalam Gunung Sepuh, rupanya tidak membuat Parman ketakutan. Dia masih duduk terdiam di dekat Epul dan Omes yang masih terbujur kaku dengan wajahnya yang tampak pucat, seakan-akan Parman sedang menunggu dua mayat yang tergeletak di tengah rumah pada malam itu. Hanya satu lampu minyak yang menjadi penerangan satu-satunya bagi Parman disana. Sebuah lampu minyak kecil tanpa penutup kaca yang dia simpan di dekatnya ketika sedang duduk menghadap pintu rumah. Pandangannya terlihat sangat waspada, meskipun Parman adalah orang yang paling kecil di antara kita berempat, namun Parman adalah orang yang paling berani, karena mungkin ada nasehat-nasehat dari Mas Parto agar tidak terlalu takut akan hal-hal aneh yang muncul pada malam hari. Beberapa kali api yang menyala di lampu minyak itu bergerak seperti tertiup angin yang tiba-tiba muncul entah darimana, Parman yang duduk hanya menatap sebentar lampu minyak itu dan kembali menatap pintu rumah dengan kewaspa
Sebuah keilmuan yang membuat tubuh seseorang bergerak sendiri, itu memang bisa dipelajari oleh siapapun, meskipun itu tampaknya tidak mudah.Ilmu nyurup, itulah yang biasa mereka kenal di tanah sunda. Nyurup memang berbeda dengan kesurupan, meskipun pada dasarnya kedua kata tersebut sama, yaitu surup dan nyurup, namun dalam prakteknya dua kata tersebut adalah dua kata yang jauh berbeda.Ilmu nyurup, adalah suatu ilmu yang mirip dengan suatu keilmuan yang ada di tanah Toraja, yaitu sebuah keilmuan yang membuat orang yang sudah meninggal bisa bergerak karena ada sesuatu yang mengambil alih mayatnya dan membuatnya bisa berjalan hingga ke pemakamannya.Sehingga, ilmu nyurup adalah sebuah ilmu yang membiarkan tubuh kita dikendalikan oleh makhluk yang ada. Namun, dia masih bisa mengontrol tubuhnya dan tidak membiarkan tubuhnya diambil alih oleh makhluk tersebut layaknya orang yang sedang kesurupan. Sehingga, orang-orang yang nyurup, bisa dengan mudah memasukan dan mengeluarkan semua makhluk