KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 3.
**
POV RATNA.
Aku sangat menikmati pemandangan wajah suamiku yang pias melihat brosur buat masuk TK. Aku merasa bahagia sekali. Biasanya dia akan dengan wajah garang berkata aku boros dan gak bisa mengatur uang.
"Sebaiknya Lala gak usah masuk TK saja tahun ini, Rat." Bang Hadi berkata dengan suara lemah.
"Kenapa? Dia selalu tanya kapan masuk TK. Aku kasihan sama dia."
"Kamu lihat biaya nya mahal banget gitu. Kamu aja yang ngajari dia di rumah. Lagian biayanya bisa beli motor second tahu! Kerjaan kamu juga cuma tidur dan ongkang-ongkang kaki aja di rumah. Kamu lebih suka main HP. Gak pagi, siang, sore dan malam. Kerjaan kamu cuma maen HP!"
Bang Hadi mendelik menatapku. Aku mendengkus kesal kalau gak karena HP ku maka dia dan anak-anak gak bisa makan.
Bang Hadi itu baru dua tahun ini diangkat menjadi PNS. Dahulu dia adalah pegawai honorer. Selama enam tahun lebih aku mengarungi rumah tangga dengannya penuh suka duka.
Sebelum menjadi PNS. Kami tinggal di kampung, dengan rumah orang tuaku dan dia hanya beda kampung saja. Kami berkenalan saat dia menjadi panitia di perlombaan anak islami antara kampung.
Penampilannya yang alim sangat menyilaukan mataku. Dia juga baik dan ramah serta punya banyak teman. Bang Hadi menjadi panitia di lomba itu. Aku mengantarkan adikku yang masih SMP untuk ikut lomba adzan tingkat lanjut.
Setelah menikah barulah aku mengetahui watak aslinya. Bang Hadi ternyata sangat pelit sekali, untuk nafkah keluarga. Aku bekerja mengajar anak-anak sekitar membaca dan menulis untuk menutup biaya rumah tangga kami.
Saat itu ada pendaftaran menjadi pegawai negeri di kota. Aku dan Bang Hadi mencoba mendaftar. Aku berdoa sama Allah supaya salah satu dari kami lolos. Do'a itu diijabah Allah, Bang Hadi menjadi pegawai dan aku yang gagal.
Walaupun begitu aku terus bersyukur. Kalau kita bersyukur maka Allah akan menambah lagi rezeki untuk kita entah datangnya dari mana saja. Ketika itu anakku juga masih kecil-kecil dan aku merasa kasihan meninggalkan mereka jika aku yang bekerja.
"Ratna! Kamu udah masakin air mandi aku!" Bang Hadi memanggil. Aku bergegas ke belakang. Aku lalu memasakkan air mandinya setelah gas terpasang.
"Bang, bagaimana kalau mobil di jual saja. Atau di upayakan saja uangnya buat modal atau apa."
"Gak bisa. Angsuran udah berjalan. Setahun lagi baru lunas. Lagian itukan uang hasil kerja ku. Kenapa kamu yang begitu sibuk!"
"Bukan seperti itu. Kamu itu kekurangan, Bang. Lebih baik uangnya di gunakan untuk yang lebih bermanfaat seperti kasih aku modal buat berjualan makanan atau apa saja untuk bisa membantu kamu."
"Bantu? Yang ada kamu menghabiskan uangku kalau kuberikan kamu modal. Kamu saja sudah ...."
Aku melotot melihatnya. Dia tak melanjutkan ucapannya.
"Apa? Kamu mau katakan aku boros lagi? Siapa yang lebih boros, Bang. Aku atau kamu? Kalau gak karena aku yang berkorban untuk keluarga ini anak-anak gak bisa jajan dan kamu gak bisa makan!"
Bang Hadi menghela napas.
"Tapi aku sangat sayang dengan mobilku. Aku gak akan jual. Rat, kenapa uang satu juta bisa cukup di tangan kamu sedangkan sama aku langsung habis ya. Kamu aja deh yang pegang uang itu, Rat."
"Enggak mau. Aku mau kamu kasih aku modal 50 juta. Aku akan atur untuk kehidupan kita kedepannya!"
"50 juta buat apa? Kamu pikir uang segitu sedikit. Itu banyak!" Bang Hadi protes.
Bukan tanpa alasan aku meminta. Setelah hutang di Bank lunas. Maka dia akan mengambil lagi entah untuk apa. Bang Hadi sama sekali tak berpikir untuk masa depan keluarga kami. Kedua anakku butuh pendidikan. Kalau tidak aku yang berpikir maka anak-anakku mungkin gak sekolah.
"Kalau begitu kamu harus penuhi segala kebutuhan kami, Bang. Kamu akan belanja sesuai kebutuhan kita setiap hari. Jajan anak-anak dan untuk sekolah Lala juga wajib kamu sisihkan uangnya!"
Aku mendengkus ke suamiku. Dia menghela napas lagi.
"Rat, aku gak bisa kalau harus belanja kayak gini karena uang kita gak cukup. Kamu minta dan Ibu minta. Yang mana harus aku dahulukan? Aku udah janji sama Ibu buat belikan dia kalung emas!"
"Kenapa cuma Ibu kamu dan keluarga kamu yang kamu pentingkan. Setelah kamu tahu sendiri perjuangan aku dalam mengolah uang belanja. Apa mata kamu gak juga terbuka. Gini aja, uang gaji kamu masih tersimpan dua juta dua ratus di Bank. Kamu ambil lima ratus. Satu juta lima ratus buat aku dan anak-anak sementara untuk Ibu dua ratus ribu dulu sampai hutang kamu lunas di Bank! Uang Bonus kamu harus serahkan juga setengah padaku dan selebihnya kamu bisa simpan. Itu yang akan di gunakan untuk mengumpulkan modal."
"Pintar banget kamu ngatur-ngatur aku. Aku gak bersedia!"
"Terserah kalau kamu gak bersedia. Kamu atur segalanya saja sendiri. Kamu pikir, Bang, uang satu juta lima ratus itu cukup apa? Cuma di tangan aku uang itu bisa berkembang!"
"Aku akan coba saja belanja untuk sebulan ini. Gak rela rasanya kamu pegang semua uang aku sampai menjatah Ibu segala!"
"Ya sudah terserah kamu saja. Aku akan hormat banget sama kamu kalau uang kamu bisa pas buat belanja sebulan kita ini. Ingat uang pemberian kamu cuma tinggal setengah lagi, sementara masih ada 29 hari untuk bulan depan kamu gajian, Bang!"
Aku hanya tertawa sinis menerima keputusan Bang Hadi. Terserah saja, sih.
[Hadi. Ibu mau datang ke rumah kamu beberapa hari lagi. Udah gak sabar mau di beliin kalung sama kamu, Nak.]
Gawai Bang Hadi bergetar karena menerima pesan dari Ibu. Aku melirik isi pesannya.
"Wah, kamu mesti nambah belanjaan lagi, Bang," kataku kembali mengejeknya.
Bersambung.
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU4. PoV Ratna. Wajah suamiku mengeras aku mengatakan itu padanya. Biar saja dia tahu rasa. Diajak kerja sama saja gak mau. Padahal niat aku baik, aku mau punya usaha entah itu membuka warung kecil-kecilan atau berjualan makanan di rumah. Semua itu butuh modal. Jika saja uang belanja yang di berikan nya cukup maka uang hasil menulis dan jual pulsaku bisa ku simpan untuk menambah modal usaha. Namun, mau bagaimana lagi, uang itu terpaksa ku gunakan untuk membantu biaya makan kami dan membeli beberapa lembar pakaian anakku juga pakaian ku. Maksudku uang Bang Hadi sejuta lima ratus itu. Aku simpan lima ratus setiap bulan. Jika rutin menyimpan maka akan bertambah jumlahnya. Sementara uang menulis biarlah menjadi tambahan makan kami sehari-hari juga uang sejuta yang dia berikan. "Ini tinggal lima ratus lima puluh ribu lagi, Rat. Tolong kamu gunakan untuk biaya kedatangan Ibu." Bang Hadi menyerahkan lagi uang itu padaku. "Sudah berapa kali aku bilang gak mau, Ban
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 5. **PoV Ratna**Aku selesai membacakan buku cerita untuk anakku. Mereka sudah tertidur. Ku selimuti kedua anakku. Mereka tidur di dua tempat tidur terpisah. Lala di atas dan Lily di bawah. Setelah mereka tertidur. Aku menyelesaikan tulisanku. Butuh beberapa waktu untuk menyelesaikan tulisan ku. Aku membuat cerita tentang suami yang menjatah-i istrinya belanja. Sangat mirip dengan kisah yang aku tulis. Walaupun belum banyak pembaca tetapi aku bersyukur selalu sama Allah karena dengan menulis aku mendapatkan pemasukan yang cukup untuk membantu ekonomi keluargaku. Entah, kedepannya akan seperti apa. Aku berharap akan baik kehidupanku dan anak-anak. Allah memberikan rezeki yang baik setiap harinya. Setelah selesai menulis. Aku iseng membaca postingan teman grup kepenulisan. Aku juga bergabung di beberapa grup menulis untuk mendapat informasi tentang kepenulisan dan berbagai informasi lainnya. Yang mereka bahas biasanya seputar kepenulisan dan informasi la
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 6**PoV RatnaBang Hadi sudah tidak kelihatan. Aku merasa aneh. Kemana dia pergi. Anak-anak sudah mandi dan sarapan. Semua bahan di dapur juga tidak ada lagi. Bang Hadi masih belum belanja juga. Untuk makan anak-anakku. Aku tadi beli minyak sayur dan beberapa butir telur saja menggunakan uang ku sendiri. Mereka kini bermain di depan rumah. Melihat keceriaan mereka alangkah aku bahagia. Anak-anak adalah penyemangat aku melakukan apapun dan semangat mencari rezeki. Aku mengambil gawai dan menulis sebentar. Selesai melakukannya sekitar satu jam sekalian aku mengawasi anak-anakku bermain. Bang Hadi tak kunjung juga datang. Aku menghubunginya lewat gawaiku. Panggilan tersambung tetapi tidak di angkat. Menyebalkan, pagi-pagi sudah pergi tetapi dia tidak meninggalkan apapun di rumah. Uang juga di bawa nya semua. Janjinya di akan belanja karena Ibu dan Jelita akan datang. Beberapa kali menghubungi akhirnya Bang Hadi mengangkat. Aku mencebik kesal padanya. Masih b
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 7**"Bawa ini, Ratna!" kata Ibu dengan nada memerintah. Aku berjalan dengan perlahan karena terkejut mereka mengajak Mia juga untuk ikut. Dengan takzim ku Salami tangan Ibu mertua. Walaupun dia tidak suka padaku. Dia secara kasar melepaskannya. Sedangkan Jelita dan Mia, mereka melengos saja masuk rumah. Mereka semua duduk di Ambal yang cukup tebal. Untuk membeli sofa, kami belum ada uang. Maklum, walaupun Bang Hadi PNS. Tetapi, uangnya sudah dia gadai ke Bank. Selebihnya buat makan dan terkadang memberikan Ibu dan Jelita. Kami sempat bertengkar hebat juga beberapa bulan lalu karena aku ingin minta di belikan kulkas serta kursi makan. Bang Hadi mengomel. Walaupun dia memberi juga uang nya tetapi kurang. Aku dengan uang simpanan harus menambah peralatan rumah kami yang memang di perlukan. "Heh, kenapa sih kamu melamun terus. Kalian gak punya sofa buat duduk, Ratna! Kok bisa? Hadi kan pegawai? Uang anakku pasti kamu foya-foya!" kata Ibu mencebik. Aku menghel
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 8. **"Terus ibu maunya apa?" tanya ku dengan suara yang cukup keras. "Dasar kamu memang gak sopan sama orang tua!" "Aku bukan nggak sopan cuma nggak suka dibanding-bandingkan sama Mia. Kali aja dia cerai sama suaminya gara-gara kebanyakan manggung!" ucapku ketus. "Sembarangan sekali kamu menuduh. Mia itu penyanyi islami bukan penyanyi yang suka goyang-goyang sembarangan. Dia juga bercerai gara-gara suaminya itu kasar sama dia padahal Mia bisa cari uang sendiri! Kamu juga harus banyak belajar dari dia agar kamu bisa cari uang sendiri tanpa menadah selalu kepada Hadi!" Ibu tak mau kalah berbicara dan terus-terusan membela Mia. "Apa gunanya Aku punya suami, Bu! Kalau aku hanya akan mencari nafkah sendiri!" Mendengar perkataanku Ibu terdiam tetapi aku tahu dia tidak setuju dengan perkataanku. "Kalau begitu sama saja Hadi tidak berguna mencari istri yang tidak bekerja seharusnya dia juga mencari istri yang bekerja biar sama-sama bisa membantunya!" Ibu kemb
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 9.**POV RATNAWajah Mia terlihat pias saat aku mengatakan itu kepadanya. Aku mau melihat apakah dia mau mengeluarkan uangnya untuk ibu dan yang lainnya."Ratna, kamu kenapa gak sopan begini jadi orang!" kata Ibu mendelik melihatku. Katanya lapar. Di kasih solusi marah pula. Heran dengan pemikiran Ibu. Kenapa aku yang terus dia tekan kek gini. Mia sendiri diam bagaikan tersindir. Bang Hadi menghela napasnya gusar. Merasa mati kutu ketahuan belang nya. "Maaf, Mia. Jangan di dengarkan perkataan Ratna. Akan Abang beli nasi di depan." Dia berusaha menutupi kekurangannya. Dia mengulas senyum menggaruk kepalanya. Bang Hadi dengan isyarat mata menyuruhku ikut bersamanya ke kamar untuk berbicara. Entah apa yang mau dia katakan. Dengan malas aku juga ikut ke kamar. "Ratna. Kenapa kamu begitu nggak sopan sama tamu!" sentak Mas Hadi setelah dia menutup pintu. "Gak sopan? Ibumu yang gak sopan!" sentakku. "Kok kamu jadi nyalahkan Ibu sih." Bang Hadi gak terima. "T
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 10**"Kenapa apa Ratna gak setuju?!" kata Ibu marah ke Bang Hadi. Untuk sementara aku merasa kok malas menanggapi sikap cerewet Ibu yang selalu mau di turuti. "Bukan, Bu. Tapi ..." Bang Hadi sepertinya sulit menyampaikan sejujurnya pada Ibu. Aku melirik dia. Suamiku dengan bola matanya melihat sebentar Mia. Aku merasa jengah. Dia sepertinya malu pada Mia. Malu jika ketahuan sebenarnya dia kere. Walau pegawai, Bang Hadi hanya golongan dua. Karena dia hanya lulusan D3 administrasi perkantoran. Sedangkan aku. Aku lulusan sarjana pendidikan. Pernah mengajar di kampung sebelum akhirnya menikah dengan Bang Hadi dan menjadi Ibu rumah tangga yang hanya berada di rumah. Tetapi, nasib gak selalu mulus. Walau aku akhirnya tak gagal masuk pegawai. Harapan ku pada Bang Hadi karena dia yang lulus. Nyatanya dia gak bisa di andalkan jika aku juga harus turun tangan menutupi uang belanja darinya. "Tapi apa, Hadi?" Ibu sepertinya menunggu jawaban. Bang Hadi masih bingung
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU BAB 11. **"Bolehkah Mia tinggal di sini?" tanya Ibu sebelum Bang Hadi pergi. Bang Hadi menghentikan langkahnya. "Tinggal di sini?" "Ya. Karena dia akan sering manggung di kota. Sebenarnya Mia datang ke rumah sebelum Ibu pergi ke sini. Dia meminta sama Ibu agar mengizinkan kamu memberikan tempat untuk Mia." Aku menghela napas mendengar tutur Ibu yang gak masuk akal. Di mana pikirannya? Mia itu janda? Dia mikir gak sih. "Bu, kenapa harus tinggal di sini. Ibu berpikir apa enggak. Dia kan bisa kos atau sewa rumah!" kataku dengan mata mendelik karena heran dengan pemikiran Ibu. "Hebat benar kamu suruh Ibu mikir. Mia itu saudara sama Hadi. Apa salah kalau saudara saling membantu?" "Tapi Bu ...." "Jelita juga akan tinggal di sini. Kamu gak perlu takut gitu. Jelita akan kuliah dan Mia bekerja. Kalau Mia jadi artis terkenal kamu juga akan bangga!" sungut Ibu padaku. Bertambah lah beban kami. Belum Mia dan Jelita. Mengapa harus tinggal di sini? "Siapa yang ak
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 40.**PoV Ratna"Bagaimana kondisi Ibu saya, Dok?" tanya suamiku ke Dokter yang memeriksa Ibu mertua. Dokter itu menepuk bahu Bang Hadi seakan memberikan dia kesabaran. Jelita seketika histeris. Aku dan dia berpelukan untuk saling menguatkan. "Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semampunya tetapi tetap Allah yang punya kuasa." Dokter itu menghela napas serta turut berduka cita atas musibah yang kami hadapi. Bang Hadi menangis karena kehilangan kedua orang tuanya secara berturut-turut. Kami merasa tidak menyangka atas takdir yang telah terjadi dengan Ibu. Setelah kepergian Bapak, Ibu juga menyusul Bapak. Aku teringat ketika terakhir kali Ibu berkata agar aku memaafkannya. Sebenarnya aku juga memiliki kesalahan kepadanya. Karena mungkin sebagai menantu yang tidak sesuai harapannya. Aku sudah memaafkan Ibu jika dia memintanya. Padahal tanpa meminta nya pun aku sudah memaafkanmu. Aku selalu ikhlas dengan apa yang terjadi di hidupku. Tetapi lewat lantunan doa sem
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 39. **"Apa yang terjadi, Bang?" tanya Ratna ke suaminya sebab wajahnya sudah terlihat pias ketika menerima telepon dari Jelita. "Maaf, Sayang. Sepertinya kita tidak jadi pergi liburan. Kejadian sudah terjadi diluar keinginanku." Hadi terguncang mendengar kabar dari orang tuanya itu. "Kejadian apa? Mengapa kamu seperti sedih gini, Bang?!" Ratna menjadi panik melihat ekspresi wajah Hadi. "Ya, kita harus kembali lagi ke kampung karena Ada berita tidak mengenakkan. Ibu dan Bapak kecelakaan, sekarang di rawat di rumah sakit," kata Hadi dengan bibir yang bergetar. "Iya kah, Bang. Kalau begitu kita harus segera datang untuk melihatnya. Semoga saja kondisinya tidak apa-apa," ucap Ratna meredam rasa takut di pikiran sang suami. "Maaf, Sayang. Aku benar-benar minta maaf," kata Hadi lagi karena sudah menggagalkan hari liburan mereka sekeluarga. "Kenapa kamu minta maaf ini bukan kesalahan kamu, Bang." Ratna memeluk sang suami agar dia tidak merasa bersalah lagi.M
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 38. **"Kamu mau apa?" tanya Ratna saat Hadi sudah mengunci pintu kamar. Tidak ada kasur di rumah kontrakan mereka. Ratna hanya menggelar kasur lipat yang beralaskan ambal biasa untuk dia dan dua anaknya tidur. "Sayang, kamu tidur di lantai?" tanya Hadi pasalnya dia memang tidak pernah masuk ke kamar Ratna karena Hadi hanya datang beberapa kali untuk bersilaturahmi. "Kami pakai kasur lipat. Kenapa kamu bilang gak pake kasur," kata Ratna cemberut. "Rat, maafkan aku. Aku udah banyak sekali nyakitin kamu. Kamu pasti marah dan benci sama aku. Kesalahanku Pasti sangat besar kepadamu." Hadi membelai rambut istrinya untuk memberikan dia kasih sayang. "Lupakanlah. Aku perlahan mencoba untuk memaafkanmu," kata Ratna. "Kenapa uang yang aku beri nggak kamu belikan kasur. Uang itu bebas kamu gunakan untuk keperluan keluarga kita. Aku berjanji akan berubah mulai dari sekarang." "Apakah ini jujur atau hanya obral cinta?" tanya Ratna. "Ini jujur, Sayang. Apalagi yang
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 37. **"Jadi kamu udah berani itung-itungan sama Ibu. Ibu nggak nyangka ternyata kamu orang yang seperti ini. Ibu pikir kamu adalah perempuan yang baik!" kata Ibu ke Mia. Mia mencebik pada mereka berdua. "Ibu pikir? jadi hanya dalam pikiran ibu aja setelah melihat ibu merasa aku jahat, gitu!""Tentu saja. Kamu tidak sepantasnya melakukan ini. Orang tua kamu pasti akan kecewa bila tahu anaknya seperti ini.""Mama aku di kampung tahu kok aku seperti apa. Jadi ibu nggak perlu terlalu mempermasalahkan urusanku! yang penting Ibu bayar aja utang sama aku karena aku memberikannya tidak gratis!" kata Mia lagi dengan sinis. "Halo, Sayang. Ada apa?" seorang pria mendatangi Mia begitu saja. Lelaki itu langsung memeluk Mia dan menunjukkan kemesraan dihadapan ibu dan Jelita. "Siapa dia Mia?" tanya Ibu ketika mereka mengurai pelukannya. "Apa sih, sibuk banget ngurusin urusan orang!" Mia mendengkus ke Ibu. "Jadi seperti ini kelakuan kamu di kota. Ibu sangat menyesal ka
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 36. **Mata Ibu mendelik mendengar penuturan Hadi. Pasti Ratna sudah menaruh guna-guna kepada anaknya itu. "Kamu sadar apa yang kamu ucapkan, Nak? Kamu tahu restu orang tua adalah diatas segalanya. Dulu Ibu kasihan sama kamu karena kamu uring-uringan setelah Mia meninggalkan kamu. Tetapi sekarang ia menjadi janda dan ibu nggak suka dengan Ratna!" kata Ibunya ketus. "Bu, Kenapa Ibu menjadi anak kecil seperti ini? Bukankah bagus Bang Hadi bersama Ratna kembali. Jangan memperkeruh suasana dan menyuruh pasangan berpisah, Bu. Gak baik. Karena pernikahan itu sakral bukan permainan." Jelita menimpali dia menyela perkataan ibunya. Ibu melayangkan pandangan ke Jelita. "Kamu baru aja tinggal di kota. Tetapi kenapa sikap kamu soalnya begini, Jelita? Pakai ngajari Ibu segala kamu pikir Ibu nggak ngerti, Apa!" kata Ibunya ketus gak terima ucapan Jelita. Jelita hanya mendengkus mendengar tutur Ibunya. "Bu, aku lagi sakit. Tolong jangan memperkeruh suasana seperti apa y
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 35. **Mata Ratna melebar melihat kedatangan Ibu mertuanya. Apalagi ketika tangannya masih dipegang oleh Hadi. Ratna dengan kasar menyentakkan nya. "Ibu!" Sahut Hadi ketika Ibunya sudah berada di depannya. Netra wanita paruh baya itu menatap Ratna dengan sengit. Aura ketidaksukaan tergambar jelas dari wajahnya. "Kata Jelita kalian bertengkar. Ibu dengar Ratna akan menggugat kamu ke pengadilan agama. Apakah itu benar?" tanya Ibunya dengan wajah garang. Ratna hanya diam. Karena baru datang saja Ibunya sudah menunjukkan sikap yang begitu tidak bersahabat. Bagaimana bisa dia menyapa dan bersikap baik kepada mertuanya jika sikapnya seperti itu. "Tidak, Bu. Aku dan Ratna akan memperbaiki pernikahan kami. Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur karena dengan susah payah membangunnya hingga memiliki dua anak." Hadi menjawab dengan lemah. Ibunya bahkan tidak bertanya bagaimana kondisinya membuat Hadi sedikit kecewa."Ratna! Kamu jawab Ibu. Apakah kamu mau bercerai
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 34.**Mereka berdua berjalan menuju ruangan Hadi. Mia merasa percaya diri karena Hadi akan memilihnya. Walaupun beberapa waktu lalu Hadi marah kepadanya sebab melihat dia sedang manggung dan menggunakan pakaian seksi. Beberapa kali Mia menghubungi Hadi untuk memberikan lelaki itu penjelasan. Hadi juga mengangkat teleponnya dan berkata dia tidak marah lagi. Hubungan mereka tetap baik sebagai saudara. Entah mengapa setelah dicampakkan. Mia masih ingin berjuang karena tidak mau kalah dengan Ratna. Padahal banyak lelaki yang menggodanya. apalagi melihat dirinya yang tampil seksi sangat banyak lelaki yang menginginkan Mia. Tetapi Mia tidak pernah tertarik dengan mereka. Karena tidak ada yang berwajah tampan dan rupawan. Mia Hanya memanfaatkan uang mereka saja. Menemani mereka minum alkohol sampai mabuk lalu mengambil uangnya. Ratna sendiri merasa gusar dengan apa yang dia katakan. Padahal jelas dengan mata kepalanya sendiri dia melihat Hadi dengan Mia di ranjan
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 33. **Jelita terkejut melihat Hadi tiba-tiba tak sadarkan diri. Jelita segera menghampiri Hadi untuk membangunkannya agar segera sadar."Bang kamu kenapa? Bangun, Bang!" Kata jelita. Dia beberapa kali melakukannya tetapi Hadi tetap tidak sadarkan diri.karena panik Jelita lalu meminta bantuan kepada tetangga kiri dan kanan untuk melihat kondisi abangnya. Hingga akhirnya tetangga berdatangan untuk membantu Hadi.selanjutnya Hadi dilarikan ke rumah sakit atas intruksi dari Bapak RT setempat. Setelah mengunci pintu rumah, Jelita mengantar abangnya ke rumah sakit dibawa dengan mobil salah seorang warga.Sampai di rumah sakit Hadi mendapatkan perawatan di salah satu kamar. Dokter mengatakan jika Hadi menderita GERD serta tekanan darah rendah karena berbagai faktor. Hadi kini terbaring lemah di ruang perawatan. Jelita duduk memandangi kondisi abangnya. Jika dipikir-pikir sungguh sangat kasihan melihat dia seperti itu. Mungkin saja Ratna terlalu keras menghukumnya
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 32.**Hadi hanya menatap nanar kepergian istrinya itu. Dia ingin sekali mencegahnya. Tetapi Ratna sudah pergi dengan temannya. Hadi sendiri tidak tahu siapa wanita itu dengan lelaki itu. Sementara di dalam mobil Ratna merasa benar-benar galau. Apakah benar perbuatan yang telah dilakukannya? Apakah dia terlalu keras menghukum sang suami? Tetapi rasa rasanya Apa yang dilakukannya sudah sesuai karena Hadi sendiri yang lebih dulu berbuat salah. "Rat, Bagaimana hubunganmu dengan suamimu?" tanya Winda saat mereka sedang berada di dalam mobil. "Begitulah." Ratna hanya menggantung ucapannya. Winda melirik abangnya yang tengah berkendara. Sepertinya waktu tidak tepat untuk memperkenalkan mereka berdua. Walaupun sebenarnya Ratna sudah mengenal abangnya ketika mereka masih SMP dulu. "Bang Randy apa kabarnya?" tanya Ratna memecahkan kesunyian karena dia tahu mereka merasa tidak enak. "Baik, bagaimana kabar kamu?" tanya nya balik. "Aku merasa baik juga. Kata Winda