Share

5. Insecure

Author: AirinNash
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 5. 

**

PoV Ratna

**

Aku selesai membacakan buku cerita untuk anakku. Mereka sudah tertidur. Ku selimuti kedua anakku. Mereka tidur di dua tempat tidur terpisah. Lala di atas dan Lily di bawah. 

Setelah mereka tertidur. Aku menyelesaikan tulisanku. Butuh beberapa waktu untuk menyelesaikan tulisan ku. Aku membuat cerita tentang suami yang menjatah-i istrinya belanja. Sangat mirip dengan kisah yang aku tulis. 

Walaupun belum banyak pembaca tetapi aku bersyukur selalu sama Allah karena dengan menulis aku mendapatkan pemasukan yang cukup untuk membantu ekonomi keluargaku. 

Entah, kedepannya akan seperti apa. Aku berharap akan baik kehidupanku dan anak-anak. Allah memberikan rezeki yang baik setiap harinya. 

Setelah selesai menulis. Aku iseng membaca postingan teman grup kepenulisan. Aku juga bergabung di beberapa grup menulis untuk mendapat informasi tentang kepenulisan dan berbagai informasi lainnya. 

Yang mereka bahas biasanya seputar kepenulisan dan informasi lainnya. Tetapi, malam ini mereka justru membahas tentang uang menulis. 

[Uang menulis biasanya di gunakan untuk apa, Kakak semua di grup ini. Sharing dong.]

Banyak yang menanggapi. 

[Aku buat tabungan aja Kak Admin soalnya kebutuhan rumah tangga Alhamdulillah, sudah tercukupi dari suami.] 

[Kalau aku kemarin beli HP baru sama Laptop baru. Bahagianya bisa beli ini itu dari menulis.] 

[Aku perbaiki pintu rumah sama masang genteng baru, Kak.] 

[Aku di suruh suami tabung aja dulu buat berangkat haji. Baik banget deh suamiku.] 

Masih banyak lagi komentar-komentar dari berbagai author yang tergabung dalam grup itu. 

Aku menghela napas. Di grup itu aku hanya menjadi silent readers karena merasa gak percaya diri buat ikutan nimbrung. Bagaimana tidak, mereka sepertinya orang-orang berada. Sedangkan aku. Aku hanya mendesah. Suami bekerja kantoran tetapi nasibku gini amat ya. 

Bagaimana juga bila mereka tahu kalau kisah yang ku tulis masih ada hubungannya dengan kehidupanku. Miris benar memang. Ah, sudahlah. Aku berkata kalau bersyukur maka Allah akan menambah rezeki kita. 

Aku mencium kedua anakku. Setelah itu aku menghidupkan lampu yang lebih remang untuk mereka tidur. Aku lalu keluar kamar anakku. Aku mengambil wuddhu lalu sholat. Setelah sholat, aku kembali pada gawaiku. Mulai memikirkan alur cerita selanjutnya. 

"Rat, kamu lagi apa?" Bang Hadi bertanya, dia tidak memakai kaos nya. 

"Sedang cari peluang!" Aku meliriknya sebentar. Sepertinya Bang Hadi juga tak menanggapi ucapanku. 

Bang Hadi hanya tersenyum manis padaku. Dari gelagatnya sepertinya aku tahu arah dan tujuan nya. 

"Kenapa kamu gak pakai baju?" 

"Kenapa harus di pakai kalau nanti bakal di buka lagi. Anak-anak udah tidur, 'kan?" tanya nya. Aku mengerucutkan bibirku. Sebenarnya aku tak berselera. Pikiran tentang alur cerita serta masih marah dengan sikap pelitnya itu padaku. 

"Udah!" kataku datar. 

"Malam ini dingin loh, gimana lalu kita …" Dia sepertinya sengaja menggantung ucapannya.

"Apa?!" kataku justru ketus. 

"Masa kamu gak paham sih, Rat. Kamu kayak anak kecil aja." 

Aku teringat kalau malam ini belum mengkonsumsi pil KB. Bang Hadi sepertinya mulai melancarkan aksinya. 

"Sebentar, Bang." Aku meninggalkannya. 

"Heh, mau kemana? Buang akir kecil sama minum obat," ucapku. 

Aku berlalu. Bang Hadi masih menggaruk kepalanya yang tak gatal. 

Selesai dari kamar mandi. Aku mengambil air dan pil KB itu. Lalu ku minum, Bang Hadi yang sudah tak sabar mengikuti aku ke belakang. 

"Kamu minum obat apa, Rat?" 

"Pil KB." 

"Hah, kamu KB? Pantas gak pernah berhasil!"

"Apa maksudnya gak pernah berhasil?" tanya ku. Dia duduk mendekat. 

"Sejak kapan kamu minum pil KB, Rat?"

"Kurang lebih enam bulan. Biasanya aku suntik KB setelah Lily berusia setahun lebih. Tapi aku merasa gak cocok karena datang bulanku gak teratur. Makanya setelah datang bulan aku pindah minum pil KB dulu untuk percobaan." 

"Apa!" Bang Hadi terkejut. Aku merasa aneh. Dia sebenarnya gak tahu aku ber-KB. 

"Kenapa sih?"

"Rat, kamu gak boleh KB lagi. Ingat kita itu gak punya anak lelaki. Jadi aku mau kamu hamil lagi untuk dapat anak lelaki!" kata Bang Hadi protes. Dia memang dari dulu ingin sekali punya anak laki-laki. Ada rasa kecewa besar saat anak kami Lily lahir karena perempuan juga. 

"Kamu kira punya anak lagi gampang. Enggak, Bang. Aku yang lelah. Ngurus dua anak aja aku susah. Bersyukur ini mereka sudah pada besar. Kalau bayi cuma aku yang repot!" 

"Wajarlah, kamu kan emak mereka. Gimana sih. Tugas perempuan melahirkan. Lelaki mencari nafkah!" 

Aku mencibir perkataannya. Cari nafkah? Kalau gak aku bantu dia gak makan. 

"Sadar aja, Bang. Nafkah kamu kurang buat kita berempat. Mau nambah anak lagi. Gak mau. Lagian aku juga operasi Caesar. Butuh waktu buat hamil lagi. Ingat Ibu kamu marah-marah karena katanya aku gak becus karena lahiran Caesar. Padahal anak kamu gak bakal selamat kalau gak lahiran kayak gitu. Terus yang kedua hamil juga cepat karena aku gak ber-KB. Aku gak mau kecolongan lagi, Bang." 

"Kamu pokoknya gak boleh KB, Rat. Aku mau punya anak laki-laki. Titik!" 

"Kamu pikirkan aja Ibu yang mau datang. Atau kamu kasih gaji yang aku minta sekalian bonus kamu barulah aku mau hamil lagi." 

Aku menadahkan tangan. Bang Hadi mengeraskan rahangnya. 

"Dasar. Nyebelin kamu memang." Dia berlalu masuk kamar. Dia sepertinya tak berminat lagi. Baguslah aku juga gak berselera, lebih bagus mikirin alur cerita. 

Bersambung. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Suami model gitu mendingan disuruh. belanja semua keperluan rumah tangga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    6. Suami Pulang

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 6**PoV RatnaBang Hadi sudah tidak kelihatan. Aku merasa aneh. Kemana dia pergi. Anak-anak sudah mandi dan sarapan. Semua bahan di dapur juga tidak ada lagi. Bang Hadi masih belum belanja juga. Untuk makan anak-anakku. Aku tadi beli minyak sayur dan beberapa butir telur saja menggunakan uang ku sendiri. Mereka kini bermain di depan rumah. Melihat keceriaan mereka alangkah aku bahagia. Anak-anak adalah penyemangat aku melakukan apapun dan semangat mencari rezeki. Aku mengambil gawai dan menulis sebentar. Selesai melakukannya sekitar satu jam sekalian aku mengawasi anak-anakku bermain. Bang Hadi tak kunjung juga datang. Aku menghubunginya lewat gawaiku. Panggilan tersambung tetapi tidak di angkat. Menyebalkan, pagi-pagi sudah pergi tetapi dia tidak meninggalkan apapun di rumah. Uang juga di bawa nya semua. Janjinya di akan belanja karena Ibu dan Jelita akan datang. Beberapa kali menghubungi akhirnya Bang Hadi mengangkat. Aku mencebik kesal padanya. Masih b

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    7. Kedatangan Ibu

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 7**"Bawa ini, Ratna!" kata Ibu dengan nada memerintah. Aku berjalan dengan perlahan karena terkejut mereka mengajak Mia juga untuk ikut. Dengan takzim ku Salami tangan Ibu mertua. Walaupun dia tidak suka padaku. Dia secara kasar melepaskannya. Sedangkan Jelita dan Mia, mereka melengos saja masuk rumah. Mereka semua duduk di Ambal yang cukup tebal. Untuk membeli sofa, kami belum ada uang. Maklum, walaupun Bang Hadi PNS. Tetapi, uangnya sudah dia gadai ke Bank. Selebihnya buat makan dan terkadang memberikan Ibu dan Jelita. Kami sempat bertengkar hebat juga beberapa bulan lalu karena aku ingin minta di belikan kulkas serta kursi makan. Bang Hadi mengomel. Walaupun dia memberi juga uang nya tetapi kurang. Aku dengan uang simpanan harus menambah peralatan rumah kami yang memang di perlukan. "Heh, kenapa sih kamu melamun terus. Kalian gak punya sofa buat duduk, Ratna! Kok bisa? Hadi kan pegawai? Uang anakku pasti kamu foya-foya!" kata Ibu mencebik. Aku menghel

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    8. Merasa Benar

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 8. **"Terus ibu maunya apa?" tanya ku dengan suara yang cukup keras. "Dasar kamu memang gak sopan sama orang tua!" "Aku bukan nggak sopan cuma nggak suka dibanding-bandingkan sama Mia. Kali aja dia cerai sama suaminya gara-gara kebanyakan manggung!" ucapku ketus. "Sembarangan sekali kamu menuduh. Mia itu penyanyi islami bukan penyanyi yang suka goyang-goyang sembarangan. Dia juga bercerai gara-gara suaminya itu kasar sama dia padahal Mia bisa cari uang sendiri! Kamu juga harus banyak belajar dari dia agar kamu bisa cari uang sendiri tanpa menadah selalu kepada Hadi!" Ibu tak mau kalah berbicara dan terus-terusan membela Mia. "Apa gunanya Aku punya suami, Bu! Kalau aku hanya akan mencari nafkah sendiri!" Mendengar perkataanku Ibu terdiam tetapi aku tahu dia tidak setuju dengan perkataanku. "Kalau begitu sama saja Hadi tidak berguna mencari istri yang tidak bekerja seharusnya dia juga mencari istri yang bekerja biar sama-sama bisa membantunya!" Ibu kemb

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    9. Merasa Benar

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 9.**POV RATNAWajah Mia terlihat pias saat aku mengatakan itu kepadanya. Aku mau melihat apakah dia mau mengeluarkan uangnya untuk ibu dan yang lainnya."Ratna, kamu kenapa gak sopan begini jadi orang!" kata Ibu mendelik melihatku. Katanya lapar. Di kasih solusi marah pula. Heran dengan pemikiran Ibu. Kenapa aku yang terus dia tekan kek gini. Mia sendiri diam bagaikan tersindir. Bang Hadi menghela napasnya gusar. Merasa mati kutu ketahuan belang nya. "Maaf, Mia. Jangan di dengarkan perkataan Ratna. Akan Abang beli nasi di depan." Dia berusaha menutupi kekurangannya. Dia mengulas senyum menggaruk kepalanya. Bang Hadi dengan isyarat mata menyuruhku ikut bersamanya ke kamar untuk berbicara. Entah apa yang mau dia katakan. Dengan malas aku juga ikut ke kamar. "Ratna. Kenapa kamu begitu nggak sopan sama tamu!" sentak Mas Hadi setelah dia menutup pintu. "Gak sopan? Ibumu yang gak sopan!" sentakku. "Kok kamu jadi nyalahkan Ibu sih." Bang Hadi gak terima. "T

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    10. Uang Lagi?

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 10**"Kenapa apa Ratna gak setuju?!" kata Ibu marah ke Bang Hadi. Untuk sementara aku merasa kok malas menanggapi sikap cerewet Ibu yang selalu mau di turuti. "Bukan, Bu. Tapi ..." Bang Hadi sepertinya sulit menyampaikan sejujurnya pada Ibu. Aku melirik dia. Suamiku dengan bola matanya melihat sebentar Mia. Aku merasa jengah. Dia sepertinya malu pada Mia. Malu jika ketahuan sebenarnya dia kere. Walau pegawai, Bang Hadi hanya golongan dua. Karena dia hanya lulusan D3 administrasi perkantoran. Sedangkan aku. Aku lulusan sarjana pendidikan. Pernah mengajar di kampung sebelum akhirnya menikah dengan Bang Hadi dan menjadi Ibu rumah tangga yang hanya berada di rumah. Tetapi, nasib gak selalu mulus. Walau aku akhirnya tak gagal masuk pegawai. Harapan ku pada Bang Hadi karena dia yang lulus. Nyatanya dia gak bisa di andalkan jika aku juga harus turun tangan menutupi uang belanja darinya. "Tapi apa, Hadi?" Ibu sepertinya menunggu jawaban. Bang Hadi masih bingung

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    Mengerjai Ibu

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU BAB 11. **"Bolehkah Mia tinggal di sini?" tanya Ibu sebelum Bang Hadi pergi. Bang Hadi menghentikan langkahnya. "Tinggal di sini?" "Ya. Karena dia akan sering manggung di kota. Sebenarnya Mia datang ke rumah sebelum Ibu pergi ke sini. Dia meminta sama Ibu agar mengizinkan kamu memberikan tempat untuk Mia." Aku menghela napas mendengar tutur Ibu yang gak masuk akal. Di mana pikirannya? Mia itu janda? Dia mikir gak sih. "Bu, kenapa harus tinggal di sini. Ibu berpikir apa enggak. Dia kan bisa kos atau sewa rumah!" kataku dengan mata mendelik karena heran dengan pemikiran Ibu. "Hebat benar kamu suruh Ibu mikir. Mia itu saudara sama Hadi. Apa salah kalau saudara saling membantu?" "Tapi Bu ...." "Jelita juga akan tinggal di sini. Kamu gak perlu takut gitu. Jelita akan kuliah dan Mia bekerja. Kalau Mia jadi artis terkenal kamu juga akan bangga!" sungut Ibu padaku. Bertambah lah beban kami. Belum Mia dan Jelita. Mengapa harus tinggal di sini? "Siapa yang ak

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    12. PoV Hadi

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 12.**POV HadiEntah mengapa masalah bertubi-tubi datang silih berganti antara Ibu dan Ratna. Aku juga bingung menghadapi mereka berdua. Ibu segala inginnya harus ku penuhi karena aku adalah anak lelaki satu-satunya. Sedangkan Ratna, bagaimanapun terkadang aku bosan dengan sikap istriku. Tetapi, dia sudah menemani aku selama hampir enam tahun kami menikah. Dalam suka dan duka. Ibu juga datang ke sini membawa Mia. Wanita itu adalah cinta pertamaku. Mia itu saudaraku. Tetapi, kami bisa menikah. Dahulu, dia menolakku demi anak juragan Karsa. Tetapi, kenyataannya dia bercerai juga dengan suami lamanya. Aku gak ngerti mengapa dia mau ke sini. Tapi, kata Ibu. Dia akan sering manggung dia kota. Menjadi penyanyi. Impian Mia dari dulu memang menjadi artis terkenal. "Hadi! Kamu harus tegas ke istri kamu. Izinkan Mia tinggal di sini. Kamu tahu, pakaian kami di rusak Ratna semua!" Ibu manatap sengit istriku. Ratna hanya berkata santai. "Elah, masih aja nyalahkan ak

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    13. Kepulangan Ibu

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 13. **PoV Ratna "Kalian sudah semua bersiap?" tanya Bang Hadi setelah dia selesai mengganti pakaian. "Sudah, dong," sahut Jelita. "Kalian pergi semua terus kami ditinggal?" tanyaku dengan wajah datar ke Bang Hadi. "Gak pergi jauh kok, Rat. Kami cuma beli oleh-oleh dikit buat Ibu saja. Kamu sementara di rumah saja dengan anak-anak ya," katanya dengan lembut. "Lala mau ikut, Yah. Ikut ...," kata Lala memelas diikuti adiknya Lily. Aku merasa gak tega. "Anak-anak gak boleh ikut. Bagaimana menjaga kalian. Sudah di rumah saja!" sentak Ibu dengan kasar ke anak-anakku. "Bawa lah, Bu. Bukankah mereka cucu Ibu!" kataku. "Halah, Ibu gak sanggup membawanya. Kami mau senang-senang dulu dan jangan kamu ganggu. Jaga saja anak-anak di rumah!" sentak Ibu dengan kasar. "Sini, Sayang. Mereka pergi dan kita juga pergi bermain. Lebih seru dari mereka permainan kita," kataku mengajak ke dua anak-anakku. Lala dan Lily menuruti ku. Mia telah selesai berdandan. Dia yang pa

Latest chapter

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    Part 40.

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 40.**PoV Ratna"Bagaimana kondisi Ibu saya, Dok?" tanya suamiku ke Dokter yang memeriksa Ibu mertua. Dokter itu menepuk bahu Bang Hadi seakan memberikan dia kesabaran. Jelita seketika histeris. Aku dan dia berpelukan untuk saling menguatkan. "Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semampunya tetapi tetap Allah yang punya kuasa." Dokter itu menghela napas serta turut berduka cita atas musibah yang kami hadapi. Bang Hadi menangis karena kehilangan kedua orang tuanya secara berturut-turut. Kami merasa tidak menyangka atas takdir yang telah terjadi dengan Ibu. Setelah kepergian Bapak, Ibu juga menyusul Bapak. Aku teringat ketika terakhir kali Ibu berkata agar aku memaafkannya. Sebenarnya aku juga memiliki kesalahan kepadanya. Karena mungkin sebagai menantu yang tidak sesuai harapannya. Aku sudah memaafkan Ibu jika dia memintanya. Padahal tanpa meminta nya pun aku sudah memaafkanmu. Aku selalu ikhlas dengan apa yang terjadi di hidupku. Tetapi lewat lantunan doa sem

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    39. Tak Di Sangka

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 39. **"Apa yang terjadi, Bang?" tanya Ratna ke suaminya sebab wajahnya sudah terlihat pias ketika menerima telepon dari Jelita. "Maaf, Sayang. Sepertinya kita tidak jadi pergi liburan. Kejadian sudah terjadi diluar keinginanku." Hadi terguncang mendengar kabar dari orang tuanya itu. "Kejadian apa? Mengapa kamu seperti sedih gini, Bang?!" Ratna menjadi panik melihat ekspresi wajah Hadi. "Ya, kita harus kembali lagi ke kampung karena Ada berita tidak mengenakkan. Ibu dan Bapak kecelakaan, sekarang di rawat di rumah sakit," kata Hadi dengan bibir yang bergetar. "Iya kah, Bang. Kalau begitu kita harus segera datang untuk melihatnya. Semoga saja kondisinya tidak apa-apa," ucap Ratna meredam rasa takut di pikiran sang suami. "Maaf, Sayang. Aku benar-benar minta maaf," kata Hadi lagi karena sudah menggagalkan hari liburan mereka sekeluarga. "Kenapa kamu minta maaf ini bukan kesalahan kamu, Bang." Ratna memeluk sang suami agar dia tidak merasa bersalah lagi.M

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    38. Kelakuan Suami

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 38. **"Kamu mau apa?" tanya Ratna saat Hadi sudah mengunci pintu kamar. Tidak ada kasur di rumah kontrakan mereka. Ratna hanya menggelar kasur lipat yang beralaskan ambal biasa untuk dia dan dua anaknya tidur. "Sayang, kamu tidur di lantai?" tanya Hadi pasalnya dia memang tidak pernah masuk ke kamar Ratna karena Hadi hanya datang beberapa kali untuk bersilaturahmi. "Kami pakai kasur lipat. Kenapa kamu bilang gak pake kasur," kata Ratna cemberut. "Rat, maafkan aku. Aku udah banyak sekali nyakitin kamu. Kamu pasti marah dan benci sama aku. Kesalahanku Pasti sangat besar kepadamu." Hadi membelai rambut istrinya untuk memberikan dia kasih sayang. "Lupakanlah. Aku perlahan mencoba untuk memaafkanmu," kata Ratna. "Kenapa uang yang aku beri nggak kamu belikan kasur. Uang itu bebas kamu gunakan untuk keperluan keluarga kita. Aku berjanji akan berubah mulai dari sekarang." "Apakah ini jujur atau hanya obral cinta?" tanya Ratna. "Ini jujur, Sayang. Apalagi yang

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    37. Cemburu dan Bucin

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 37. **"Jadi kamu udah berani itung-itungan sama Ibu. Ibu nggak nyangka ternyata kamu orang yang seperti ini. Ibu pikir kamu adalah perempuan yang baik!" kata Ibu ke Mia. Mia mencebik pada mereka berdua. "Ibu pikir? jadi hanya dalam pikiran ibu aja setelah melihat ibu merasa aku jahat, gitu!""Tentu saja. Kamu tidak sepantasnya melakukan ini. Orang tua kamu pasti akan kecewa bila tahu anaknya seperti ini.""Mama aku di kampung tahu kok aku seperti apa. Jadi ibu nggak perlu terlalu mempermasalahkan urusanku! yang penting Ibu bayar aja utang sama aku karena aku memberikannya tidak gratis!" kata Mia lagi dengan sinis. "Halo, Sayang. Ada apa?" seorang pria mendatangi Mia begitu saja. Lelaki itu langsung memeluk Mia dan menunjukkan kemesraan dihadapan ibu dan Jelita. "Siapa dia Mia?" tanya Ibu ketika mereka mengurai pelukannya. "Apa sih, sibuk banget ngurusin urusan orang!" Mia mendengkus ke Ibu. "Jadi seperti ini kelakuan kamu di kota. Ibu sangat menyesal ka

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    36. Kembali

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 36. **Mata Ibu mendelik mendengar penuturan Hadi. Pasti Ratna sudah menaruh guna-guna kepada anaknya itu. "Kamu sadar apa yang kamu ucapkan, Nak? Kamu tahu restu orang tua adalah diatas segalanya. Dulu Ibu kasihan sama kamu karena kamu uring-uringan setelah Mia meninggalkan kamu. Tetapi sekarang ia menjadi janda dan ibu nggak suka dengan Ratna!" kata Ibunya ketus. "Bu, Kenapa Ibu menjadi anak kecil seperti ini? Bukankah bagus Bang Hadi bersama Ratna kembali. Jangan memperkeruh suasana dan menyuruh pasangan berpisah, Bu. Gak baik. Karena pernikahan itu sakral bukan permainan." Jelita menimpali dia menyela perkataan ibunya. Ibu melayangkan pandangan ke Jelita. "Kamu baru aja tinggal di kota. Tetapi kenapa sikap kamu soalnya begini, Jelita? Pakai ngajari Ibu segala kamu pikir Ibu nggak ngerti, Apa!" kata Ibunya ketus gak terima ucapan Jelita. Jelita hanya mendengkus mendengar tutur Ibunya. "Bu, aku lagi sakit. Tolong jangan memperkeruh suasana seperti apa y

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    35. Mau Berubah

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 35. **Mata Ratna melebar melihat kedatangan Ibu mertuanya. Apalagi ketika tangannya masih dipegang oleh Hadi. Ratna dengan kasar menyentakkan nya. "Ibu!" Sahut Hadi ketika Ibunya sudah berada di depannya. Netra wanita paruh baya itu menatap Ratna dengan sengit. Aura ketidaksukaan tergambar jelas dari wajahnya. "Kata Jelita kalian bertengkar. Ibu dengar Ratna akan menggugat kamu ke pengadilan agama. Apakah itu benar?" tanya Ibunya dengan wajah garang. Ratna hanya diam. Karena baru datang saja Ibunya sudah menunjukkan sikap yang begitu tidak bersahabat. Bagaimana bisa dia menyapa dan bersikap baik kepada mertuanya jika sikapnya seperti itu. "Tidak, Bu. Aku dan Ratna akan memperbaiki pernikahan kami. Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur karena dengan susah payah membangunnya hingga memiliki dua anak." Hadi menjawab dengan lemah. Ibunya bahkan tidak bertanya bagaimana kondisinya membuat Hadi sedikit kecewa."Ratna! Kamu jawab Ibu. Apakah kamu mau bercerai

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    34. Aku Pilih Kamu

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 34.**Mereka berdua berjalan menuju ruangan Hadi. Mia merasa percaya diri karena Hadi akan memilihnya. Walaupun beberapa waktu lalu Hadi marah kepadanya sebab melihat dia sedang manggung dan menggunakan pakaian seksi. Beberapa kali Mia menghubungi Hadi untuk memberikan lelaki itu penjelasan. Hadi juga mengangkat teleponnya dan berkata dia tidak marah lagi. Hubungan mereka tetap baik sebagai saudara. Entah mengapa setelah dicampakkan. Mia masih ingin berjuang karena tidak mau kalah dengan Ratna. Padahal banyak lelaki yang menggodanya. apalagi melihat dirinya yang tampil seksi sangat banyak lelaki yang menginginkan Mia. Tetapi Mia tidak pernah tertarik dengan mereka. Karena tidak ada yang berwajah tampan dan rupawan. Mia Hanya memanfaatkan uang mereka saja. Menemani mereka minum alkohol sampai mabuk lalu mengambil uangnya. Ratna sendiri merasa gusar dengan apa yang dia katakan. Padahal jelas dengan mata kepalanya sendiri dia melihat Hadi dengan Mia di ranjan

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    33. Dua Wanita

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 33. **Jelita terkejut melihat Hadi tiba-tiba tak sadarkan diri. Jelita segera menghampiri Hadi untuk membangunkannya agar segera sadar."Bang kamu kenapa? Bangun, Bang!" Kata jelita. Dia beberapa kali melakukannya tetapi Hadi tetap tidak sadarkan diri.karena panik Jelita lalu meminta bantuan kepada tetangga kiri dan kanan untuk melihat kondisi abangnya. Hingga akhirnya tetangga berdatangan untuk membantu Hadi.selanjutnya Hadi dilarikan ke rumah sakit atas intruksi dari Bapak RT setempat. Setelah mengunci pintu rumah, Jelita mengantar abangnya ke rumah sakit dibawa dengan mobil salah seorang warga.Sampai di rumah sakit Hadi mendapatkan perawatan di salah satu kamar. Dokter mengatakan jika Hadi menderita GERD serta tekanan darah rendah karena berbagai faktor. Hadi kini terbaring lemah di ruang perawatan. Jelita duduk memandangi kondisi abangnya. Jika dipikir-pikir sungguh sangat kasihan melihat dia seperti itu. Mungkin saja Ratna terlalu keras menghukumnya

  • KUPULANGKAN UANG SUAMIKU    32. Tumbang

    KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 32.**Hadi hanya menatap nanar kepergian istrinya itu. Dia ingin sekali mencegahnya. Tetapi Ratna sudah pergi dengan temannya. Hadi sendiri tidak tahu siapa wanita itu dengan lelaki itu. Sementara di dalam mobil Ratna merasa benar-benar galau. Apakah benar perbuatan yang telah dilakukannya? Apakah dia terlalu keras menghukum sang suami? Tetapi rasa rasanya Apa yang dilakukannya sudah sesuai karena Hadi sendiri yang lebih dulu berbuat salah. "Rat, Bagaimana hubunganmu dengan suamimu?" tanya Winda saat mereka sedang berada di dalam mobil. "Begitulah." Ratna hanya menggantung ucapannya. Winda melirik abangnya yang tengah berkendara. Sepertinya waktu tidak tepat untuk memperkenalkan mereka berdua. Walaupun sebenarnya Ratna sudah mengenal abangnya ketika mereka masih SMP dulu. "Bang Randy apa kabarnya?" tanya Ratna memecahkan kesunyian karena dia tahu mereka merasa tidak enak. "Baik, bagaimana kabar kamu?" tanya nya balik. "Aku merasa baik juga. Kata Winda

DMCA.com Protection Status