KUPULANGKAN UANG SUAMIKU**"Ratna. Buatkan aku kopi?" "Maaf, Bang. Gulanya habis." Aku berkata dengan wajah menyesal. "Habis. Gimana sih kamu! Ini baru pertengahan bulan udah habis aja. Ratna, kenapa aku kasih kamu uang banyak sama sedikit itu sama saja!" Aku hanya diam mendengar dia mengomel sepertinya akan panjang. "Kamu lihat Mbak Dita, dia pintar ngurus keuangan apalagi suami. Body nya bagus. Lihat diri kamu, Ratna. Apa aja yang kamu kerjakan gak ada bagusnya. Rumah kotor, badan kamu bau asap terus. Kalau lama-lama begini aku bisa kawin lagi!" Dia masih terus mengomel dan aku mendiamkan. "Kamu dengar aku gak sih, Ratna!" "Apa boleh aku bicara, Bang?" "Udah. Bicaralah kamu!" "Harusnya Abang sadar. Uang yang Abang kasih cuma sejuta sebulan. Semua harus aku tutupi mulai dari listrik, makan, gas, air, jajan anak. Itu gak cukup, Bang!" "Kamu nya aja yang boros." Bang Hadi gak terima. "Boros dari mana, Bang. Aku harus menanggung semuanya di rumah ini. Harusnya Abang bersyuk
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 2. **PoV RatnaBang Hadi mendelik saat aku memberikan amplop berisi uang satu juta yang masih utuh itu ke tangannya. "Ambil, Bang. Kamu selalu berkata boros padaku. Sekarang kamu atur kebutuhan rumah tangga." Aku mengambil juga tulisan dari saku ku. Kuberikan padanya. "Ini yang perlu di belanjakan bulan ini. Sangat kebetulan sekali. Listrik habis, gas habis, beras habis dan semua habis jadi tolong kamu belikan semua kebutuhan rumah tangga yang aku tulis itu!" Aku berwajah masam menanggapinya. "Jadi karena ini kamu belum masak?" "Ya. Aku gak suka kamu ngatai kau boros sama g**a! Kamu coba sendiri saja dulu belanja. Aku mau lihat kamu dalam mengatur uang!" "Ayah, Lily mau jajan. Kak Lala juga, Yah." Kedua anakku mendatangi Ayah mereka. Bang Hadi menghela napas. Dia menatap gusar anak itu. "Kamu bawa mereka ke kedai depan, Bang! Uang udah gak ada sama aku. Mereka merengek seharian!" "Ya sudah. Kamu emang gak becus banget. Kamu bersihkan rumah dan masak
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 3. **POV RATNA. Aku sangat menikmati pemandangan wajah suamiku yang pias melihat brosur buat masuk TK. Aku merasa bahagia sekali. Biasanya dia akan dengan wajah garang berkata aku boros dan gak bisa mengatur uang. "Sebaiknya Lala gak usah masuk TK saja tahun ini, Rat." Bang Hadi berkata dengan suara lemah. "Kenapa? Dia selalu tanya kapan masuk TK. Aku kasihan sama dia." "Kamu lihat biaya nya mahal banget gitu. Kamu aja yang ngajari dia di rumah. Lagian biayanya bisa beli motor second tahu! Kerjaan kamu juga cuma tidur dan ongkang-ongkang kaki aja di rumah. Kamu lebih suka main HP. Gak pagi, siang, sore dan malam. Kerjaan kamu cuma maen HP!" Bang Hadi mendelik menatapku. Aku mendengkus kesal kalau gak karena HP ku maka dia dan anak-anak gak bisa makan. Bang Hadi itu baru dua tahun ini diangkat menjadi PNS. Dahulu dia adalah pegawai honorer. Selama enam tahun lebih aku mengarungi rumah tangga dengannya penuh suka duka. Sebelum menjadi PNS. Kami tinggal
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU4. PoV Ratna. Wajah suamiku mengeras aku mengatakan itu padanya. Biar saja dia tahu rasa. Diajak kerja sama saja gak mau. Padahal niat aku baik, aku mau punya usaha entah itu membuka warung kecil-kecilan atau berjualan makanan di rumah. Semua itu butuh modal. Jika saja uang belanja yang di berikan nya cukup maka uang hasil menulis dan jual pulsaku bisa ku simpan untuk menambah modal usaha. Namun, mau bagaimana lagi, uang itu terpaksa ku gunakan untuk membantu biaya makan kami dan membeli beberapa lembar pakaian anakku juga pakaian ku. Maksudku uang Bang Hadi sejuta lima ratus itu. Aku simpan lima ratus setiap bulan. Jika rutin menyimpan maka akan bertambah jumlahnya. Sementara uang menulis biarlah menjadi tambahan makan kami sehari-hari juga uang sejuta yang dia berikan. "Ini tinggal lima ratus lima puluh ribu lagi, Rat. Tolong kamu gunakan untuk biaya kedatangan Ibu." Bang Hadi menyerahkan lagi uang itu padaku. "Sudah berapa kali aku bilang gak mau, Ban
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 5. **PoV Ratna**Aku selesai membacakan buku cerita untuk anakku. Mereka sudah tertidur. Ku selimuti kedua anakku. Mereka tidur di dua tempat tidur terpisah. Lala di atas dan Lily di bawah. Setelah mereka tertidur. Aku menyelesaikan tulisanku. Butuh beberapa waktu untuk menyelesaikan tulisan ku. Aku membuat cerita tentang suami yang menjatah-i istrinya belanja. Sangat mirip dengan kisah yang aku tulis. Walaupun belum banyak pembaca tetapi aku bersyukur selalu sama Allah karena dengan menulis aku mendapatkan pemasukan yang cukup untuk membantu ekonomi keluargaku. Entah, kedepannya akan seperti apa. Aku berharap akan baik kehidupanku dan anak-anak. Allah memberikan rezeki yang baik setiap harinya. Setelah selesai menulis. Aku iseng membaca postingan teman grup kepenulisan. Aku juga bergabung di beberapa grup menulis untuk mendapat informasi tentang kepenulisan dan berbagai informasi lainnya. Yang mereka bahas biasanya seputar kepenulisan dan informasi la
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 6**PoV RatnaBang Hadi sudah tidak kelihatan. Aku merasa aneh. Kemana dia pergi. Anak-anak sudah mandi dan sarapan. Semua bahan di dapur juga tidak ada lagi. Bang Hadi masih belum belanja juga. Untuk makan anak-anakku. Aku tadi beli minyak sayur dan beberapa butir telur saja menggunakan uang ku sendiri. Mereka kini bermain di depan rumah. Melihat keceriaan mereka alangkah aku bahagia. Anak-anak adalah penyemangat aku melakukan apapun dan semangat mencari rezeki. Aku mengambil gawai dan menulis sebentar. Selesai melakukannya sekitar satu jam sekalian aku mengawasi anak-anakku bermain. Bang Hadi tak kunjung juga datang. Aku menghubunginya lewat gawaiku. Panggilan tersambung tetapi tidak di angkat. Menyebalkan, pagi-pagi sudah pergi tetapi dia tidak meninggalkan apapun di rumah. Uang juga di bawa nya semua. Janjinya di akan belanja karena Ibu dan Jelita akan datang. Beberapa kali menghubungi akhirnya Bang Hadi mengangkat. Aku mencebik kesal padanya. Masih b
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 7**"Bawa ini, Ratna!" kata Ibu dengan nada memerintah. Aku berjalan dengan perlahan karena terkejut mereka mengajak Mia juga untuk ikut. Dengan takzim ku Salami tangan Ibu mertua. Walaupun dia tidak suka padaku. Dia secara kasar melepaskannya. Sedangkan Jelita dan Mia, mereka melengos saja masuk rumah. Mereka semua duduk di Ambal yang cukup tebal. Untuk membeli sofa, kami belum ada uang. Maklum, walaupun Bang Hadi PNS. Tetapi, uangnya sudah dia gadai ke Bank. Selebihnya buat makan dan terkadang memberikan Ibu dan Jelita. Kami sempat bertengkar hebat juga beberapa bulan lalu karena aku ingin minta di belikan kulkas serta kursi makan. Bang Hadi mengomel. Walaupun dia memberi juga uang nya tetapi kurang. Aku dengan uang simpanan harus menambah peralatan rumah kami yang memang di perlukan. "Heh, kenapa sih kamu melamun terus. Kalian gak punya sofa buat duduk, Ratna! Kok bisa? Hadi kan pegawai? Uang anakku pasti kamu foya-foya!" kata Ibu mencebik. Aku menghel
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 8. **"Terus ibu maunya apa?" tanya ku dengan suara yang cukup keras. "Dasar kamu memang gak sopan sama orang tua!" "Aku bukan nggak sopan cuma nggak suka dibanding-bandingkan sama Mia. Kali aja dia cerai sama suaminya gara-gara kebanyakan manggung!" ucapku ketus. "Sembarangan sekali kamu menuduh. Mia itu penyanyi islami bukan penyanyi yang suka goyang-goyang sembarangan. Dia juga bercerai gara-gara suaminya itu kasar sama dia padahal Mia bisa cari uang sendiri! Kamu juga harus banyak belajar dari dia agar kamu bisa cari uang sendiri tanpa menadah selalu kepada Hadi!" Ibu tak mau kalah berbicara dan terus-terusan membela Mia. "Apa gunanya Aku punya suami, Bu! Kalau aku hanya akan mencari nafkah sendiri!" Mendengar perkataanku Ibu terdiam tetapi aku tahu dia tidak setuju dengan perkataanku. "Kalau begitu sama saja Hadi tidak berguna mencari istri yang tidak bekerja seharusnya dia juga mencari istri yang bekerja biar sama-sama bisa membantunya!" Ibu kemb
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 40.**PoV Ratna"Bagaimana kondisi Ibu saya, Dok?" tanya suamiku ke Dokter yang memeriksa Ibu mertua. Dokter itu menepuk bahu Bang Hadi seakan memberikan dia kesabaran. Jelita seketika histeris. Aku dan dia berpelukan untuk saling menguatkan. "Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semampunya tetapi tetap Allah yang punya kuasa." Dokter itu menghela napas serta turut berduka cita atas musibah yang kami hadapi. Bang Hadi menangis karena kehilangan kedua orang tuanya secara berturut-turut. Kami merasa tidak menyangka atas takdir yang telah terjadi dengan Ibu. Setelah kepergian Bapak, Ibu juga menyusul Bapak. Aku teringat ketika terakhir kali Ibu berkata agar aku memaafkannya. Sebenarnya aku juga memiliki kesalahan kepadanya. Karena mungkin sebagai menantu yang tidak sesuai harapannya. Aku sudah memaafkan Ibu jika dia memintanya. Padahal tanpa meminta nya pun aku sudah memaafkanmu. Aku selalu ikhlas dengan apa yang terjadi di hidupku. Tetapi lewat lantunan doa sem
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 39. **"Apa yang terjadi, Bang?" tanya Ratna ke suaminya sebab wajahnya sudah terlihat pias ketika menerima telepon dari Jelita. "Maaf, Sayang. Sepertinya kita tidak jadi pergi liburan. Kejadian sudah terjadi diluar keinginanku." Hadi terguncang mendengar kabar dari orang tuanya itu. "Kejadian apa? Mengapa kamu seperti sedih gini, Bang?!" Ratna menjadi panik melihat ekspresi wajah Hadi. "Ya, kita harus kembali lagi ke kampung karena Ada berita tidak mengenakkan. Ibu dan Bapak kecelakaan, sekarang di rawat di rumah sakit," kata Hadi dengan bibir yang bergetar. "Iya kah, Bang. Kalau begitu kita harus segera datang untuk melihatnya. Semoga saja kondisinya tidak apa-apa," ucap Ratna meredam rasa takut di pikiran sang suami. "Maaf, Sayang. Aku benar-benar minta maaf," kata Hadi lagi karena sudah menggagalkan hari liburan mereka sekeluarga. "Kenapa kamu minta maaf ini bukan kesalahan kamu, Bang." Ratna memeluk sang suami agar dia tidak merasa bersalah lagi.M
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 38. **"Kamu mau apa?" tanya Ratna saat Hadi sudah mengunci pintu kamar. Tidak ada kasur di rumah kontrakan mereka. Ratna hanya menggelar kasur lipat yang beralaskan ambal biasa untuk dia dan dua anaknya tidur. "Sayang, kamu tidur di lantai?" tanya Hadi pasalnya dia memang tidak pernah masuk ke kamar Ratna karena Hadi hanya datang beberapa kali untuk bersilaturahmi. "Kami pakai kasur lipat. Kenapa kamu bilang gak pake kasur," kata Ratna cemberut. "Rat, maafkan aku. Aku udah banyak sekali nyakitin kamu. Kamu pasti marah dan benci sama aku. Kesalahanku Pasti sangat besar kepadamu." Hadi membelai rambut istrinya untuk memberikan dia kasih sayang. "Lupakanlah. Aku perlahan mencoba untuk memaafkanmu," kata Ratna. "Kenapa uang yang aku beri nggak kamu belikan kasur. Uang itu bebas kamu gunakan untuk keperluan keluarga kita. Aku berjanji akan berubah mulai dari sekarang." "Apakah ini jujur atau hanya obral cinta?" tanya Ratna. "Ini jujur, Sayang. Apalagi yang
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 37. **"Jadi kamu udah berani itung-itungan sama Ibu. Ibu nggak nyangka ternyata kamu orang yang seperti ini. Ibu pikir kamu adalah perempuan yang baik!" kata Ibu ke Mia. Mia mencebik pada mereka berdua. "Ibu pikir? jadi hanya dalam pikiran ibu aja setelah melihat ibu merasa aku jahat, gitu!""Tentu saja. Kamu tidak sepantasnya melakukan ini. Orang tua kamu pasti akan kecewa bila tahu anaknya seperti ini.""Mama aku di kampung tahu kok aku seperti apa. Jadi ibu nggak perlu terlalu mempermasalahkan urusanku! yang penting Ibu bayar aja utang sama aku karena aku memberikannya tidak gratis!" kata Mia lagi dengan sinis. "Halo, Sayang. Ada apa?" seorang pria mendatangi Mia begitu saja. Lelaki itu langsung memeluk Mia dan menunjukkan kemesraan dihadapan ibu dan Jelita. "Siapa dia Mia?" tanya Ibu ketika mereka mengurai pelukannya. "Apa sih, sibuk banget ngurusin urusan orang!" Mia mendengkus ke Ibu. "Jadi seperti ini kelakuan kamu di kota. Ibu sangat menyesal ka
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 36. **Mata Ibu mendelik mendengar penuturan Hadi. Pasti Ratna sudah menaruh guna-guna kepada anaknya itu. "Kamu sadar apa yang kamu ucapkan, Nak? Kamu tahu restu orang tua adalah diatas segalanya. Dulu Ibu kasihan sama kamu karena kamu uring-uringan setelah Mia meninggalkan kamu. Tetapi sekarang ia menjadi janda dan ibu nggak suka dengan Ratna!" kata Ibunya ketus. "Bu, Kenapa Ibu menjadi anak kecil seperti ini? Bukankah bagus Bang Hadi bersama Ratna kembali. Jangan memperkeruh suasana dan menyuruh pasangan berpisah, Bu. Gak baik. Karena pernikahan itu sakral bukan permainan." Jelita menimpali dia menyela perkataan ibunya. Ibu melayangkan pandangan ke Jelita. "Kamu baru aja tinggal di kota. Tetapi kenapa sikap kamu soalnya begini, Jelita? Pakai ngajari Ibu segala kamu pikir Ibu nggak ngerti, Apa!" kata Ibunya ketus gak terima ucapan Jelita. Jelita hanya mendengkus mendengar tutur Ibunya. "Bu, aku lagi sakit. Tolong jangan memperkeruh suasana seperti apa y
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 35. **Mata Ratna melebar melihat kedatangan Ibu mertuanya. Apalagi ketika tangannya masih dipegang oleh Hadi. Ratna dengan kasar menyentakkan nya. "Ibu!" Sahut Hadi ketika Ibunya sudah berada di depannya. Netra wanita paruh baya itu menatap Ratna dengan sengit. Aura ketidaksukaan tergambar jelas dari wajahnya. "Kata Jelita kalian bertengkar. Ibu dengar Ratna akan menggugat kamu ke pengadilan agama. Apakah itu benar?" tanya Ibunya dengan wajah garang. Ratna hanya diam. Karena baru datang saja Ibunya sudah menunjukkan sikap yang begitu tidak bersahabat. Bagaimana bisa dia menyapa dan bersikap baik kepada mertuanya jika sikapnya seperti itu. "Tidak, Bu. Aku dan Ratna akan memperbaiki pernikahan kami. Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur karena dengan susah payah membangunnya hingga memiliki dua anak." Hadi menjawab dengan lemah. Ibunya bahkan tidak bertanya bagaimana kondisinya membuat Hadi sedikit kecewa."Ratna! Kamu jawab Ibu. Apakah kamu mau bercerai
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 34.**Mereka berdua berjalan menuju ruangan Hadi. Mia merasa percaya diri karena Hadi akan memilihnya. Walaupun beberapa waktu lalu Hadi marah kepadanya sebab melihat dia sedang manggung dan menggunakan pakaian seksi. Beberapa kali Mia menghubungi Hadi untuk memberikan lelaki itu penjelasan. Hadi juga mengangkat teleponnya dan berkata dia tidak marah lagi. Hubungan mereka tetap baik sebagai saudara. Entah mengapa setelah dicampakkan. Mia masih ingin berjuang karena tidak mau kalah dengan Ratna. Padahal banyak lelaki yang menggodanya. apalagi melihat dirinya yang tampil seksi sangat banyak lelaki yang menginginkan Mia. Tetapi Mia tidak pernah tertarik dengan mereka. Karena tidak ada yang berwajah tampan dan rupawan. Mia Hanya memanfaatkan uang mereka saja. Menemani mereka minum alkohol sampai mabuk lalu mengambil uangnya. Ratna sendiri merasa gusar dengan apa yang dia katakan. Padahal jelas dengan mata kepalanya sendiri dia melihat Hadi dengan Mia di ranjan
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 33. **Jelita terkejut melihat Hadi tiba-tiba tak sadarkan diri. Jelita segera menghampiri Hadi untuk membangunkannya agar segera sadar."Bang kamu kenapa? Bangun, Bang!" Kata jelita. Dia beberapa kali melakukannya tetapi Hadi tetap tidak sadarkan diri.karena panik Jelita lalu meminta bantuan kepada tetangga kiri dan kanan untuk melihat kondisi abangnya. Hingga akhirnya tetangga berdatangan untuk membantu Hadi.selanjutnya Hadi dilarikan ke rumah sakit atas intruksi dari Bapak RT setempat. Setelah mengunci pintu rumah, Jelita mengantar abangnya ke rumah sakit dibawa dengan mobil salah seorang warga.Sampai di rumah sakit Hadi mendapatkan perawatan di salah satu kamar. Dokter mengatakan jika Hadi menderita GERD serta tekanan darah rendah karena berbagai faktor. Hadi kini terbaring lemah di ruang perawatan. Jelita duduk memandangi kondisi abangnya. Jika dipikir-pikir sungguh sangat kasihan melihat dia seperti itu. Mungkin saja Ratna terlalu keras menghukumnya
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 32.**Hadi hanya menatap nanar kepergian istrinya itu. Dia ingin sekali mencegahnya. Tetapi Ratna sudah pergi dengan temannya. Hadi sendiri tidak tahu siapa wanita itu dengan lelaki itu. Sementara di dalam mobil Ratna merasa benar-benar galau. Apakah benar perbuatan yang telah dilakukannya? Apakah dia terlalu keras menghukum sang suami? Tetapi rasa rasanya Apa yang dilakukannya sudah sesuai karena Hadi sendiri yang lebih dulu berbuat salah. "Rat, Bagaimana hubunganmu dengan suamimu?" tanya Winda saat mereka sedang berada di dalam mobil. "Begitulah." Ratna hanya menggantung ucapannya. Winda melirik abangnya yang tengah berkendara. Sepertinya waktu tidak tepat untuk memperkenalkan mereka berdua. Walaupun sebenarnya Ratna sudah mengenal abangnya ketika mereka masih SMP dulu. "Bang Randy apa kabarnya?" tanya Ratna memecahkan kesunyian karena dia tahu mereka merasa tidak enak. "Baik, bagaimana kabar kamu?" tanya nya balik. "Aku merasa baik juga. Kata Winda