Beranda / Thriller / KUKU BU SAPTO / MENCARI BU AMINAH

Share

MENCARI BU AMINAH

Penulis: Raifiza27
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-13 15:50:52

Raisa dan Hamaz memandang wanita itu dengan terperangah.

"Itu apa cuman Ibu yang dengar dan lihat?"

"Enggak, Mbak Raisa. Ada orang-orang tertentu yang juga lihat. Biar pun enggak semuanya bisa lihat."

"Kalau Ibu sendiri, apa yang biasanya didenger sama dilihat?"

"Kadang tuh ya. Kalau saya lagi lihat TV, orang rumah yang lain pada tidur. Saya tuh suka intip dari jendela. Maksud hati intip pintu pagar saya, apa udah ketutup. Ehhh ... yang kelihatan malah rumah seberang. Pintu rumahnya sama jendela itu kebuka lebar. Seperti ada orang di dalamnya. Trus, saya juga pernah lihat ada orang duduk di kursi teras depan. Sambil badannya itu, ayun-ayun terus."

"Macam duduk di kursi goyang, Bu?"

"Nah! Betul, Mbak Raisa. Kayak itu, tapi misal kita lagi noleh atau kedip. Kita lihat lagi udah enggak ada."

"Bukannya dulu pas saya ke sini itu. Ada pelayan Bu Sapto? Yang wanita sudah tua kalau enggak salah namanya Bu Aminah."

"Nah, orang-orang sin

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUKU BU SAPTO   SIAPA PENGHUNI RUMAH BU SAPTO (?)

    "Mas Hamaz, kamu lihat seperti ada seorang wanita di dalam enggak? Di belakang jendela yang tadi kainnya tersingkap.""I-iya, Mbak. Aku juga enggak tau, siapa wanita itu. Tapi, dia kelihatan masih muda Mbak. Mungkin seumuran Mbak Raisa."Keduanya saling berpandangan dengan mata yang berserobok."Jangan bilang, Mas! Jangan ... bilang, kalau itu salah satu dari mereka!""Aku juga enggak tahu Mbak Raisa. Hanya sepintas saja. Cuman sosok itu berbeda, dari yang mengintip di samping rumah.""Berbeda? Mas Hamaz yakin?""Sangat yakin."Saat mereka masih sibuk memperhatikan rumah Bu Sapto. Ponsel Hamaz berbunyi."Dari Mas Delon, Mbak. Bentar ya."Segera Hamaz menjawab telepon Delon."Ya, Mas Delon. Ada apa?""Barusan Mbok Yumna kasih kabar lewat sms, Mas. Katanya dia mau berangkat bareng kita, untuk ke rumah Bu Sapto. Jadi aku jemput dia dulu. Ini aku sama Pak Karjo udah berangkat langsung dari kantor ke rumahny

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • KUKU BU SAPTO   SUARA LANGKAH

    Raisa teringat saat ke rumah Bu Sapto waktu itu. Memang benar, saat itu dia melihat Bu Aminah sedang menyapu halaman samping rumah sebelah kanan."Kok aneh ya, Pak?" gumam Raisa penuh tanya."Iya, Mbak. Memang Mbak ini orang mana?""Saya dari desa sebelah, Pak.""Jangan lama-lama duduk di sini, Mbak. Banyak hal aneh di luar akal yang berasal dari rumah itu.""Iya, Pak. Makasih."Setelah Raisa menghabiskan dua porsi bakso. Tinggallah dia sendiri duduk di pinggiran selokan seberang rumah Bu Sapto. Suasana siang ini tak terlalu terik. Terlihat mendung mulai bergelayut."Sepertinya mau hujan nih. Apa aku susul saja ya Mas Hamaz?"Raisa pun mulai beranjak dari tempat dia duduk. Saat dia mulai berjalan hendak menyusul Hamaz. Sekilas pandangan matanya melihat sosok Bu Aminah yang sudah berada di samping rumah."Bu Aminah? Dia udah ada di tempat itu?"Buru-buru Raisa menelepon Hamaz."Assalamualaikum, Mas."

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • KUKU BU SAPTO   MASUK RUMAH BU SAPTO

    Saat Hamaz hendak mengajak Raisa kembali untuk mengambil motor. Keduanya mendengar suara derap langkah seseorang berjalan di dalam rumah. Seperti sandal kayu yang diseret, beradu dengan lantai."Mas Hamaz dengar suara itu?""Iya, Mbak. Sepertinya dari dalam rumah. Apa Bu Aminah ya?""Mungkin kita harus masuk ke dalam Mas?""Sebaiknya tunggu Mas Delon dulu Mbak Raisa.""Baiklah kalau gitu. Tapi, kayak ada yang lihatin kita dari tadi Mas. Enggak tau siapa?""Abaikan Mbak Raisa! Jangan mudah terpancing. Kayaknya ada yang sengaja membuat kita ada di sini. Dengan cara memperlihatkan sosok Bu Aminah sama Mbak Raisa tadi."Raisa mulai mengusap tengkuknya berulang-ulang."Terus kita tetep nunggu Mas Delon sama Mbak Yumna, Mas?""Iya, Mbak! Kita sudah di sini jadi jangan gegabah."Bersamaan dengan itu, terdengar dering ponsel Hamaz."Hallo, iya Mas.""Motornya udah jadi, Mas.""Oke, Mas. Aku ambi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • KUKU BU SAPTO   TERJEBAK

    "Bu Aminah! Bu Aminah di mana?" teriak Raisa.Lalu dia tertarik melihat pecahan gelas di lantai."Pasti dapurnya enggak jauh dari sini."Dia terus berjalan menyusuri rumah besar dan luas itu. Hingga langkahnya terhenti saat berada di ruang paling belakang. Saat melihat ke sekitar ruangan itu. Dia tertuju pada sebuah ruangan, yang hanya diberi penyekat terali besi."Ini kayaknya dapur. Tapi, di mana Bu Aminah?"Saat pandangan matanya berpendar. Raisa memutuskan untuk memasuki ruangan dapur yang cukup luas. Tak ada tanda-tanda bahwa ada orang datang ke sini. Jemari tangan Raisa mengusap lembut meja dapur tempat perabotan yang penuh debu."Hemmm, banyak sarang laba-laba juga di sini. Aneh juga. Kalau benar Bu Aminah tinggal di sini dan mau buatkan aku teh hangat. Setidaknya tempat ini bersih. Mana? Tabung LPG pun kosong."Raisa masih tertegun di tempat itu. Dia terus mengamati satu persatu bagian. Membuak semua laci yang dipenuhi k

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • KUKU BU SAPTO   RAISA DI MANA (?)

    Dalam waktu yang bersamaan. Hamaz terus memanggil Raisa berulang-ulang. Sedari tadi dia tak melihat jejak Raisa sama sekali. Bahkan pintu yang menurut penglihatan Raisa tadi terbuka lebar. Menurut penglihatan Hamaz tak sama. Pintu tak pernah terbuka sama sekali. Bahkan segelas teh yang dibilang Bu Aminah berada di teras. Pun tak dilihat Hamaz."Gawat! kenapa aku merasa Mbak Raisa masuk ke rumah ini?"Tok tok tok!Di bawah guyuran hujan deras. Hamaz terus mencoba berbagai cara agar bisa membuka pintu itu."Apa benar Raisa di dalam sini ya?" bisik Hamaz gelisah. "Ini cewek kalau dibilangin bebal juga ternyata."Sangat terlihat jelas bila Hamaz kecewa dengan apa yang dilakukan Raisa saat ini. Sedangkan di dalam rumah. Raisa pun berusaha membuka pintu agar segera terbuka. Dia menarik handle dengan sangat kuat. Namun, usahanya sia-sia.Raisa tau dirinya dalam keadaan bahaya. Berada di dalam rumah, yang ada makhluk kasat mata. Dengan dendam

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • KUKU BU SAPTO   KAMAR YUMNA

    "Iya, Mas. Kayak Mbak Raisa itu ngomong-ngomong sendiri. Habis itu hujan tambah lebat, dia duduk di teras depan rumah. Setelah itu saya masuk. Pintu saya tutup. Lalu. Saya ngintip lagi. Tapi, Mbak Raisa udah enggak ada.""Hemmm ... aneh. Kenapa saya mikirnya Bu Aminah ini aneh ya Bu?""Saya juga gitu kok Mas. Kadang dia tampak terlihat. Kadang juga enggak. Soalnya orang sini enggak ada yang berani tanya sama wanita itu. Pada takut. Kita di sini udah enggak mau urusan lagi dengan rumah itu, Mas!"Hamaz terdiam sembari pandangan mata tak lepas dari rumah itu."Apalagi sudah dua minggu ini. Banyak yang sering dengar suara-suara yang menjerit Mas.""Dari dalam rumah itu, Bu?""Iya, Mas. Banyak yang suka dengar. Dan yang aneh lagi. Beberapa tetangga di sini itu. Ada yang rumahnya diketuk pintu atau jendelanya. Terus tau enggak Mas, siapa yang muncul?"Hamaz menggeleng."Banyak yang lihat dua gadis paling seumuran anak SM

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • KUKU BU SAPTO   RANJANG YANG BERDERIT

    "Ini bekas kamar Mbok Yumna?" bisik Hamaz. Seraya pandangannya terus berpendar. Ada juga nama Mariyati dan Mariana di dinding itu. Perlahan Hamaz membuka pintu lemari. Terdengar derit yang tak lirih. Membuat lelaki itu, bergerak pelan-pelan. Dia tak ingin ada yang mendengar. Walaupun rumah ini tampaknya sepi tak berpenghuni. Hamaz tahu ada makhluk yang mengendalikan rumah ini. Sosok jahat yang menjadi sumber kesalahan. Yang mengikat keluarga Mariman."Apa ini?"Hamaz mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam lemari. Seperti sebuah bungkusan kecil yang dibungkus tas kantong plastik hitam. Buru-buru Hamaz membukanya. Sebuah kalung emas bertuliskan Mariyati. Lalu ada kertas yang diberi tulisan.*Mungkin suatu saat Mbak Yumna datang ke kamar ini lagi. Ini ada kenang-kenangan dari aku. Yang dulu ingin aku sampaikan, tapi belum sempat.Selama hidupku. Aku berharap Mbak Yumna masih hidup dan kita bisa bertemu. Ternyata aku salah. Sampai detik aku me

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • KUKU BU SAPTO   LUKISAN SEORANG WANITA

    Hamaz melepaskan Dekapan pada tubuh Raisa. Dan menarik lengan gadis itu, agar bersembunyi di belakang dirinya."Siapa dia, Raisa? Apa Bu Aminah?""Sepertinya bukan Mas. Aku juga enggak tau.""Apa kamu yang menyalakan semua lampu?"Raisa mengangguk."Memangnya kenapa Mas?""Kalau bukan nyala itu, mungkin aku gamang kalau Mbak Raisa ada di dalam rumah ini."Saat mereka saling berbisik. Ranjang yang ada di hadapan mereka berderit pelan. Membuat Raisa terbelalak. Begitu juga dengan Hamaz. Dia pun mulai merasa aura yang kini berbeda. Tak seperti pertama tadi dia berada di dalam kamar ini."Suasananya sudah mulai aneh, Mbak. Jangan lupa berdoa!""I-iya, Mas. Ta-tapi aku lagi dapet. Gimana Mas?""Terus baca sholawat jangan henti. Serta berdizikir."Raisa pun mengikuti apa yang dikatakan Hamaz. walau sebenarnya pikiran Raisa sudah mulai kalut. Serasa penuh. Hingga dia selalu terbalik-balik saat hendak membaca doa a

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16

Bab terbaru

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 3 ( TAMAT)

    "Minumlah dulu kalian! Biar tenang."Perkataan lelaki itu membuat Raisa mengerutkan dahi."Apa Abah tahu yang menimpa perjalanan kita pulang?"Lelaki itu hanya terkekeh. Lalu dia mengangguk pelan."Kenapa mereka masih mengganggu kita lagi, Bah?""Minumlah dulu. Biar nanti saya cerita."Mereka pun akhirnya minum teh dan kopi yang sudah disediakan. Raisa berulang kali mengembuskan napasnya. Air teh yang diminum serasa mampu membuat tubuhnya yang tadi dingin."Habiskan! Biar kalian lebih tenang. Karena mobil kalian sedang membawa sesuatu yang enggak lombo." (Lombo = tidak wajar)Terutama Raisa dan Delon terperanjat saat mendengar perkataan Abah Harun."Enggak lombo?" ulang Raisa."Iya, Mbak. Kalian ikutlah kemari!"Mereka bertiga mengikuti langkah Abah Harun keluar rumah. Menuju mobil Delon yang ringsek bagian depan."Tolong buka bagian belakangnya Mas Delon!""Baik, Bah."Setelah membuka

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 2

    "Perlu kita periksa lagi Mas Hamaz?""Udah ahhh, enggak usah! Perasaan aku enggak enak banget!" cetus Raisa melarang mereka turun lagi. "Kita jalan aja!"Pada akhirnya Hamaz dan Delon sepakat. Meneruskan perjalanan pulang yang penuh hambatan. Jalanan pun tampak lengang. Tak ada satu kendaraan yang terlihat. Hingga hidung Raisa terlihat bergerak-gerak. Seperti sedang mengendus sesuatu. Begitu juga Delon."Kalian bau enggak?" tanya Delon."Udah jalan aja Mas Hamaz!" pinta Raisa.Dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba mesin mobil mati lagi."Loh, Mas Hamaz. Kok berhenti?" teriak Raisa."Enggak tau juga nih, Mbak.""Biar aku ganti yang nyetir. Mas capek mungkin," sahut Delon. Keduanya bertukar posisi. Delon pun mencoba untuk menyalakan mobil lagi. Lalu menggeleng mengarah pada Raisa dan Hamaz."Tetep enggak bisa nyala," sahut Delon kesal.Tampak dia mencoba untuk terus menyalakan mobil.

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB

    Tak lama dari kabar Pak Karjo. HP Raisa berdenting. Ada pesan masuk yang langsung dibaca Raisa."Tumben suami Bu Hariyani SMS ya, Mas?""Coba kamu baca, Sa!""Iya, bentar!"Seketika tangan Raisa bergetar hebat. Saat membaca pesan itu.{Assalamualaikum, Mbak Raisa. Kami kabarkan berita duka, bahwa adik kami yang bernama Sunandar telah meninggal dunia. Mohon dimaafkan bila Almarhum mempunyai kesalahan}Raisa hanya bisa terbelalak dan terperangah."Ja-jadi ...?"Ketiganya pun tak menyangka. Bila Sunandarlah yang selama ini telah membunuh Mariana. Dan telah dijadikan Naning sebagai penggantinya."Itulah sebabnya Mbok Yumna mendatanginya. Untuk memperingatkan. Dan dia juga pernah mendatangi gunung ini 'kan?" Raisa mulai mengingat kembali rangkaian cerita yang mereka dapatkan dari sang istri kala itu."Dan dia menjadi sakit. Karena menolak apa yang diperintahkan oleh Naning. Ada kemungkinan memang dia ingin mengak

  • KUKU BU SAPTO   INFO PEMENANG GA

    "Jangan mengganggu! Kami hanya mengantarkan apa yang seharusnya pulang." Suara Hamaz sangat tegas. Terdengar suara tawa yang melengking. Kini, seperti berada di atas kepala mereka. Berputar-putar, membentuk sebuah bayangan kehitaman yang besar. Hamaz bergerak cepat. Dia menyiapkan butiran tasbih yanga masih berada dalam genggaman. "Ikuti langkah saya! Jangan emlihat ke mana-mana!" tegas Hamaz. Langkah Hamaz sedikit aneh. Dia berjalan berbelok-belok. Sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan. "Kenapa harus meloncat-loncat dan berbelok-belok?" protes Raisa. Hingga gadis itu tak bisa mengendalikan tubuhnya hingga terjatuh. Bruuukkk! Tubuh Raisa berguling-guling ke bawah, melewati Delon yang terpaku melihatnya. "Aaaaaarghhh!" Saat Delon tersadar. Dia langsung melompat tinggi dan mulai mengejar Raisa. "Raisaaa!" teriak keduanya spontan. Hamaz dan Delon bergerak cepat, mengejar t

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN 2

    "Sekali lagi maafkan kami. Bagaimana dengan benda lain?"Belum sampai ada jawaban. Hamaz sudah mengeluarkan beberapa butiran tasbih yang berada di telapak tangannya. Lalu menunjukkan pada sosok ular itu."Pergilah kalian! Aku tidak ingin benda itu menyentuh sosokku!"Aroma lebus dan anyir semakin kuat melesak rongga hidung mereka bertiga."Bolehkah kami lewat, Nyai?""Baiklah. Pergilah kalian! Andai ini bulan kawin, aku ingin kamu menjadi suami aku, Kang!" ujar wanita siluman itu.Sosok sang ular, terus melihat arah Delon, yang terus menundukkan kepalanya."Jangan, Nyai. Dia sudah tak perjaka lagi. Milik seorang dedemit juga."Kemudian, terdengar suara tawa yang mendesis serta melengking."Baiklah, Kang. Aku lepaskan dia! Walau aku tau dari baunya, dia masih perjaka," ucap siluman ular dengan meliukkan tubuh. Dan akhirnya pergi menghilang."Terima kasih, Nyai!"Seketika Delon bergidik keras. Kedua matanya m

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN

    Suasana semakin bertambah gelap. Kanan kiri jalan kecil, yang mereka lewati, hanya pepohonan lebat. Untunglah penerangan tiga ponsel sangat membantu mereka. Napas ketiganya mulai terengah-engah, menyusuri jalan setapak. Yang sepertinya jarang dilewati. "Mas, berhenti sebentar. Kelihatannya dekat, tapi aku capek banget," ujar Raisa. Mereka pun ikut berhenti dan beristirahat sebenatr. Dalam tas yang dibawa Raisa, dia mengeluarkan sebotol teh yang ternyata yang masih hangat. "Apa itu, Sa?" "Tadi dikasih Bu RT. Ya aku bawa saja 'kan? Lagian perut aku lapar." Hamaz dan Delon mengikuti Raisa yang duduk di bebatuan. Dengan lahap ketiganya makan pisang goreng. Tak ada suara lain, keculai kunyahan mereka. Dan suara binatang malam yang mengiringi malam ini. "Yuk! Kita lanjut!" ajak Hamaz. "Jalan ini betul-betul enggak ada penerangan sama sekali," celetuk Delon. "HPku dah lobat nih." "Kayaknya dikit lagi kok Ma

  • KUKU BU SAPTO   MENEMBUS HUTAN MENUJU GUNUNG K

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju gunung K. Tampak Hamaz mengambil alih kemudi. Dia melihat Delon yang amsih sering meringis karena kesaitan. begitu juga dengan Raisa yang tampak kelelahan."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam tadi?""Kita hampir mati dibunuh sosok makhluk itu, Mas.""Bagaimana ceritanya?""Tiba-tiba di hadapan kami itu banyak mayat yang bergelantungan. Tepat di atas kita Mas. Akhirnya kita ya lari ke kamar itu.""Kamar belakang?""Iya, Mas Hamaz.""Terus?"Raisa berhenti sebentar. Terkadang dia masih merasakan lehernya yang sakit."Sepertinya lukisan itu, gambar si sosok makhluk wanita iblis itu, Mas Hamaz.""Jadi dia yang menyuguhkan pesugihan pada Bapak Mariman?""Benar, Mas. Kalau penampakan saat normal, emang sangat cantik Mas. Tapi, sebenarnya wajah dia sangat mengerikan. Wajahnya hancur dan rusak. Baunya juga enggak enak lagi.""Menurut Raisa dan Mas Hamaz nih ya.

  • KUKU BU SAPTO   JASAD MARIANA

    Secepat kilat. Abah Harun kembali menyerang, dengan menyambar tubuh Wilujeng dan melemparkannya hingga terpental sangat jauh. Seketika membuat raut wajah wanita itu berubah mengerikan.Bibir yang sobek dari ujung ke ujung, hingga di bawah telinga. Belum lagi aroma busuk yang menguar begitu kuat."Hei!"Sosok itu memutar lehernya hingga menghadap ke arah lelaki itu. Kesempatan baik, tak disia-siakan. Abah Harun langsung melempar tasbih yang tersisa dua di tangannya."Nih, ambil!"Dengan gerakan sangat cepat dan penuh keyakinan. Wilujeng langsung terbang meluncur ke arah Abah Harun. Dengan menyiapkan hantaman maut miliknya."Allahu Akbar!"Terdengar alunan ayat-ayat doa dari bibir Abah Harun yang masih berdiri tenang. Membuat raut wajah Wilujeng mulai memerah, bagai terbakar bara api. Tubuhnya semakin tertekan oleh cengkeraman sinar butiran tasbih yang berada dalam genggaman tangan lelaki itu.Tubuh Wilujeng perlahan mulai

  • KUKU BU SAPTO   PERTEMPURAN - 2

    "Kau tak akan bisa menang melawan aku, Manusia. Ini duniaku. Singgasanaku. Kau mau berbuat apa? Aku pastikan kau akan kalah!!!" seru Nyai Wilujeng dengan keras.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu berubah-ubah. Dia sedang dalam keadaan murka.Kilatan cahaya seperti medan arus listrik, tergambar jelas diangkasa. Kian menyambar perbukitan yang ada di sekitar tempat ini."Petir itu akan terus berjalan mengejarmu lelaki tua? Dan, akan menuju arah sini!" ucap wanita itu, senang.Sekilas Abah Harun memeprhatikan gelegar dari petir yang menyambar. Sampai membuat terbakar beberapa titik. Saat Abah Harun berbalik, sosok wanita itu telah menghilang."Hemmm, aku harus mencarinya!"Lelaki paruh baya itu, langsung berlari walau tak mudah di tempat ini. Ilalang yang tingginya, seukuran manusia dewasa. Terasa bagai pagar yang menghalangi langkahnya berlari.Sejenak Abah Harun memejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk melesat sebaga

DMCA.com Protection Status