Tausyiah oleh Gus Qabil sudah berlangsung sekitar lima belas menit, mereka semua mendengarkan dengan penuh penghayatan. Ada yang sampai berpikir, bagaimana jika dirinya yang mengalami kehilangan itu sementara selama ini terlalu sering menyakiti istri hanya karena masalah nafkah?Tujuh dari mereka benar-benar sadar karena sejak menikah, dia selalu menyepelekan kebutuhan istrinya demi sang ibu karena beranggapan bahwa surga suami masih ada pada ibunya.Sekarang mereka yang hadir baru mengerti bahwa adil yang sesungguhnya antara ibu dan istri adalah yang sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Misalnya saja, jika kebutuhan istri adalah satu juta sementara bersihnya gaji suami adalah satu juta setengah, maka lima ratus itu untuk ibunya.Cara yang seperti itu jarang dilakukan karena adil lagi mereka adalah satu juta dibagi dua atau bahkan istrinya hanya dijatah lima ratus ribu perbulan, sedangkan ibunya bisa tembus tiga juta."Sayang istri kalian selagi masih ada karena kehilangan untuk selaman
Suasana pagi yang indah karena matahari bersinar begitu terang, kicau burung terdengar seperti alunan melodi cinta. Pada deru angin terdengar bisikan fatihah dari sang kekasih.Yumna duduk bersama Gus Hanan di samping makam yang masih basah bertabur bunga, pada nisan bertuliskan sebuah nama yang indah. Syahdu Amaliyah.Mereka berdua mengusap wajah lepas membacakan doa untuk gadis itu. Yumna memegang tangan suaminya yang gemetaran karena air mata kembali menggenang di pelupuknya.Apakah lelakinya sedang rindu? Apakah lelakinya tersadar telah cinta? Apakah lelakinya diselimuti penyesalan? Ataukah lelakinya sedang bertanya-tanya sekalipun tidak akan menemukan jawabnya?Syahdu pergi tanpa pamit pada semua orang. Akan tetapi, meninggalkan cinta dan kerinduan yang begitu mendalam. Tingkahnya yang kadang menggemaskan bagi Yumna membuat hati itu remuk redam."Mas, ayo kita pulang. Matahari sudah semakin tinggi loh."Gus Hanan tidak mendengar apa yang dikatakan istrinya. Dia diam bagai orang b
Gus Hanan kembali mengajar pukul sepuluh karena itu berguna untuk mengalihkan pikirannya sementara Yumna meminta Amel untuk datang jika mendapat izin. Dia juga ingin bertanya tentang kasus yang dia pegang.Sambil menunggu, gadis berusia 29 tahun itu pergi ke rumah ibunya untuk membantu memasak atau beres-beres. Di rumahnya masih ada sate dan lauk yang lumayan kalau dihangatin.Akan tetapi begitu sampai, dia melihat ibunya sedang menangis menunduk melihat album foto. Ya, itu album pernikahan Yumna dan Gus Hanan, bukan dengan Syahdu.Saat suaminya menikah lagi, dia tidak mengizinkan orang lain untuk mengambil foto kecuali oleh fotografer untuk berfoto secara resmi dan semuanya disimpan oleh Syahdu sendiri. Hanya ada lima lembar dan Yumna yakin foto itu sangat penting baginya.Foto berdua, bertiga dengan Yumna, bersama keluarganya, keluarga suami dan kakak madunya."Kenapa menangis, Bu?"Sang ibu yang semula tidak menyadari kehadiran anaknya tersentak, reflek menutup album berukuran besa
Setibanya di pesantren lima belas menit yang lalu mereka duduk di sebuah ruang tunggu khusus menunggu kedatangan Gus Qabil. Hati Yumna resah karena dia sendiri bingung harus bicara apa jika bertemu nanti."Jangankan untuk bertemu, memandang pun saja sudah tak boleh," bisik Amel menyanyikan lagu viral yang Yumna tidak tahu judulnya.Dia menertawakan diri sendiri karena kalimat yang dia susun sepanjang jalan tadi langsung buyar begitu melihat Gus Qabil datang seorang diri. Ingin bertanya tentang Fatimah juga malu."Ahlan, ada yang bisa dibantu?"Yumna memberanikan diri karena Amel sudah mengancam, jika dirinya tidak bisa menjelaskan tujuan ke pesantren, maka Amel sendiri yang berbicara dan Yumna tidak mau itu terjadi.Seperti yang sudah semua orang tahu kalau Amel adalah manusia yang paling nekat bahkan jika diminta teriak di jalan, kemungkinan besar dia akan melakukannya. Akan tetapi, Amel adalah sahabat yang baik dan sangat bertanggungjawab, makanya Yumna merasa betah."Begini, Gus. M
Hari Sabtu yang mendung, Amel datang dengan napas tersengal tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Setelah empat hari tanpa kabar, akhirnya dia memunculkan batang hidungnya.Yumna yang melihat Amel terlihat lelah sekali langsung menuju dapur, menuangkan segelas air putih dan mengantarnya ke depan. "Minum dulu!""Yum, aku sudah tahu pelakunya!" seru Amel berhasil membangkitkan rasa penasaran Yumna. Gadis itu menghela napas. "Bram. Kamu ingat sama dia?""Pa-acarnya Nurul?" Suara Yumna nampak sekali menggambarkan kalau gadis itu terkejut bukan main.Pasalnya sudah lama dia tidak pernah bertemu dengan lelaki itu, tetapi ternyata merencanakan pembunuhan untuknya. Yumna jadi teringat pada masa lalu ketika sepedanya rusak, bahkan harga dirinya diinjak-injak.Beruntung saat itu ada Gus Hanan yang selalu menolongnya diam-diam. Kalau Allah tidak mengirim Gus Hanan, maka tidak ada yang tahu apa yang terjadi padanya.Yumna merasa heran, apakah dendam itu masih ada? Lagi pula dia tidak merasa punya
“Keluar dari taman yang membuatmu sakit, meski di sana banyak sekali bunga-bunga yang indah.”—Boy Candra.***Pada hari ke tujuh kepergian Syahdu, semuanya sudah kembali pulih. Yumna bahkan ikut hadir menimba ilmu pada suaminya bersama para santri dan santriwati.Beberapa dari mereka mencoba akrab pada Yumna mengingat selama ini Gus Hanan selalu memberitahu kalau istrinya adalah perempuan shalihah. Tidak ingin membuat malu sang suami, Yumna tentu saja menerima uluran tangan mereka.Sekalipun memang sejak dulu dia tidak mau pandang bulu dalam berteman karena itu akan menyakiti hati mereka. Selama seorang teman itu tidak mengajak pada keburukan, maka harus menerimanya dengan baik.Semakin banyak teman, semakin banyak rezeki dari Tuhan. Jika salah seorang teman itu berubah, maka jangan meninggalkannya. Rangkul dia sampai merasa kalau kamu tulus bersahabat dengannya.Berikutnya adalah jadwal pengajian kelas al-qur'an di mana mereka dituntut untuk menghafal surah sesuai dengan kelas yang d
Masalah Bu Wenda dan Bu Arin yang datang meminta maaf belum Yumna ceritakan pada suaminya karena lelaki itu terlalu sibuk hari ini. Kelas yang padat juga tuntutan untuk mencari konsep khutbah yang bagus membuat job-nya semakin bertambah.Gus Hanan, meskipun dia bukan seorang khatib, tetapi diminta oleh jamaah untuk membaca khutbah dan ceramah satu kali dalam seminggu malam malam rabu. Apalagi jika Gus Qabil ada urusan, maka dia yang dipanggil ke pesantren untuk menggantikannya.Begitulah suka duka menikah dengan lelaki jebolan pesantren. Dakwah adalah segalanya, meskipun mengajar di masjid tidak dibayar sepeserpun, tetapi Gus Hanan selalu semangat demi mengejar ridho Ilahi.Yumna kembali teringat pada niat suaminya untuk tinggal di luar pesantren yakni memberi kesempatan bagi mereka yang mau menuntut ilmu, tetapi tidak mampu ke penjara suci itu entah karena terhalang biaya atau tidak bisa meninggalkan orang tuanya.Dengan adanya kegiatan yang Gus Hanan lakukan itu membuat sebagian dar
Yumna bertemu ibunya di jalan karena dia terlalu lama padahal hanya membeli sebungkus kaldu ayam. Tidak perlu menutupi perkara itu, Yumna memberitahu pada ibunya tentang Bu Wenda sambil melangkah menuju dapur."Jangan kasar sama orang tua, Nduk. Gak baik meskipun di salah. Menegur Bu Wenda atau yang lain gak harus seperti itu.""Lalu caranya kayak giman, Bu? Abis sudah bertahun-tahun, tapi gak ada tobat-tobatnya. Masa dibiarin terus dan kita sendiri yang sakit hati."Bu Dahlia tersenyum, dia tahu kalau Yumna kadang memiliki watak yang keras, jadi jika disangkal berulang kali pun kalau tidak sesuai dengan pikirannya, maka tidak akan mengalah.Ibarat kata, dia seperti batu. Akan tetapi, di sisi lain bisa melunak juga. Mungkin memang kebanyakan perempuan berwatak demikian. Lembut dan penyayang, tetapi kadang seperti singa kelaparan."Lain kali kalau Bu Wenda bicara, gak usah dihiraukan. Biar saja dia terus bicara pasti berhenti juga kalah sudah capek. Ibu tahu kamu gak mau difitnah terus