Gus Hanan kembali mengajar pukul sepuluh karena itu berguna untuk mengalihkan pikirannya sementara Yumna meminta Amel untuk datang jika mendapat izin. Dia juga ingin bertanya tentang kasus yang dia pegang.Sambil menunggu, gadis berusia 29 tahun itu pergi ke rumah ibunya untuk membantu memasak atau beres-beres. Di rumahnya masih ada sate dan lauk yang lumayan kalau dihangatin.Akan tetapi begitu sampai, dia melihat ibunya sedang menangis menunduk melihat album foto. Ya, itu album pernikahan Yumna dan Gus Hanan, bukan dengan Syahdu.Saat suaminya menikah lagi, dia tidak mengizinkan orang lain untuk mengambil foto kecuali oleh fotografer untuk berfoto secara resmi dan semuanya disimpan oleh Syahdu sendiri. Hanya ada lima lembar dan Yumna yakin foto itu sangat penting baginya.Foto berdua, bertiga dengan Yumna, bersama keluarganya, keluarga suami dan kakak madunya."Kenapa menangis, Bu?"Sang ibu yang semula tidak menyadari kehadiran anaknya tersentak, reflek menutup album berukuran besa
Setibanya di pesantren lima belas menit yang lalu mereka duduk di sebuah ruang tunggu khusus menunggu kedatangan Gus Qabil. Hati Yumna resah karena dia sendiri bingung harus bicara apa jika bertemu nanti."Jangankan untuk bertemu, memandang pun saja sudah tak boleh," bisik Amel menyanyikan lagu viral yang Yumna tidak tahu judulnya.Dia menertawakan diri sendiri karena kalimat yang dia susun sepanjang jalan tadi langsung buyar begitu melihat Gus Qabil datang seorang diri. Ingin bertanya tentang Fatimah juga malu."Ahlan, ada yang bisa dibantu?"Yumna memberanikan diri karena Amel sudah mengancam, jika dirinya tidak bisa menjelaskan tujuan ke pesantren, maka Amel sendiri yang berbicara dan Yumna tidak mau itu terjadi.Seperti yang sudah semua orang tahu kalau Amel adalah manusia yang paling nekat bahkan jika diminta teriak di jalan, kemungkinan besar dia akan melakukannya. Akan tetapi, Amel adalah sahabat yang baik dan sangat bertanggungjawab, makanya Yumna merasa betah."Begini, Gus. M
Hari Sabtu yang mendung, Amel datang dengan napas tersengal tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Setelah empat hari tanpa kabar, akhirnya dia memunculkan batang hidungnya.Yumna yang melihat Amel terlihat lelah sekali langsung menuju dapur, menuangkan segelas air putih dan mengantarnya ke depan. "Minum dulu!""Yum, aku sudah tahu pelakunya!" seru Amel berhasil membangkitkan rasa penasaran Yumna. Gadis itu menghela napas. "Bram. Kamu ingat sama dia?""Pa-acarnya Nurul?" Suara Yumna nampak sekali menggambarkan kalau gadis itu terkejut bukan main.Pasalnya sudah lama dia tidak pernah bertemu dengan lelaki itu, tetapi ternyata merencanakan pembunuhan untuknya. Yumna jadi teringat pada masa lalu ketika sepedanya rusak, bahkan harga dirinya diinjak-injak.Beruntung saat itu ada Gus Hanan yang selalu menolongnya diam-diam. Kalau Allah tidak mengirim Gus Hanan, maka tidak ada yang tahu apa yang terjadi padanya.Yumna merasa heran, apakah dendam itu masih ada? Lagi pula dia tidak merasa punya
“Keluar dari taman yang membuatmu sakit, meski di sana banyak sekali bunga-bunga yang indah.”—Boy Candra.***Pada hari ke tujuh kepergian Syahdu, semuanya sudah kembali pulih. Yumna bahkan ikut hadir menimba ilmu pada suaminya bersama para santri dan santriwati.Beberapa dari mereka mencoba akrab pada Yumna mengingat selama ini Gus Hanan selalu memberitahu kalau istrinya adalah perempuan shalihah. Tidak ingin membuat malu sang suami, Yumna tentu saja menerima uluran tangan mereka.Sekalipun memang sejak dulu dia tidak mau pandang bulu dalam berteman karena itu akan menyakiti hati mereka. Selama seorang teman itu tidak mengajak pada keburukan, maka harus menerimanya dengan baik.Semakin banyak teman, semakin banyak rezeki dari Tuhan. Jika salah seorang teman itu berubah, maka jangan meninggalkannya. Rangkul dia sampai merasa kalau kamu tulus bersahabat dengannya.Berikutnya adalah jadwal pengajian kelas al-qur'an di mana mereka dituntut untuk menghafal surah sesuai dengan kelas yang d
Masalah Bu Wenda dan Bu Arin yang datang meminta maaf belum Yumna ceritakan pada suaminya karena lelaki itu terlalu sibuk hari ini. Kelas yang padat juga tuntutan untuk mencari konsep khutbah yang bagus membuat job-nya semakin bertambah.Gus Hanan, meskipun dia bukan seorang khatib, tetapi diminta oleh jamaah untuk membaca khutbah dan ceramah satu kali dalam seminggu malam malam rabu. Apalagi jika Gus Qabil ada urusan, maka dia yang dipanggil ke pesantren untuk menggantikannya.Begitulah suka duka menikah dengan lelaki jebolan pesantren. Dakwah adalah segalanya, meskipun mengajar di masjid tidak dibayar sepeserpun, tetapi Gus Hanan selalu semangat demi mengejar ridho Ilahi.Yumna kembali teringat pada niat suaminya untuk tinggal di luar pesantren yakni memberi kesempatan bagi mereka yang mau menuntut ilmu, tetapi tidak mampu ke penjara suci itu entah karena terhalang biaya atau tidak bisa meninggalkan orang tuanya.Dengan adanya kegiatan yang Gus Hanan lakukan itu membuat sebagian dar
Yumna bertemu ibunya di jalan karena dia terlalu lama padahal hanya membeli sebungkus kaldu ayam. Tidak perlu menutupi perkara itu, Yumna memberitahu pada ibunya tentang Bu Wenda sambil melangkah menuju dapur."Jangan kasar sama orang tua, Nduk. Gak baik meskipun di salah. Menegur Bu Wenda atau yang lain gak harus seperti itu.""Lalu caranya kayak giman, Bu? Abis sudah bertahun-tahun, tapi gak ada tobat-tobatnya. Masa dibiarin terus dan kita sendiri yang sakit hati."Bu Dahlia tersenyum, dia tahu kalau Yumna kadang memiliki watak yang keras, jadi jika disangkal berulang kali pun kalau tidak sesuai dengan pikirannya, maka tidak akan mengalah.Ibarat kata, dia seperti batu. Akan tetapi, di sisi lain bisa melunak juga. Mungkin memang kebanyakan perempuan berwatak demikian. Lembut dan penyayang, tetapi kadang seperti singa kelaparan."Lain kali kalau Bu Wenda bicara, gak usah dihiraukan. Biar saja dia terus bicara pasti berhenti juga kalah sudah capek. Ibu tahu kamu gak mau difitnah terus
Bingkai foto ukuran besar itu Gus Hanan ambil, dia duduk di ranjang yang pernah dia tempati bersama Syahdu. Hanya dua kali mereka tidur bersama sebelum Syahdu meninggal.Di foto itu, Syahdu nampak begitu cantik dengan riasan yang tidak terlalu menor. Jilbabnya yang panjang menutupi dada menambah keanggunan dirinya.Gus Hanan tersenyum meskipun hatinya terasa perih. Aneh sekali, jika para pengantin menunggu hasil foto mereka dalam sebuah album besar, maka Gus Hanan tidak sama sekali. Bahkan foto itu baru dia lihat pertama kali sebulan setelah pernikahan.Dia salah, itu yang dirasakan Gus Hanan saat ini. Foto itu dia peluk karena rasa bersalah belum juga pergi dari hatinya. Dia memang seorang lelaki, tetapi hatinya tidak sekeras baja sehingga penyesalan tidak pernah alpa menghantui."Aku terlalu bodoh bahkan tidak bisa mengelabui hati sendiri. Kalau saja aku bisa pura-pura menerimamu atau paling tidak, berlaku adil, apa kelak kamu tidak akan menuntutku di hadapan Tuhan?" Sekali lagi Gus
"Kamu tahu nggak kalau jengkol itu dibenci karena aromanya, tetapi dicintai karena rasanya?" Mas Ilham terus mengikuti Yumna yang terburu-buru menuju masjid sebelum didapat oleh kamera CCTV alisa Bu Wenda dan antek-anteknya."Dia seperti kamu loh, Yum. Kamu dibenci orang karena fitnah dari Bu Wenda, tetapi dicintai karena pribadimu yang baik!" teriak Mas Ilham ketika Yumna menambah kecepatan sepedanya.Bagaimana mungkin Mas Ilham menganggap Yumna sama dengan jengkol yang bahkan gadis itu belum pernah mencicipinya. Tiba-tiba dia terjatuh karena menabrak batu besar membuat Mas Ilham mendekat hendak menolongnya, tetapi Yumna tidak mau menerima uluran tangan itu.Dia lebih memilih menahan sakit daripada harus menyentuh tangan yang tidak halal baginya apalagi tangan itu milik Mas Ilham, seseorang yang pernah ada di masa lalunya.Menurut Yumna, lelaki itu sudah tidak waras lagi karena masih mengganggu perempuan yang sudah bersuami. Bagaimana jika orang lain melihatnya menerima uluran tangan