Perputaran waktu tidak terasa bagi mereka yang sibuk dengan banyak urusan. Seperti Yumna yang saat ini mengenang empat puluh hari kepergian Syahdu. Siapa yang bisa menduga gadis itu pergi begitu cepat di usia pernikahannya yang belum genap satu bulan?Ajal adalah takdir yang tidak bisa diubah. Semakin bertambah umur di dunia, maka sesungguhnya semakin dekat dengan kematian. Yumna mendesah berat karena selalu takut jika sudah teringat ajal.Bukan dia tidak mau mati dan meninggalkan dunia yang fana, tetapi masih belum yakin bekalnya cukup untuk menghindari siksa kubur. Begitu banyak ceramah yang dia dengar tentang beratnya siksa kubur sehingga hatinya terus merintih dalam malam-malam yang pekat."Dalam sujudku berdoa, dalam tangisku menyesal. Astaghfirullah bukalah pintu taubat-Mu...." Alunan musik itu mengalun merdu dalam kamar Yumna.Air mata gadis itu terus menetes mengingat selama ini kurang dekat kepada Allah. Dia mendapat ujian, tetapi terkadang masih mengeluh padahal tahu bahwa A
"Mbak, kamu siapa? Aku menunggu sudah lima belas menit, tetapi belum bicara sepatah kata pun." Yumna melipat kedua tangan di depan dada karena sudah lelah menunggu.Pasalnya banyak pekerjaan lain yang harus dia lakukan, sementara gadis di hadapannya belum membuka mulut sama sekali. Yumna pun menyerah setelah menunggu dua menit lagi. "Maaf, Mbak, ini bukan piala dunia yang ada extra time kalau skornya seri. Jadi silakan keluar kalau tidak ada kebutuhan soalnya aku mau masak, nyapu, ngepel, nyuci.""Aku butuh, Mbak." Akhirnya gadis itu membuka suara."Butuh apa?""Suamimu." Dia pun tersenyum tanpa rasa bersalah.Yumna yang semula santai langsung tegang. Gadis di hadapannya tidak dia kenali sama sekali, kemudian datang mengaku membutuhkan Gus Hanan? Selain penampilannya yang terbilang seksi karena memakai rok mini dan baju lengan pendek, dia juga memiliki rambut dua warna yakni kuning dan ungu.Kalau penampilan seperti ini, seharusnya mencintai lelaki yang entah hobi basket atau balapan
Yumna resah karena Gus Hanan hanya pulang makan siang, lalu kembali ke masjid soalnya hari ini banyak santri yang hadir dan menyetorkan hafalannya. Yumna sudah mencoba untuk berbicara, tetapi Gus Hanan bilang untuk menundanya sampai sore nanti.Siang ini pun dia tidak bisa tidur karena pikirannya merajalela ke mana-mana. Yumna ingin cerita pada sang ibu juga tidak bisa karena Bu Dahlia harus tidur siang karena tadi malam terlalu sibuk menonton Indonesia's Got Talent.Pintu rumahnya terketuk pelan berulang kali, mau tidak mau Yumna harus bangun dan melangkah cepat ke depan. Dugaannya benar, Cybele datang lagi untuk ke tiga kalinya dan sekarang sudah pakai gamis."Jilbabnya ke mana, Saibel?""Terbang ke Argentina, Mbak nyari Paulo Dybala."Yumna memutar mata, dia sama sekali tidak tahu siapa Paulo Dybala yang gadis itu sebut. Tanpa permisi, gadis itu malah mendesak untuk masuk ke rumah Yumna dan duduk di kursi yang sama dengan sebelumnya.Memang Yumna sedang kesepian, tetapi kalau tamun
Gus Hanan pulang ke rumah pukul tiga sore, jadi ada waktu bercerita padanya selama setengah jam. Yumna langsung memanfaatkan kesempatan itu dengan menarik tangan suaminya ke depan televisi."Dek, mas mau ngomong sama kamu."'Yah, keduluan lagi!' batin Yumna sedikit kesal, tetapi bukan berarti marah pada suaminya."Ngomong apa, Mas?""Tepatnya cerita, sih. Mas butuh saran kamu sebagai perempuan."Yumna langsung merasa was-was karena takut kalau Cybele nekat menemui Gus Hanan dan menyatakan cintanya. Bagaimana jika itu terjadi dan malah diterima, tetapi butuh izin darinya?"Tadi kan Farhana, Santi sama Maryam itu ribut bahkan ketawa saat proses belajar. Mas sudah hukum, tetapi mereka merasa tidak berat gitu. Menurut kamu mas harus ngapain?""Serahkan sama aku, Mas. Sepertinya kalau perempuan kayak gitu ya memang butuh bicara dari hati ke hati.""Kalau gitu, abis salat asar kamu ikut ke masjid untuk sholat sekalian ngajar di sana. Kalau nanti mereka tetap ribut dan cari masalah, mungkin
Pukul lima sore, mereka sudah membaca doa kafaratul majelis, lalu pulang ke rumah masing-masing. Gus Hanan langsung menghampiri istrinya yang sedang berbicara dengan seorang perempuan yang tidak dia kenali."Dek, kenapa?""Assalamualaikum, Ustadz," sapa Cybele dengan sangat santun."Wa'alaikumussalam. Ada yang bisa dibantu?"Cybele mengangguk manja membuat Yumna ingin menjitak kepalanya. Lihatlah dia datang dengan memakai gamis panjang dan jilbab segitiga, tetapi masih menampakkan rambut poni andalannya."Aku mau Ustadz jadi imamku.""Maaf, aku sudah sholat. Permisi."Gus Hanan menarik tangan istrinya menjauh dari sana karena menduga Cybele adalah gadis yang kurang waras. Sekalipun penampilan rapi dan berkelas, tidak menutup kemungkinan kalau orang itu memiliki kelainan jiwa.Dalam perjalanan pulang, Gus Hanan menyanyikan lagu nasyid sehingga Yumna tidak bisa bicara dengan suaminya. Dia harus memanyunkan bibir sampai di depan rumah.Waktu yang tepat, lelaki itu kini duduk santai di ru
Kejadian yang sama pada hari ke dua. Setelah Gus Hanan berangkat ke masjid, Cybele kembali datang. Hari ini dia memakai rok sebetis dan baju lengan panjang, tentu tanpa memakai jilbab.Suka atau tidak, Yumna harus menerima tamu yang sangat istimewa itu atau dia tidak akan berhenti meneriakkan nama Gus Hanan. Selain karena malu, Yumna juga ingin mengajarinya untuk menghargai Gus Hanan sekalipun umur mereka tidak beda jauh.Cybele mengubah posisi duduk menjadi lebih anggun ketika Yumna keluar membawa secangkir teh. Dia tidak boleh kesal dan harus terlihat santai atau Cybele akan menganggapnya sebagai saingan yang paling mudah dikalahkan."Gimana, Mbak? Suami kamu kayaknya gak tertarik sama aku atau dia gak pekaan?"Yumna menarik sudut bibir ke samping. Apa iya dia harus menjadi jahat?"Dijawab, Mbak," desak Cybele membuat Yumna sedikit merasa ilfeel karena ulahnya yang seperti ulat bulu."Suamiku emang kek gitu.""Alhamdulillah.""Lah, kok?""Yaiya, Mbak. Cinta memang butuh perjuangan u
Cybele memang seseorang yang nekat, dia bahkan sengaja menunggui Gus Hanan selesai mengajar di masjid. Tepat pukul sebelas lewat sepuluh menit, semua orang sudah pada pulang. Gus Hanan melangkah mendekati motornya dan menoleh ketika mendengar suara teriakan."Ustadz, tolong!" Cybele mengatup kedua tangan di depan dada seperti orang yang memohon pada umumnya."Tolong apa?""Ustadz, aku ini gadis yang kehilangan arah dan butuh bimbingan. Mbak Yumna sudah tahu ceritaku, maka aku memohon izin sama dia untuk menikah sama Ustadz.""Apa?""Maaf, Ustadz, tetapi aku sangat memohon. Tidak mengapa kalau nanti aku dijadikan pembantu asal bisa menikah sama Ustadz Hanan dan dibimbing ke jalan yang benar. Aku bersumpah tidak akan membantah sama apa pun yang Ustadz dan mbak perintahkan."Gus Hanan diam, dia memutar otak untuk berpikir. Tidak mungkin Yumna melakukan kesalahan yang sama dengan memberi izin untuk menikah lagi, kan?Lagi pula sekalipun didesak seperti dulu, Gus Hanan tetap tidak akan mau
"Seorang suami itu mau dirinya dihargai dan dianggap ada. Coba pikir bagaimana perasaan Gus Hanan andai kamu kembali memberi peluang untuk Cybele? Lagian kamu sakit hati juga kan kalau ada orang ketiga lagi? Belajarlah dari masa lalumu, tentang Nurul, kemudian Syahdu. Apa mereka berdua belum cukup membuatmu sakit hati?""Ya sakit." Yumna menjawab sedih jika teringat dua sosok itu."Selain sakit hati karena cemburu, kamu juga selalu mendapat hujatan dan coba pikir baik-baik kalau seandainya Gus Hanan menikah lagi? Apa kata mereka tentang Gus Hanan? Suka ganti pasangan atau disebut ustadz nafsuan?""Mel, jangan ngomong gitu ah!""Lalu apa kata tetangga tentang kamu? Mandul? Jelek? Gak cocok jadi istri atau calon janda?" lanjut Amel sengaja menodong Yumna dengan banyak pertanyaan untuk membuka hatinya."Ya kan sudah dibilangin gak bakal ngizinin Cybele dapat peluang." Yumna melirik ke luar pintu yang terbuka. "Nah, datang lagi tuh orang!"Amel langsung berdiri dan menyambutnya di depan p
EXTRA PART!!!____Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.Air berkata kepada yang kotor, "Kemarilah." Maka yang kotor akan berkata, "Aku sungguh malu." Air berkata, "Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?Singa terlihat paling tampan ketika sedang mencari mangsa. Jualah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu. Jika Anda jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin Anda akan dipoles.Anda dilahirkan memiliki sayap, mengapa lebih memilih hidup merangkak. Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang. Kau harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melak
Bu Wenda terus berjoget ria sambil berteriak kalau dia adalah fans Yumna. Tidak ada yang mau menghentikan Bu Wenda yang semakin kehilangan kendali itu bahkan anaknya saja sudah menjauh ketika Nurul memberi isyarat."Kalian tahu? Aku sudah memfitnah Yumna mengatakan dia hamil, makanya Ilham memutus lamaran itu. Aku bilang dia mandul sampai stres dan keguguran. Kira-kira Yumna mau maafin aku nggak, ya? Ada yang tahu jawabannya?"Lagi, dia tertawa keras."Di sini ada yang bernama Yumna? Ah, aku rindu setengah mati kepada Yumna. Sebenarnya aku mengakui semua kesalahan itu dan mau meminta maaf, tetapi sudah keburu gengsi duluan. Andai tidak ada yang berdiri di sisi Yumna, aku pasti bisa meminta maaf sama dia. Aku malu karena ada Nurul, Amel dan suaminya.Kalian tahu kalau suami Yumna itu putra Kyai Sholeh? Makanya aku tidak suka kalau Yumna bahagia. Sekarang saja aku mau mencekik lehernya biar dia mati atau kita bawa bermain-main di taman. Aduh, Syahdu kasihan sekali karena dia harus menin
Hari selasa yang cerah ketika Gus Hanan baru pulang mengajar di masjid, Yumna langsung menariknya masuk kamar dengan wajah berseri-seri."Mas, hari ini ingat hari apa?""Hari selasa?"Yumna menggeleng. Gus Hanan mencoba menebak bahkan hampir sepuluh kali tebakan, tetapi belum juga berhasil. Dengan sedikit kesal, Yumna memberi tahu kalau hari ini Gus Hanan genap berusia 27 tahun."Ah iya, mas udah 27 tahun hari ini. Aduh, kok sampai lupa ya?""Daaaan ... aku punya hadiah ulang tahun buat Mas Hanan.""Hadiah? Qur'an? Kitab? Atau kecupan lagi kayak tahun kemarin?"Sekali lagi Yumna menggeleng. Gus Hanan menyerah tidak mampu menebak. Dia akhirnya memeluk sang istri, berusaha membujuk untuk langsung menunjukkan hadiah itu saja.Yumna mengurai pelukan suaminya, dia merogoh saku gamis dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih dan biru. "Aku hamil, Mas. Selamat, kamu akan menjadi ayah!""Alhamdulillah, kamu serius, Dek?"Yumna mengangguk, sesuatu yang sejuk mengalir membasahi pipinya. "Dan
Mereka sudah tiba, tetapi Amel tidak bisa singgah karena Ozil sudah mencarinya sejak tadi. Begitu mobil hitam itu sudah melaju pergi, seseorang kemudian menghampiri mereka berempat."Aku turut bahagia karena melihat Nurul kembali. Ternyata dia yang menyebar berita itu, tetapi aku yang harus diusir." Bu Wenda datang bersama anak gadisnya.Nurul melihat ponsel gadis itu menyalah, dia pun tersenyum tipis dan memberitahu Yumna lewat isyarat sementara Mas Dika dan Gus Hanan diminta masuk saja karena bisa menangani mereka berdua.Begitu tinggal mereka berempat saja di pinggir jalan, Nurul langsung mendekat ke gadis itu agar suaranya lebih jelas dalam rekaman. "Ya, aku yang menyebarkan berita itu. Gimana rasanya harus disalahkan padahal bukan kita yang melakukannya?""Kurang ajar!""Tidak, aku tidak kurang ajar Bu Wenda. Semua orang sudah tahu kalau dalang di balik semua masalah yang ada adalah Bu Wenda sendiri karena sangat iri pada Yumna. Kesalahan Bu Wenda kan bukan hanya gosip, tetapi su
Pada hari pernikahan Mas Ilham tepat hari sabtu, mereka semua berkumpul di rumah Yumna dengan baju seragam meskipun Amel dan Kevin beda motif asalkan warnanya sama. Mereka telat pesan atau mungkin sebut saja Nurul terlalu cepat memesan karena tidak mau ayahnya ingkar janji.Untuk ketiga perempuan itu semuanya membawa kado, sementara laki-laki mengantongi amplop saja. Mereka semua memakai baju yang hampir sama. Hari ini Nurul terlihat sangat cantik.Sebelum berangkat, dia meminum segelas air dulu untuk menenangkan diri. Luka dalam hatinya dibalut sedemikian rupa. Mereka berpasang-pasangan kecuali Mas Dika yang harus kembali memerankan perannya.Jika dulu dia pura-pura berpasangan dengan Yumna, sekarang bersama Nurul. Mas Dika tersenyum pada adiknya yang selama ini dia benci, tetapi kini mulai membuka hati untuk menerimanya."Nanti sama Mas Dika aja biar mereka mengira kamu juga punya pasangan. Pokoknya nanti jangan pernah masang muka sedih, harus mengalihkan pikiranmu dari Mas Ilham. J
Sesampainya di rumah, mereka berdua terkejut oleh kedatangan Amel. Sepertinya hari akan semakin panjang karena kedatangan Amel yang membawa banyak makanan. Sekalipun mereka sudah dewasa, tetapi yang namanya perempuan kadang bertingkah seperti anak-anak."Ozil mana, Mel?""Sama neneknya, dia gak mau ikut tadi karena keasyikan main sama sepupunya."Yumna mengangguk, dia senang sekali melihat banyak gorengan termasuk ayam geprek di depannya. Mereka kumpul di ruang tengah karena tidak mau diganggu oleh tamu. Hari yang menyenangkan setelah bertemu Mas Ilham.Masalah itu Yumna ceritakan pada Amel bukan untuk memancing amarahnya, tetapi seorang perempuan sangat sulit untuk menyimpan masalahnya sendiri apalagi jika sudah lama dan terbiasa saling berbagi cerita dengan sahabat."Mas Ilham kok bego banget, ya? Masa dia mau jatuh ke jurang yang sama?""Gak tahu tuh. Udah aku bilangin juga karena aku sebagai orang ketiga di masa lalu itu serius, nyeselnya sampe sekarang, nyeseknya sampe ke hati. A
"Ide apa, Mas?""Nah, sebagian perempuan kan kalau mendapat darah keluar lebih lima belas hari itu langsung menentukan bahwa 15 hari haid dan selebihnya istihadhoh, ya kan?"Yumna mengangguk."Nah, kamu adakan hari khusus untuk membahas masalah darah itu biar mereka yang tadinya bingung dan ragu, menjadi yakin dan tahu darah apa yang keluar itu. Mas tidak bisa ngejelasinnya karena nanti ada pertanyaan pasti malu untuk dipertanyakan. Nah kalau sesama perempuan kan enak. Gimana?""Ya boleh, Mas, tapi aku mau pahami ulang dulu dan latihan menjelaskan di depan kamu. Kalau ada salah-salah kan aku yang kena dosanya juga, Mas.""Woke siap, kalau gitu mas mau menyiapkan materi khutbah dulu buat hari jumat nanti. Kamu ngelakuin apa aja deh bebas."Yumna mengangguk cepat, dia lalu menemui Nurul di rumah ibunya karena merasa bosan dan jenuh sendirian. Makanya dia memiliki ide untuk menjual makanan saja daripada tidak ada kegiatan seperti sekarang toh lokasi di depan rumah lumayan luas apalagi ka
Di malam hari, Gus Hanan duduk dengan istrinya di meja makan padahal makanan sudah tidak terhidang lagi di sana. Lelaki itu menopang wajah dengan kedua tangannya karena merasa kurang komunikasi dengan para murid yang keluar begitu saja.Padahal seharusnya seorang guru harus menanyakan keadaan muridnya juga yang apabila tidak hadir atau malah memilih mengundurkan diri. Saat itu memang Gus Hanan bertanya, tetapi mereka hanya diam, lalu besoknya tidak ada kabar lagi."Mungkin bagusnya kala ngajar di rumah aja biar gak ada cerita miring lagi?""Jangan dulu, Mas. Kamu harus bicara sama panitia masjid dulu. Bisa jadi bukan mereka pelakunya, tetapi jamaah atau orang lain yang mau nama kamu buruk di mata semua orang, Mas. Baru satu orang, kan, yang ngomong kayak gitu?""Entah sejak kapan iuran pengajian itu diadakan. Mas jadi semaki kepikiran padahal selama ini ikhlas dan tidak pernah berpikir untuk memintai mereka bayaran walau sekali dalam setahun."Yumna juga bingung sendiri, ingin mencari
Pernyataan Cinta—Jalaluddin Rumi—Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-MuApakah maksud-Mu? Mana kutahu?Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selaluKukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-MuBagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusaMeskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat kasih aku jelas nyataAku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semiHingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi***Nurul tersadar dari kesedihannya setelah Yumna mengingatkan kalau dia harus memperbaiki hubungan dengan Allah agar rasa kecewa dari berharap lebih itu beringsut hilang.Dia menyeka air matanya, menelan kesedihan itu dan mengganti dengan senyuman. Nurul kembali merasakan bagaimana menjadi Yumna ketika harus ditinggalkan oleh orang yang sudah lama ditunggu untuk bersatu.Karma itu tidak ada, tetapi balasan atas perbuatan selalu ada. Nurul menyesal dan sekali lagi merintih memohon ma