Hari Sabtu yang mendung, Amel datang dengan napas tersengal tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Setelah empat hari tanpa kabar, akhirnya dia memunculkan batang hidungnya.Yumna yang melihat Amel terlihat lelah sekali langsung menuju dapur, menuangkan segelas air putih dan mengantarnya ke depan. "Minum dulu!""Yum, aku sudah tahu pelakunya!" seru Amel berhasil membangkitkan rasa penasaran Yumna. Gadis itu menghela napas. "Bram. Kamu ingat sama dia?""Pa-acarnya Nurul?" Suara Yumna nampak sekali menggambarkan kalau gadis itu terkejut bukan main.Pasalnya sudah lama dia tidak pernah bertemu dengan lelaki itu, tetapi ternyata merencanakan pembunuhan untuknya. Yumna jadi teringat pada masa lalu ketika sepedanya rusak, bahkan harga dirinya diinjak-injak.Beruntung saat itu ada Gus Hanan yang selalu menolongnya diam-diam. Kalau Allah tidak mengirim Gus Hanan, maka tidak ada yang tahu apa yang terjadi padanya.Yumna merasa heran, apakah dendam itu masih ada? Lagi pula dia tidak merasa punya
“Keluar dari taman yang membuatmu sakit, meski di sana banyak sekali bunga-bunga yang indah.”—Boy Candra.***Pada hari ke tujuh kepergian Syahdu, semuanya sudah kembali pulih. Yumna bahkan ikut hadir menimba ilmu pada suaminya bersama para santri dan santriwati.Beberapa dari mereka mencoba akrab pada Yumna mengingat selama ini Gus Hanan selalu memberitahu kalau istrinya adalah perempuan shalihah. Tidak ingin membuat malu sang suami, Yumna tentu saja menerima uluran tangan mereka.Sekalipun memang sejak dulu dia tidak mau pandang bulu dalam berteman karena itu akan menyakiti hati mereka. Selama seorang teman itu tidak mengajak pada keburukan, maka harus menerimanya dengan baik.Semakin banyak teman, semakin banyak rezeki dari Tuhan. Jika salah seorang teman itu berubah, maka jangan meninggalkannya. Rangkul dia sampai merasa kalau kamu tulus bersahabat dengannya.Berikutnya adalah jadwal pengajian kelas al-qur'an di mana mereka dituntut untuk menghafal surah sesuai dengan kelas yang d
Masalah Bu Wenda dan Bu Arin yang datang meminta maaf belum Yumna ceritakan pada suaminya karena lelaki itu terlalu sibuk hari ini. Kelas yang padat juga tuntutan untuk mencari konsep khutbah yang bagus membuat job-nya semakin bertambah.Gus Hanan, meskipun dia bukan seorang khatib, tetapi diminta oleh jamaah untuk membaca khutbah dan ceramah satu kali dalam seminggu malam malam rabu. Apalagi jika Gus Qabil ada urusan, maka dia yang dipanggil ke pesantren untuk menggantikannya.Begitulah suka duka menikah dengan lelaki jebolan pesantren. Dakwah adalah segalanya, meskipun mengajar di masjid tidak dibayar sepeserpun, tetapi Gus Hanan selalu semangat demi mengejar ridho Ilahi.Yumna kembali teringat pada niat suaminya untuk tinggal di luar pesantren yakni memberi kesempatan bagi mereka yang mau menuntut ilmu, tetapi tidak mampu ke penjara suci itu entah karena terhalang biaya atau tidak bisa meninggalkan orang tuanya.Dengan adanya kegiatan yang Gus Hanan lakukan itu membuat sebagian dar
Yumna bertemu ibunya di jalan karena dia terlalu lama padahal hanya membeli sebungkus kaldu ayam. Tidak perlu menutupi perkara itu, Yumna memberitahu pada ibunya tentang Bu Wenda sambil melangkah menuju dapur."Jangan kasar sama orang tua, Nduk. Gak baik meskipun di salah. Menegur Bu Wenda atau yang lain gak harus seperti itu.""Lalu caranya kayak giman, Bu? Abis sudah bertahun-tahun, tapi gak ada tobat-tobatnya. Masa dibiarin terus dan kita sendiri yang sakit hati."Bu Dahlia tersenyum, dia tahu kalau Yumna kadang memiliki watak yang keras, jadi jika disangkal berulang kali pun kalau tidak sesuai dengan pikirannya, maka tidak akan mengalah.Ibarat kata, dia seperti batu. Akan tetapi, di sisi lain bisa melunak juga. Mungkin memang kebanyakan perempuan berwatak demikian. Lembut dan penyayang, tetapi kadang seperti singa kelaparan."Lain kali kalau Bu Wenda bicara, gak usah dihiraukan. Biar saja dia terus bicara pasti berhenti juga kalah sudah capek. Ibu tahu kamu gak mau difitnah terus
Bingkai foto ukuran besar itu Gus Hanan ambil, dia duduk di ranjang yang pernah dia tempati bersama Syahdu. Hanya dua kali mereka tidur bersama sebelum Syahdu meninggal.Di foto itu, Syahdu nampak begitu cantik dengan riasan yang tidak terlalu menor. Jilbabnya yang panjang menutupi dada menambah keanggunan dirinya.Gus Hanan tersenyum meskipun hatinya terasa perih. Aneh sekali, jika para pengantin menunggu hasil foto mereka dalam sebuah album besar, maka Gus Hanan tidak sama sekali. Bahkan foto itu baru dia lihat pertama kali sebulan setelah pernikahan.Dia salah, itu yang dirasakan Gus Hanan saat ini. Foto itu dia peluk karena rasa bersalah belum juga pergi dari hatinya. Dia memang seorang lelaki, tetapi hatinya tidak sekeras baja sehingga penyesalan tidak pernah alpa menghantui."Aku terlalu bodoh bahkan tidak bisa mengelabui hati sendiri. Kalau saja aku bisa pura-pura menerimamu atau paling tidak, berlaku adil, apa kelak kamu tidak akan menuntutku di hadapan Tuhan?" Sekali lagi Gus
"Kamu tahu nggak kalau jengkol itu dibenci karena aromanya, tetapi dicintai karena rasanya?" Mas Ilham terus mengikuti Yumna yang terburu-buru menuju masjid sebelum didapat oleh kamera CCTV alisa Bu Wenda dan antek-anteknya."Dia seperti kamu loh, Yum. Kamu dibenci orang karena fitnah dari Bu Wenda, tetapi dicintai karena pribadimu yang baik!" teriak Mas Ilham ketika Yumna menambah kecepatan sepedanya.Bagaimana mungkin Mas Ilham menganggap Yumna sama dengan jengkol yang bahkan gadis itu belum pernah mencicipinya. Tiba-tiba dia terjatuh karena menabrak batu besar membuat Mas Ilham mendekat hendak menolongnya, tetapi Yumna tidak mau menerima uluran tangan itu.Dia lebih memilih menahan sakit daripada harus menyentuh tangan yang tidak halal baginya apalagi tangan itu milik Mas Ilham, seseorang yang pernah ada di masa lalunya.Menurut Yumna, lelaki itu sudah tidak waras lagi karena masih mengganggu perempuan yang sudah bersuami. Bagaimana jika orang lain melihatnya menerima uluran tangan
Perputaran waktu tidak terasa bagi mereka yang sibuk dengan banyak urusan. Seperti Yumna yang saat ini mengenang empat puluh hari kepergian Syahdu. Siapa yang bisa menduga gadis itu pergi begitu cepat di usia pernikahannya yang belum genap satu bulan?Ajal adalah takdir yang tidak bisa diubah. Semakin bertambah umur di dunia, maka sesungguhnya semakin dekat dengan kematian. Yumna mendesah berat karena selalu takut jika sudah teringat ajal.Bukan dia tidak mau mati dan meninggalkan dunia yang fana, tetapi masih belum yakin bekalnya cukup untuk menghindari siksa kubur. Begitu banyak ceramah yang dia dengar tentang beratnya siksa kubur sehingga hatinya terus merintih dalam malam-malam yang pekat."Dalam sujudku berdoa, dalam tangisku menyesal. Astaghfirullah bukalah pintu taubat-Mu...." Alunan musik itu mengalun merdu dalam kamar Yumna.Air mata gadis itu terus menetes mengingat selama ini kurang dekat kepada Allah. Dia mendapat ujian, tetapi terkadang masih mengeluh padahal tahu bahwa A
"Mbak, kamu siapa? Aku menunggu sudah lima belas menit, tetapi belum bicara sepatah kata pun." Yumna melipat kedua tangan di depan dada karena sudah lelah menunggu.Pasalnya banyak pekerjaan lain yang harus dia lakukan, sementara gadis di hadapannya belum membuka mulut sama sekali. Yumna pun menyerah setelah menunggu dua menit lagi. "Maaf, Mbak, ini bukan piala dunia yang ada extra time kalau skornya seri. Jadi silakan keluar kalau tidak ada kebutuhan soalnya aku mau masak, nyapu, ngepel, nyuci.""Aku butuh, Mbak." Akhirnya gadis itu membuka suara."Butuh apa?""Suamimu." Dia pun tersenyum tanpa rasa bersalah.Yumna yang semula santai langsung tegang. Gadis di hadapannya tidak dia kenali sama sekali, kemudian datang mengaku membutuhkan Gus Hanan? Selain penampilannya yang terbilang seksi karena memakai rok mini dan baju lengan pendek, dia juga memiliki rambut dua warna yakni kuning dan ungu.Kalau penampilan seperti ini, seharusnya mencintai lelaki yang entah hobi basket atau balapan
EXTRA PART!!!____Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.Air berkata kepada yang kotor, "Kemarilah." Maka yang kotor akan berkata, "Aku sungguh malu." Air berkata, "Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?Singa terlihat paling tampan ketika sedang mencari mangsa. Jualah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu. Jika Anda jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin Anda akan dipoles.Anda dilahirkan memiliki sayap, mengapa lebih memilih hidup merangkak. Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang. Kau harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melak
Bu Wenda terus berjoget ria sambil berteriak kalau dia adalah fans Yumna. Tidak ada yang mau menghentikan Bu Wenda yang semakin kehilangan kendali itu bahkan anaknya saja sudah menjauh ketika Nurul memberi isyarat."Kalian tahu? Aku sudah memfitnah Yumna mengatakan dia hamil, makanya Ilham memutus lamaran itu. Aku bilang dia mandul sampai stres dan keguguran. Kira-kira Yumna mau maafin aku nggak, ya? Ada yang tahu jawabannya?"Lagi, dia tertawa keras."Di sini ada yang bernama Yumna? Ah, aku rindu setengah mati kepada Yumna. Sebenarnya aku mengakui semua kesalahan itu dan mau meminta maaf, tetapi sudah keburu gengsi duluan. Andai tidak ada yang berdiri di sisi Yumna, aku pasti bisa meminta maaf sama dia. Aku malu karena ada Nurul, Amel dan suaminya.Kalian tahu kalau suami Yumna itu putra Kyai Sholeh? Makanya aku tidak suka kalau Yumna bahagia. Sekarang saja aku mau mencekik lehernya biar dia mati atau kita bawa bermain-main di taman. Aduh, Syahdu kasihan sekali karena dia harus menin
Hari selasa yang cerah ketika Gus Hanan baru pulang mengajar di masjid, Yumna langsung menariknya masuk kamar dengan wajah berseri-seri."Mas, hari ini ingat hari apa?""Hari selasa?"Yumna menggeleng. Gus Hanan mencoba menebak bahkan hampir sepuluh kali tebakan, tetapi belum juga berhasil. Dengan sedikit kesal, Yumna memberi tahu kalau hari ini Gus Hanan genap berusia 27 tahun."Ah iya, mas udah 27 tahun hari ini. Aduh, kok sampai lupa ya?""Daaaan ... aku punya hadiah ulang tahun buat Mas Hanan.""Hadiah? Qur'an? Kitab? Atau kecupan lagi kayak tahun kemarin?"Sekali lagi Yumna menggeleng. Gus Hanan menyerah tidak mampu menebak. Dia akhirnya memeluk sang istri, berusaha membujuk untuk langsung menunjukkan hadiah itu saja.Yumna mengurai pelukan suaminya, dia merogoh saku gamis dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih dan biru. "Aku hamil, Mas. Selamat, kamu akan menjadi ayah!""Alhamdulillah, kamu serius, Dek?"Yumna mengangguk, sesuatu yang sejuk mengalir membasahi pipinya. "Dan
Mereka sudah tiba, tetapi Amel tidak bisa singgah karena Ozil sudah mencarinya sejak tadi. Begitu mobil hitam itu sudah melaju pergi, seseorang kemudian menghampiri mereka berempat."Aku turut bahagia karena melihat Nurul kembali. Ternyata dia yang menyebar berita itu, tetapi aku yang harus diusir." Bu Wenda datang bersama anak gadisnya.Nurul melihat ponsel gadis itu menyalah, dia pun tersenyum tipis dan memberitahu Yumna lewat isyarat sementara Mas Dika dan Gus Hanan diminta masuk saja karena bisa menangani mereka berdua.Begitu tinggal mereka berempat saja di pinggir jalan, Nurul langsung mendekat ke gadis itu agar suaranya lebih jelas dalam rekaman. "Ya, aku yang menyebarkan berita itu. Gimana rasanya harus disalahkan padahal bukan kita yang melakukannya?""Kurang ajar!""Tidak, aku tidak kurang ajar Bu Wenda. Semua orang sudah tahu kalau dalang di balik semua masalah yang ada adalah Bu Wenda sendiri karena sangat iri pada Yumna. Kesalahan Bu Wenda kan bukan hanya gosip, tetapi su
Pada hari pernikahan Mas Ilham tepat hari sabtu, mereka semua berkumpul di rumah Yumna dengan baju seragam meskipun Amel dan Kevin beda motif asalkan warnanya sama. Mereka telat pesan atau mungkin sebut saja Nurul terlalu cepat memesan karena tidak mau ayahnya ingkar janji.Untuk ketiga perempuan itu semuanya membawa kado, sementara laki-laki mengantongi amplop saja. Mereka semua memakai baju yang hampir sama. Hari ini Nurul terlihat sangat cantik.Sebelum berangkat, dia meminum segelas air dulu untuk menenangkan diri. Luka dalam hatinya dibalut sedemikian rupa. Mereka berpasang-pasangan kecuali Mas Dika yang harus kembali memerankan perannya.Jika dulu dia pura-pura berpasangan dengan Yumna, sekarang bersama Nurul. Mas Dika tersenyum pada adiknya yang selama ini dia benci, tetapi kini mulai membuka hati untuk menerimanya."Nanti sama Mas Dika aja biar mereka mengira kamu juga punya pasangan. Pokoknya nanti jangan pernah masang muka sedih, harus mengalihkan pikiranmu dari Mas Ilham. J
Sesampainya di rumah, mereka berdua terkejut oleh kedatangan Amel. Sepertinya hari akan semakin panjang karena kedatangan Amel yang membawa banyak makanan. Sekalipun mereka sudah dewasa, tetapi yang namanya perempuan kadang bertingkah seperti anak-anak."Ozil mana, Mel?""Sama neneknya, dia gak mau ikut tadi karena keasyikan main sama sepupunya."Yumna mengangguk, dia senang sekali melihat banyak gorengan termasuk ayam geprek di depannya. Mereka kumpul di ruang tengah karena tidak mau diganggu oleh tamu. Hari yang menyenangkan setelah bertemu Mas Ilham.Masalah itu Yumna ceritakan pada Amel bukan untuk memancing amarahnya, tetapi seorang perempuan sangat sulit untuk menyimpan masalahnya sendiri apalagi jika sudah lama dan terbiasa saling berbagi cerita dengan sahabat."Mas Ilham kok bego banget, ya? Masa dia mau jatuh ke jurang yang sama?""Gak tahu tuh. Udah aku bilangin juga karena aku sebagai orang ketiga di masa lalu itu serius, nyeselnya sampe sekarang, nyeseknya sampe ke hati. A
"Ide apa, Mas?""Nah, sebagian perempuan kan kalau mendapat darah keluar lebih lima belas hari itu langsung menentukan bahwa 15 hari haid dan selebihnya istihadhoh, ya kan?"Yumna mengangguk."Nah, kamu adakan hari khusus untuk membahas masalah darah itu biar mereka yang tadinya bingung dan ragu, menjadi yakin dan tahu darah apa yang keluar itu. Mas tidak bisa ngejelasinnya karena nanti ada pertanyaan pasti malu untuk dipertanyakan. Nah kalau sesama perempuan kan enak. Gimana?""Ya boleh, Mas, tapi aku mau pahami ulang dulu dan latihan menjelaskan di depan kamu. Kalau ada salah-salah kan aku yang kena dosanya juga, Mas.""Woke siap, kalau gitu mas mau menyiapkan materi khutbah dulu buat hari jumat nanti. Kamu ngelakuin apa aja deh bebas."Yumna mengangguk cepat, dia lalu menemui Nurul di rumah ibunya karena merasa bosan dan jenuh sendirian. Makanya dia memiliki ide untuk menjual makanan saja daripada tidak ada kegiatan seperti sekarang toh lokasi di depan rumah lumayan luas apalagi ka
Di malam hari, Gus Hanan duduk dengan istrinya di meja makan padahal makanan sudah tidak terhidang lagi di sana. Lelaki itu menopang wajah dengan kedua tangannya karena merasa kurang komunikasi dengan para murid yang keluar begitu saja.Padahal seharusnya seorang guru harus menanyakan keadaan muridnya juga yang apabila tidak hadir atau malah memilih mengundurkan diri. Saat itu memang Gus Hanan bertanya, tetapi mereka hanya diam, lalu besoknya tidak ada kabar lagi."Mungkin bagusnya kala ngajar di rumah aja biar gak ada cerita miring lagi?""Jangan dulu, Mas. Kamu harus bicara sama panitia masjid dulu. Bisa jadi bukan mereka pelakunya, tetapi jamaah atau orang lain yang mau nama kamu buruk di mata semua orang, Mas. Baru satu orang, kan, yang ngomong kayak gitu?""Entah sejak kapan iuran pengajian itu diadakan. Mas jadi semaki kepikiran padahal selama ini ikhlas dan tidak pernah berpikir untuk memintai mereka bayaran walau sekali dalam setahun."Yumna juga bingung sendiri, ingin mencari
Pernyataan Cinta—Jalaluddin Rumi—Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-MuApakah maksud-Mu? Mana kutahu?Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selaluKukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-MuBagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusaMeskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat kasih aku jelas nyataAku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semiHingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi***Nurul tersadar dari kesedihannya setelah Yumna mengingatkan kalau dia harus memperbaiki hubungan dengan Allah agar rasa kecewa dari berharap lebih itu beringsut hilang.Dia menyeka air matanya, menelan kesedihan itu dan mengganti dengan senyuman. Nurul kembali merasakan bagaimana menjadi Yumna ketika harus ditinggalkan oleh orang yang sudah lama ditunggu untuk bersatu.Karma itu tidak ada, tetapi balasan atas perbuatan selalu ada. Nurul menyesal dan sekali lagi merintih memohon ma