Siang hari, Yumna tidak bisa tidur siang karena banyak pikiran padahal badannya terasa lelah. Gus Hanan juga masih di masjid dan sore nanti diundang di sebuah acara syukuran untuk membaca doa sekaligus sedikit nasihat untuk pemilik rumah.Mengingat tentang keberhasilannya membuat Yumna ingin mengabari Amel. Dia tidak peduli kalau misalkan nanti dia diomeli lagi yang penting Amel harus tahu tentang kabar gembira itu.Dengan cekatan, dia mencari nomor ponsel Amel dan langsung meneleponnya. Panggilan terhubung dalam hitungan detik. "Halo, ada apa, Beb?""Mau nyampein sesuatu, Mel. Yah meskipun nanti kamu bakal ngomel lagi, intinya aku senang.""Tentang Syahdu lagi?"Ada bicara sahabatnya sudah tidak bersahabat, tetapi niat Yumna untuk menyampaikan kabar itu tidak urung. Dia sudah terlanjut membahasnya ke Amel, jadi harus dia ketahui sampai selesai.Yumna tahu kalau sahabatnya tidak pernah setega itu. Dia menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. "Syahdu hamil dan itu hasil dari r
Hati Yumna memang berhasil ditenangkan oleh Gus Hanan sore itu, tetapi ketika mereka hendak tidur, pintu kamar malah terketuk beruntun.Gus Hanan berdiri menyusul istrinya karena penasaran. Ternyata itu memang ketukan da0ri Syahdu, dia menangis sampai wajahnya merah dan mata sedikit bengkak padahal satu jam yang lalu masih ceria."Kenapa, Syahdu? Kenapa kamu menangis?""Aku ... maaf, Mbak, rasanya aku pengen banget tidur sama Gus Hanan." Syahdu menunduk."Nggak." Gus Hanan langsung menolak. "Maksud aku, malam ini aku mau sama Yumna. Tolong mengerti!"Syahdu langsung menangis seperti anak kecil yang kehilangan permennya. Dia duduk di lantai membuat Yumna peka bahwa itu adalah pengaruh ngidamnya. Hormon ibu hamil memang seperti itu, mudah menangis, lalu kembali tertawa jika sudah mendapatkan apa yang dia mau.Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menolak tidur dengan suaminya atau doyan makan jengkol atau petai meskipun sebelum hamil sangat tidak suka makanan itu.Gus Hanan menoleh pada
"Mbak Yum!" panggil Syahdu ketika Yumna sedang memasak di dapur untuk sarapan pagi. Hari ini menunya adalah nasi goreng ditambah irisan sosis dan omelette di atasnya."Ada apa, Syahdu?""Kita ke klinik hari ini, Mbak?""Iya, insya Allah. Aku masak sama mencuci dulu, nanti jam sembilan kita berangkat. Biasanya kalau pagi tidak serame sore."Syahdu melipat bibirnya sekilas, entah kenapa dia tidak mau ke luar rumah hari ini karena merindukan aroma Gus Hanan. Ingin menyampaikan hal itu ke kakak madunya juga terkesan memalukan bagi Syahdu sendiri.Dia mengetuk meja dengan empat jarinya karena terlalu pusing dengan keinginan itu. Yumna yang sedang menata sarapan terusik untuk bertanya, "kenapa?""Besok aja ya ke kliniknya, Mbak, aku mau ... di rumah sama Gus Hanan."Sedetik Yumna terpaku. "Oh, oke."Tidak lama setelah itu, Gus Hanan datang dan Syahdu langsung merebut piring itu dari tangan Yumna. Dia menunggu lelaki kesayangnnya duduk, setelah itu dia memilih kursi di samping Gus Hanan."Gu
Di sepanjang jalan, Syahdu memeluk erat Gus Hanan sehingga banyak pasang mata mengarah padanya. Untung saja gadis itu mau memakai masker dan kacamata agar tidak ketahuan kalau dirinya bukan Yumna.Mereka membelah jalan tanpa tujuan hingga sampai di sebuah taman kecil dan Syahdu mendesak untuk singgah. Dia mengeluarkan ponsel dan menyalakan kamera, lalu mengajak Gus Hanan foto bersama setelah melepas maskernya.Syahdu langsung menyetelnya sebagai wallpaper layar kunci. Foto mereka sangat dekat karena Syahdu yang menempel pada suaminya. Seorang istri yang bahkan tidak bertukar nomor telepon dengan suaminya apalagi saling menyatukan hati."Foto lagi, yuk, tapi kamu yang megang ponsel."Gus Hanan menurut saja karena suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Jika biasanya dia akan menghabiskan waktu bersama Yumna dengan perasaan bahagia, kini harus menemani Syahdu.Dua gadis yang memiliki kecantikan berbeda, tetapi hanya Yumna yang berhasil merebut hatinya. Dia memaksa senyum karena Sya
Gus Hanan memarkir motor di depan rumah dengan sedikit kesal. Demi memenuhi keinginan Syahdu, dia sampai harus meliburkan agenda mengajar baca kitabnya.Sementara Syahdu, dia berlari kecil masuk rumah dan menemukan Yumna sedang menonton televisi. Sebuah film kartun yang bisa membuat pikirannya teralihkan."Mbak, kita ke klinik aja yuk sekarang soalnya aku khawatir sama pesan mbak Yumna yang bahas tentang kondisi janinku."Yumna menoleh masih dengan tawanya. "Kita ke klinik sekarang? Duh, kenapa bukan besok?""Aku khawatir, Mbak. Entah kenapa rasanya pengen banget ke klinik. Ini jujur, Mbak." Mata Syahdu berair berharap Yumna iba kepadanya.Sebenarnya Yumna merasa berat untuk pergi, bukan karena dia cemburu, tetapi dia sendiri bingung sebabnya apa. Jika sebelumnya Yumna begitu semangat, dia berpikir kalau hari ini dan seterusnya akan merasakan kesedihan yang entah datang dari mana.Sejak tadi dia berzikir agar hatinya lapang, tetapi rasa haru itu tidak kunjung hilang. Yumna bahkan haru
Satu jam berlalu ketika Yumna duduk melipat lutut di depan kamar operasi. Meskipun Syahdu adalah orang ketiga dalam rumah tangganya, tetapi Yumna masih terlalu takut untuk ditinggal.Rasa trauma sebab kehilangan ayah membuat gadis itu sedikit sulit untuk ikhlas. Tidak berapa lama kemudian, Gus Hanan datang bersama ibunya Yumna disusul Bu Wenda di belakang bersama Amel."Gimana keadaan Syahdu?"Yumna menggeleng. "Belum ada kabar, Mas.""Kenapa? Maksudku kenapa tiba-tiba begini? Bukannya kalian mau ke klinik?"Gadis itu terisak, dia menceritakan semua kejadian dengan sangat detail. "Syahdu minta singgah ke alfamart lebih dulu. Aku kan mau masukin cemilan ke bagasi karena dia yang minta, tiba-tiba dia teriak nyuruh aku minggir. Jujur saat itu aku cuma mematung dan kaget, pas menoleh, Syahdu sudah bersimbah darah.""Kamu gak liat siapa yang mau celakain kamu?" tanya Amel juga."Nggak, Mel. Aku gak liat karena kan posisinya membelakang, mungkin Syahdu yang liat. Kalau gak percaya, cek CCTV
Selesai proses pemakaman tepat pukul lima sore, Bu Arin menghampiri Yumna yang terduduk lesu di depan rumah. Dia tidak peduli apa yang dirasakan Yumna saat itu yang penting dia harus mencemoohnya.Dia mendekat, Amel berusaha melarang, tetapi Bu Arin seperti orang kesetanan. Dia terus maju bahkan hampir saja Amel tersungkur ke belakang. Dia menarik jilbab Yumna yang sedang tidak berdaya.Gadis itu berteriak karena lehernya sakit. Akan tetapi, hal itu tidak membuat Bu Arin merasa luluh apalagi Bu Wenda, dia malah mengambil kesempatan untuk merekam kejadian itu."Gara-gara kamu Syahdu meninggal. Mentang dia dulu makanya kamu injak seenak hati? Harusnya yang mati itu kamu! Dasar, Pembunuh!""Maksud Bu Arin apa?" Amel langsung menepis kasar tangan Bu Arin, dia tidak peduli apakah orang tua itu tersinggung atau tidak. Amel hanya memikirkan mental sahabatnya yang sedang down.Gadis itu sangat tahu kalau Yumna tidak bersalah. Dia sudah menyuruh sepupunya untuk menyelidiki kasus itu diam-diam
Yumna berlari masuk kamar di mana Syahdu tinggal selama beberapa hari ini, dia mencari sesuatu yang bisa menjadi kenangan atau keluh kesah Syahdu. Dia tidak ingin menyesal jika tahu di akhir cerita.Apalagi situasi saat ini begitu tidak mendukung. Yumna mendapat hujatan karena dituduh sengaja ingin membunuh adik madunya. Padahal dia sama sekali tidak berniat demikian dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu."Kamu cari apa, Yum?" tanya Amel yang menyusulnya."Cari sesuatu yang bisa ditemukan, entah diary atau apa gitu yang berkaitan sama diri Syahdu. Aku butuh itu untuk tahu siapa dia sebenarnya."Amel mengerti, dia menggulung kasur dan menemukan buku harian warna hijau muda. Tebakannya tepat sekali karena dia juga menyimpan diary di tempat yang sama.Buku itu diraih dan disodorkan pada Yumna. Gadis itu menerimanya dan membaca lembar demi lembar yang ada. Banyak rahasia yang terkuak dalam buku itu.Syahdu adalah gadis yatim piatu yang diadopsi, tetapi kemudian kembali dibuang kar
EXTRA PART!!!____Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.Air berkata kepada yang kotor, "Kemarilah." Maka yang kotor akan berkata, "Aku sungguh malu." Air berkata, "Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?Singa terlihat paling tampan ketika sedang mencari mangsa. Jualah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu. Jika Anda jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin Anda akan dipoles.Anda dilahirkan memiliki sayap, mengapa lebih memilih hidup merangkak. Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang. Kau harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melak
Bu Wenda terus berjoget ria sambil berteriak kalau dia adalah fans Yumna. Tidak ada yang mau menghentikan Bu Wenda yang semakin kehilangan kendali itu bahkan anaknya saja sudah menjauh ketika Nurul memberi isyarat."Kalian tahu? Aku sudah memfitnah Yumna mengatakan dia hamil, makanya Ilham memutus lamaran itu. Aku bilang dia mandul sampai stres dan keguguran. Kira-kira Yumna mau maafin aku nggak, ya? Ada yang tahu jawabannya?"Lagi, dia tertawa keras."Di sini ada yang bernama Yumna? Ah, aku rindu setengah mati kepada Yumna. Sebenarnya aku mengakui semua kesalahan itu dan mau meminta maaf, tetapi sudah keburu gengsi duluan. Andai tidak ada yang berdiri di sisi Yumna, aku pasti bisa meminta maaf sama dia. Aku malu karena ada Nurul, Amel dan suaminya.Kalian tahu kalau suami Yumna itu putra Kyai Sholeh? Makanya aku tidak suka kalau Yumna bahagia. Sekarang saja aku mau mencekik lehernya biar dia mati atau kita bawa bermain-main di taman. Aduh, Syahdu kasihan sekali karena dia harus menin
Hari selasa yang cerah ketika Gus Hanan baru pulang mengajar di masjid, Yumna langsung menariknya masuk kamar dengan wajah berseri-seri."Mas, hari ini ingat hari apa?""Hari selasa?"Yumna menggeleng. Gus Hanan mencoba menebak bahkan hampir sepuluh kali tebakan, tetapi belum juga berhasil. Dengan sedikit kesal, Yumna memberi tahu kalau hari ini Gus Hanan genap berusia 27 tahun."Ah iya, mas udah 27 tahun hari ini. Aduh, kok sampai lupa ya?""Daaaan ... aku punya hadiah ulang tahun buat Mas Hanan.""Hadiah? Qur'an? Kitab? Atau kecupan lagi kayak tahun kemarin?"Sekali lagi Yumna menggeleng. Gus Hanan menyerah tidak mampu menebak. Dia akhirnya memeluk sang istri, berusaha membujuk untuk langsung menunjukkan hadiah itu saja.Yumna mengurai pelukan suaminya, dia merogoh saku gamis dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih dan biru. "Aku hamil, Mas. Selamat, kamu akan menjadi ayah!""Alhamdulillah, kamu serius, Dek?"Yumna mengangguk, sesuatu yang sejuk mengalir membasahi pipinya. "Dan
Mereka sudah tiba, tetapi Amel tidak bisa singgah karena Ozil sudah mencarinya sejak tadi. Begitu mobil hitam itu sudah melaju pergi, seseorang kemudian menghampiri mereka berempat."Aku turut bahagia karena melihat Nurul kembali. Ternyata dia yang menyebar berita itu, tetapi aku yang harus diusir." Bu Wenda datang bersama anak gadisnya.Nurul melihat ponsel gadis itu menyalah, dia pun tersenyum tipis dan memberitahu Yumna lewat isyarat sementara Mas Dika dan Gus Hanan diminta masuk saja karena bisa menangani mereka berdua.Begitu tinggal mereka berempat saja di pinggir jalan, Nurul langsung mendekat ke gadis itu agar suaranya lebih jelas dalam rekaman. "Ya, aku yang menyebarkan berita itu. Gimana rasanya harus disalahkan padahal bukan kita yang melakukannya?""Kurang ajar!""Tidak, aku tidak kurang ajar Bu Wenda. Semua orang sudah tahu kalau dalang di balik semua masalah yang ada adalah Bu Wenda sendiri karena sangat iri pada Yumna. Kesalahan Bu Wenda kan bukan hanya gosip, tetapi su
Pada hari pernikahan Mas Ilham tepat hari sabtu, mereka semua berkumpul di rumah Yumna dengan baju seragam meskipun Amel dan Kevin beda motif asalkan warnanya sama. Mereka telat pesan atau mungkin sebut saja Nurul terlalu cepat memesan karena tidak mau ayahnya ingkar janji.Untuk ketiga perempuan itu semuanya membawa kado, sementara laki-laki mengantongi amplop saja. Mereka semua memakai baju yang hampir sama. Hari ini Nurul terlihat sangat cantik.Sebelum berangkat, dia meminum segelas air dulu untuk menenangkan diri. Luka dalam hatinya dibalut sedemikian rupa. Mereka berpasang-pasangan kecuali Mas Dika yang harus kembali memerankan perannya.Jika dulu dia pura-pura berpasangan dengan Yumna, sekarang bersama Nurul. Mas Dika tersenyum pada adiknya yang selama ini dia benci, tetapi kini mulai membuka hati untuk menerimanya."Nanti sama Mas Dika aja biar mereka mengira kamu juga punya pasangan. Pokoknya nanti jangan pernah masang muka sedih, harus mengalihkan pikiranmu dari Mas Ilham. J
Sesampainya di rumah, mereka berdua terkejut oleh kedatangan Amel. Sepertinya hari akan semakin panjang karena kedatangan Amel yang membawa banyak makanan. Sekalipun mereka sudah dewasa, tetapi yang namanya perempuan kadang bertingkah seperti anak-anak."Ozil mana, Mel?""Sama neneknya, dia gak mau ikut tadi karena keasyikan main sama sepupunya."Yumna mengangguk, dia senang sekali melihat banyak gorengan termasuk ayam geprek di depannya. Mereka kumpul di ruang tengah karena tidak mau diganggu oleh tamu. Hari yang menyenangkan setelah bertemu Mas Ilham.Masalah itu Yumna ceritakan pada Amel bukan untuk memancing amarahnya, tetapi seorang perempuan sangat sulit untuk menyimpan masalahnya sendiri apalagi jika sudah lama dan terbiasa saling berbagi cerita dengan sahabat."Mas Ilham kok bego banget, ya? Masa dia mau jatuh ke jurang yang sama?""Gak tahu tuh. Udah aku bilangin juga karena aku sebagai orang ketiga di masa lalu itu serius, nyeselnya sampe sekarang, nyeseknya sampe ke hati. A
"Ide apa, Mas?""Nah, sebagian perempuan kan kalau mendapat darah keluar lebih lima belas hari itu langsung menentukan bahwa 15 hari haid dan selebihnya istihadhoh, ya kan?"Yumna mengangguk."Nah, kamu adakan hari khusus untuk membahas masalah darah itu biar mereka yang tadinya bingung dan ragu, menjadi yakin dan tahu darah apa yang keluar itu. Mas tidak bisa ngejelasinnya karena nanti ada pertanyaan pasti malu untuk dipertanyakan. Nah kalau sesama perempuan kan enak. Gimana?""Ya boleh, Mas, tapi aku mau pahami ulang dulu dan latihan menjelaskan di depan kamu. Kalau ada salah-salah kan aku yang kena dosanya juga, Mas.""Woke siap, kalau gitu mas mau menyiapkan materi khutbah dulu buat hari jumat nanti. Kamu ngelakuin apa aja deh bebas."Yumna mengangguk cepat, dia lalu menemui Nurul di rumah ibunya karena merasa bosan dan jenuh sendirian. Makanya dia memiliki ide untuk menjual makanan saja daripada tidak ada kegiatan seperti sekarang toh lokasi di depan rumah lumayan luas apalagi ka
Di malam hari, Gus Hanan duduk dengan istrinya di meja makan padahal makanan sudah tidak terhidang lagi di sana. Lelaki itu menopang wajah dengan kedua tangannya karena merasa kurang komunikasi dengan para murid yang keluar begitu saja.Padahal seharusnya seorang guru harus menanyakan keadaan muridnya juga yang apabila tidak hadir atau malah memilih mengundurkan diri. Saat itu memang Gus Hanan bertanya, tetapi mereka hanya diam, lalu besoknya tidak ada kabar lagi."Mungkin bagusnya kala ngajar di rumah aja biar gak ada cerita miring lagi?""Jangan dulu, Mas. Kamu harus bicara sama panitia masjid dulu. Bisa jadi bukan mereka pelakunya, tetapi jamaah atau orang lain yang mau nama kamu buruk di mata semua orang, Mas. Baru satu orang, kan, yang ngomong kayak gitu?""Entah sejak kapan iuran pengajian itu diadakan. Mas jadi semaki kepikiran padahal selama ini ikhlas dan tidak pernah berpikir untuk memintai mereka bayaran walau sekali dalam setahun."Yumna juga bingung sendiri, ingin mencari
Pernyataan Cinta—Jalaluddin Rumi—Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-MuApakah maksud-Mu? Mana kutahu?Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selaluKukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-MuBagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusaMeskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat kasih aku jelas nyataAku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semiHingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi***Nurul tersadar dari kesedihannya setelah Yumna mengingatkan kalau dia harus memperbaiki hubungan dengan Allah agar rasa kecewa dari berharap lebih itu beringsut hilang.Dia menyeka air matanya, menelan kesedihan itu dan mengganti dengan senyuman. Nurul kembali merasakan bagaimana menjadi Yumna ketika harus ditinggalkan oleh orang yang sudah lama ditunggu untuk bersatu.Karma itu tidak ada, tetapi balasan atas perbuatan selalu ada. Nurul menyesal dan sekali lagi merintih memohon ma