Share

94. Rengga Ragu (Bagian A)

Penulis: Aksara Ocean
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU

94. Rengga Ragu (Bagian A)

Aku bingung, sama sekali nggak menyangka akan se-dahsyat ini postingan yang dibagikan oleh seseorang.

Aku sudah mengira, bahkan sudah memperhitungkan apa saja kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, andai video tadi tersebar. Tapi, sungguh aku tidak akan pernah mengerti, bahwa respon dari netizen bakal seantusias ini.

Tanpa sadar, aku berjalan melangkah perlahan menghampiri Ibu, lalu duduk di sampingnya. Mataku masih menatap layar ponsel dan membaca semua komentar yang bertubi-tubi membanjiri postingan tersebut.

Hampir sembilan puluh persen, mereka pro padaku, mendukung dan bahkan hingga mengumpat dan menandai akun Risa. Tapi, lima persen lagi seperti membela Risa, yang malah berujung diserang oleh netizen dan menuduh sebagai pendukung pelakor.

Dan yang lima persen sisanya lagi, tampak netral dan mendoakan agar semua terselesaikan dengan cara baik-baik.

Jujur, saat ini pun tanganku gemeteran. Aku juga tidak menyangka,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   95. Rengga Ragu (Bagian B)

    95. Rengga Ragu (Bagian B)Masalahnya, mereka mengundangku untuk datang bersama dengan Risa. Agensiku pun bilang, bahwa aku harus segera meluruskan masalah ini, satu-satunya ya, dengan datang dan muncul langsung bersama dengan Risa. Tak ada pilihan lain, itu pun jika aku masih menginginkan karirku di sosial media aman dan kembali tenang seperti semula. Jika tidak, atau menunggu berita meredup. Mungkin akan semakin banyak netizen yang bertanya-tanya dan merasa tidak puas. Lalu mereka mulai meninggalkan ku dan akhirnya akunku akan sepi dari tawaran atau job-job lainnya."Kenapa lagi? Memang susah jika harus berurusan dengan publik. Apalagi kamu seorang wanita penebar inovatif di kalangan perempuan lain. Mau atau tidak, cepat atau lambat, ya harus mau muncul. Atau kalau tidak, kamu bisa datang bersama dengan Rengga. Tapi, itu nanti. Setelah Rengga pulih, kasihan dia jika tertekan dan menjadi jatuh sakit. Sepertinya, Ibu rasa kalian memang harus segera bertemu bertiga. Untuk meluruskan

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   96. Rengga Ragu (Bagian C)

    96. Rengga Ragu (Bagian C)Aku tercekat, rupanya dada ini masih saja berdegup dengan cepat saat dia memperlakukan ku sehangat ini. Namun, dengan perlahan, aku mulai menarik tanganku kembali.Mas Rengga malah semakin mengeratkan genggaman tangannya."Di sini saja, Key. Jangan pergi!" ujar Mas Rengga dengan suara lirih.Aku kembali terdiam, dan akhirnya berujung pasrah merelakan tanganku dalam dekapannya.Menjelang Magrib, Mas Rengga terbangun. Sehingga mau tak mau membuatku terbangun pula. "Bisa jalan, Mas? Mau mandi?" tanyaku saat melihat dirinya mulai menurunkan kedua kaki dari tempat tidur. Gerakannya lemah sekali hingga membutuhkan waktu sedikit lama hanya untuk menapakkan kaki di atas lantai."Sudah, kamu istirahat saja. Kasihan kamu capek! Aku cuma mau buang air kecil," pamitnya dengan seulas senyum. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Biar aku bantu!" Aku langsung beranjak turun dan memapahnya secara perlahan. Tangan Mas Rengga cukup berat berada di leher ku, namun dengan

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   97. Obrolan (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU 97. Obrolan (Bagian A) "Bagaimana bisa kamu menyiram suamimu sendiri seperti tadi, Key? Apa yang sudah dilakukan Rengga padamu?" tanya Ibu yang kini melirik ke arahku dengan pandangan menyelidik. Lalu, beralih menatap Mas Rengga. Tangannya dengan gesit membantu mengusap dada dan sebagian tubuh Mas Rengga yang terkena siraman air, Ibu juga yang sudah membantu suamiku melepaskan pakaiannya. Aku hanya mendengus kasar. Dadaku bergemuruh dan napasku mulai naik turun tidak stabil. Aku tahu, Ibu pasti tidak terima melihat aku bersikap seperti itu, dia akan mengira aku sudah berani kurang ajar kepada suami sendiri. Apalagi, Ibu tidak tahu, apa penyebabnya sehingga aku bertindak senekat itu. "Lebih baik Ibu tanyakan sendiri pada anak semata wayang Ibu! Maaf ya, Bu, Keysa sama sekali nggak bermaksud untuk kurang ajar pada Ibu, apalagi suami sendiri. Tapi, perkataan dan sikap Mas Rengga sudah berlebihan, dia keterlaluan!" ujarku dengan mata menatap tajam k

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   98. Obrolan (Bagian B)

    98. Obrolan (Bagian B)Aku membiarkannya, memberinya waktu untuk berbicara. Sudah lelah aku, dari tadi menanggapinya, memberikan ruang dan jeda waktu untuk mengobrol dengan jelas. Tapi, dia malah berbelit tak karuan. Jadi, ku biarkan saja dia semaunya."Soal Risa, aku mohon jangan pernah berniat untuk melukainya sedikit pun, apalagi menyakitinya, Key! Aku mohon dengan sangat padamu," ujar Mas Rengga dengan suara lirih sekali.Ponsel dalam genggaman tanganku, langsung terjatuh begitu saja di atas kasur. Aku menoleh padanya, hati ini sudah tak tahu lagi, bagaimana rasa dan bentuknya. Mungkin, sudah hancur berkeping atau terbelah-belah.Mataku memanas, seakan cairan bening dari dalam sana berdesak-desakan dan siap untuk turun. Namun, dengan sekuat tenaga aku coba untuk tahan. Aku tidak ingin menangis dan dianggap lemah olehnya. Apalagi, jika dia sampai berhasil untuk meraih tubuhku, lalu membawanya dalam dekapan. Ah, tidak, membayangkannya saja rasanya aku tak mau."Apa kamu bisa mengul

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   99. Obrolan (Bagian C)

    99. Obrolan (Bagian C)"Oh, apa kemungkinan. Puluhan abdi negara yang berangkat saat itu hatinya tengah terisi penuh? Sehingga kamu saja yang mempunyai rasa kosong di sini?" tanyaku dengan mata nyalang. Aku menunjuk dadanya dengan senyum menyeringai."Bukan begitu, sebenarnya banyak juga bagian dari mereka yang menjalani hubungan begini di luar sana. Bahkan, yang lebih parah dari aku pun banyak, Key! Tapi kamu tenang saja, aku nggak pernah macam-macam ataupun bertingkah kurang ajar padanya. Aku bisa jamin itu! Hanya saja, ada satu hal yang membuatku tak bisa lepas darinya, Key, setidaknya dalam waktu dekat. Aku butuh waktu, untuk memperbaiki dan meluruskan semuanya, hingga tuntas! Aku harap kamu bisa sabar untuk menunggu!" ujar Mas Rengga dengan wajah tanpa dosa."Hahaha hahahahaha!""Key, kenapa?" tanya Mas Rengga tiba-tiba merasa bingung."Hahaha hahahahaha hahaha!" Aku kembali tertawa."Key!" ujar Mas Rengga dengan wajah panik."Hahahahaha hahahahaha!" Kali ini, aku semakin terbaha

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   100. Persyaratan keysa (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU100. Persyaratan keysa (Bagian A)"Maksud kamu bagaimana, Keysa?" tanya Mas Rengga yang kini menatapku dengan pandangan nanar. Aku pun tak tahu, apa bibir ini masih sanggup mengucap sepatah dua patah kata lagi, sedangkan hatiku sudah remuk sekali di dalam sini."Aku rasa kamu sudah tahu, Mas, apa maksudnya. Sekalipun kita harus bercerai pun kamu rela? Demi mempertahankan dia?" ulang ku dengan tegas. Aku menghapus air mata yang jatuh perlahan membasahi pipi."Di awal aku menjalani hubungan dengan dia, aku sudah memikirkan untuk segala jenis kemungkinan yang akan terjadi. Aku nggak mau kamu pergi, Keysa. Aku juga nggak siap hidup tanpa kamu, sungguh. Bukannya aku nggak berniat untuk memilih salah satu di antara kalian. Semuanya terlalu berat buat aku, Key. Itu pun bukan sesuatu yang mudah untuk diakhiri, Key, apalagi kamu yang memintanya. Sama dengan sebaliknya, aku pun juga tidak akan pernah mengakhirinya denganmu, sekalipun dia yang meminta dan memaks

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   101. Persyaratan keysa (Bagian B)

    101. Persyaratan keysa (Bagian B)Jika kalian bertanya, apa yang membuat ku yakin dan menerima lamaran darinya beberapa tahun yang lalu?Maka, aku akan menjawabnya dengan hati berbunga-bunga dan mata berbinar.Romo dan Kanjeng Nyai, alias Ayah dan Ibu mertuaku, merupakan pasangan yang paling ideal dan cocok dijadikan panutan. Dengan gelar kesultanan yang mereka miliki, Romo sekali bersih dari urusan selir dan wanita manapun. Dia begitu romantis, hangat dan setia terhadap Ibu mertua. Walaupun pembawaannya sebagai pemimpin terlihat tegas, penuh wibawa dan bijak. Namun, sekalipun aku tidak pernah melihat Romo berkata kasar pada Ibu mertua.Dari situlah aku mulai berpikir, bahwa ayah dan ibu mertua saling menyayangi, potret keluarga cemara yang harmonis, sama dengan kehidupan ku. Dan aku mulai yakin, aku berpikir bahwa anak yang tumbuh besar di keluarga yang harmonis, akan bisa menjadi suami dan ayah yang baik kelak. Karena aku mengira begitu, Mas Rengga akan mencontoh sikap dan sifat ya

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   102. Rahasia Rengga (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU102. Rahasia Rengga (Bagian A)"Tapi, sebelum syarat itu berlaku. Ada satu hal lagi yang harus kamu jelaskan! Aku ingin tahu, apa alasan terbesarmu memilih untuk mempertahankan Risa? Walaupun hanya dengan alasan, hanya untuk sementara waktu? Apa yang membuat kalian dekat hingga akhirnya menjalin sebuah hubungan? Bukankah tadi kamu bilang, ada satu hal penting yang kamu lakukan untuk menyelamatkan rumah tangga kita, sekaligus keluarga? Jelaskan sekarang, karena aku sebagai istrimu berhak untuk tahu, Mas! Tapi, itupun jika kamu masih menganggap bahwa aku benar-benar istrimu!" ujarku sembari mengedikkan bahu.Mas Rengga terlihat menatapku ragu, dia bingung dan langsung saja mengalihkan wajahnya dariku. Aku masih mencercanya tak ingin kalah. Sampai mana matanya itu sanggup untuk berpaling dariku?"Mas, jawab! Sebelum aku memutuskan untuk berubah pikiran dan tak sudi untuk memberimu satu kali kesempatan lagi! Bagaimana?" Aku mengajukan pertanyaan lagi. Ma

Bab terbaru

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   124. ENDING B

    "Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   123. ENDING A

    Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   122. Rencana Keysa (Bagian C)

    122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   121. Rencana Keysa (Bagian B)

    121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   122. Rencana Keysa (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU122. Rencana Keysa (Bagian A)"Ini maksudnya apa, sih, Mas? Kan hanya sebuah id card, terus ini apa? Plakat? Maksudnya apa, sih? Aku bingung deh," tanyaku seraya mengerutkan kening. Mas Rengga hanya menggertakkan giginya, hingga bunyi gemeretak terdengar jelas di telinga."Ini id card, hanya 'pemain' ulung yang bisa mendapatkannya. Untuk mendapatkan id card ini, tidak semua orang bisa mencapainya, Key. Apa, ya, aku susah sekali mau jelasin sama kamu. Intinya, ini bisa disebut sebagai penghargaan, Key. Dalam permainan slot judi online, akan ada plakat dan id card yang dikirim, biasanya ditujukan untuk 'pemain' setia yang sudah mencapai level, serta syarat dan ketentuan dari mereka. Ini yang paling tertinggi, ini juga seharusnya rahasia. Jangan sampai ada orang yang tahu, aku punya ini, Key! Ini bisa dijadikan bukti kuat bahwa aku terjebak dalam permainan judi online secara sadar! Kenapa bisa Risa yang memperolehnya? Apa dia yang sudah mengirimkan plaka

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   121. Paket Misterius (Bagian C)

    121. Paket Misterius (Bagian C)Rupanya, wanita yang berusaha untuk menggeser posisiku adalah lawan yang cukup tangguh dan juga kuat."Iya, aku tidak sedetail itu, Key. Waktu Yono dan rekan lain memperkenalkan kami, aku juga tidak paham dia siapa. Apa pekerjaannya dan juga statusnya. Aku baru tahu setelah lumayan dekat. Barulah aku mengerti bahwa dia seorang selebgram yang sering diundang sebagai inspirator wanita muda. Cukup menarik!" ujar Mas Rengga."Apanya yang menarik?" tanyaku dengan mata membulat."Eh, nggak! Profilnya, menarik! Iya, hanya itu. Karena wanita bisa mendapatkan kekayaan seperti pengusaha yang sudah bergelut menjalankan bisnis selama puluhan tahun. Tapi, Risa? Hanya dalam hitungan jari saja tahunnya, sudah bisa mendapatkan banyak properti. Banyak investor berlomba-lomba ingin bekerja sama dengannya. Mungkin saja dia pintar berbisnis. Sehingga membuahkan hasil besar!" kata Mas Rengga. Dia menopang dagu nya kembali.Kali ini pandangannya lurus ke arah depan."Halah,

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   120. Paket Misterius (Bagian B)

    120. Paket Misterius (Bagian B)Pantas sedari tadi dia hanya menunduk, tidak berani menatap kedua bola mataku. Rupanya, Mas Rengga sedang menangis. Bahkan, air matanya ada yang menetes mengenai tanganku."Mas, kamu menangis?" tanyaku seraya mencoba untuk mengangkat dagunya secara perlahan."Keysa, ih. Nggak, ini aku cuma kelilipan," jawabnya dengan nada tegas. Aku tertawa. Rupanya, hanya dengan melihat Mas Rengga seperti itu saja sudah sanggup membuatku tersenyum."Ngapain menangis? Sudah lah, Mas. Santai aja. Kita jalani saja dulu. Yang pasti tugas pertama kita sekarang, mencari tahu keinginan Risa dan apa tujuannya melakukan ini semua. Lalu, kita tinggal mencari tahu siapa dalang di balik surat kaleng yang ditujukan untuk Romo." Aku hanya menenangkan dia apa adanya. Bukannya aku tidak luluh, hanya saja aku malas jika harus berdrama tangis menangis di tempat umum seperti ini. Bisa jadi jika ada yang mem videonya, kami pasti bakal viral lagi. Dan aku nggak mau menambah masalah lagi!

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   119. Paket Misterius (Bagian A)

    KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU119. Paket Misterius (Bagian A)"Ini, Mas!" Mataku masih menatap layar ponsel milik Mas Rengga. Namun sayang, panggilan yang terdengar dari speaker mau tak mau harus merubah kedua ponsel ini menjadi mode pesawat. Namun, Mas Rengga selalu saja menyarankan untuk menonaktifkan nya saja. Entahlah, apa alasannya. "Jangan lupa untuk mematikan ponselnya, Key!" ujar Mas Rengga. Sepertinya dia melihat saat aku hanya mengubah sinyal ponsel menjadi mode pesawat. "Ini udah sama aja kali, Mas!" sahutku seraya mengacungkan dua ponsel ke arahnya dalam posisi mode pesawat."Jangan, Key! Lebih baik nonaktifkan saja! Sini!" pinta Mas Rengga mengulurkan tangannya padaku. "Iya, iya! Biar aku saja yang menggantinya," balasku sembari menekan tombol power hingga kedua ponsel dalam tanganku menggelap, dan kemudian mati."Sudah!" Aku mengangguk lalu memasukkannya ke dalam tas pinggang yang dipakai oleh Mas Rengga."Apa Risa mengirimkan pesan lagi padamu?" tanya Mas Rengg

  • KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU   118. Mungkinkah? (Bagian D)

    118. Mungkinkah? (Bagian D)"Terserah. Kita pastikan saja nanti, Mas. Aku juga pusing. Masalah kita belum juga selesai, sekarang harus ditambah lagi masalah surat kaleng yang dikirim pada Romo. Setelah kamu bercerita padaku semuanya, setelah itu juga keluargamu akan tahu, Mas. Terutama Romo dan juga Ibu. Mari kita sebaiknya memikirkan bagaimana cara menyelamatkan nama baik keluarga terlebih dahulu!" ujarku penuh penekanan.Mas Rengga menatapku penasaran, dia seolah ingin tahu, apa maksud dari ucapanku."Maksud kamu bagaimana? Apa hubungannya surat kaleng Romo dengan masalah yang kita hadapi saat ini, Keysa? Kamu jangan membuatku semakin bingung dan merasa tak karuan seperti ini!" kata Mas Rengga dengan tegas. Dia berkali-kali terdengar menghembuskan napas kasar. Dadanya naik turun dengan cepat."Kamu belum tahu kan apa isi surat kaleng itu?" tanyaku padanya."Apa memangnya?" tanya Mas Rengga malah menatapku dengan intens."Di dalam surat kaleng itu mengatakan bahwa kamu terlibat besar

DMCA.com Protection Status