Share

5. Rahasia Besar

Author: Alea
last update Last Updated: 2022-09-20 00:18:35

Aku meringkuk sendirian di balik selimut, kelelahan. Ya, Marvin telah pergi setelah puas menggempurku tiga jam lamanya membuat tubuhku terasa remuk bagai tak bertulang, mendapatkan pelepasan berkali-kali namun Marvin hanya sekali mendapatkan pelepasannya dan langsung pergi. Entah sekarang pergi kemana, aku tak tahu dan tidak mau tahu. Selama menikah Marvin menyentuhku bisa dihitung jari, hanya saja baru semalam dengan durasi lama dan kasar sentuhannya.

Miris, Marvin menyentuhku dalam keadaan emosi, parahnya tubuhku dijadikan pelampiasannya. Dasar laki-laki brengsek, habis tidur sama kekasihnya masih berani menyentuhku!

Aku beranjak kesusahan dari atas ranjang empuk itu. Memilih pergi mengosongkan kamar yang menjadi saksi pergulatan tak dikehendaki itu.

Menyesal dan marah, itulah yang mewakili perasaanku saat ini.

“Eh.” Saat aku membungkuk memunguti pakaianku yang tergeletak mengenaskan di lantai tiba-tiba merasakan sesuatu mengalir di kedua pahaku.

Lantas kuulurkan tangan ini untuk mengecek dan betapa terkejutnya saat tahu ada sisa cairan di sana, mataku membola. “Dia tidak memakai pengaman?”

“Brengsek!”  umpatku kasar semakin menaruh kebencian pada Marvin.

Selama ini, Marvin selalu memakai pengaman bila berhubungan denganku, hanya sekali tidak pernah memakai ketika malam pertama. Dulu, Marvin pernah mengutarakan keinginannya bila belum ada keinginan memiliki anak dalam waktu dekat. Aku sadar sekarang, mungkin Marvin hanya ingin memiliki anak bersama kekasihnya, Stela.

Lantas sekarang, apakah laki-laki itu ingin memiliki anak denganku disaat keadaan sudah rumit akibat ulahnya sendiri.

Oh, tidak, aku jelas tidak bisa menerimanya, hubunganku dengan Marvin mendekati usai. Jadi tidak perlu kehadiran anak diantara kita. Bukannya aku tidak menginginkan anak, sungguh aku menginginkannya. Hanya saja keadaannya saat ini tidak mendukung hadirnya seorang anak melengkapi statusku sebagai istri, memiliki keturunan sama seperti istri-istri pada umumnya. Ya aku ingin dipanggil ‘ibu’.

Tanganku mengelus perut rataku berharap tidak ada benih Marvin tertinggal dan tumbuh di sana.”Jangan hadir di perut ini. Aku tidak siap kesengsaraan kau rasakan nanti.” Aku tidak bisa membayangkan harus hamil disaat pernikahan ini berada di ujung tanduk, kasihan anak ini dan juga aku sendiri. Mana mungkin Marvin berpikir sejauh itu?

Hari masih pagi, jam di ponselku menunjukkan pukul 10.00, tubuhku sudah berpeluh padahal tidak berolahraga. Setelah menempuh perjalanan lima belas menit menaiki ojek online dari rumah sakit, belum lagi dua puluh menit sebelumnya dari rumah menuju rumah sakit, akhirnya sampai di depan rumah mertuaku juga.

Sebelumnya aku telah tiba di rumah sakit untuk menjenguk ayah mertuaku namun tidak kesampaian karena telah pulang, itulah informasi yang ku dapatkan dari salah satu perawat yang merawat ayah mertuaku di rumah sakit. Jujur aku kaget, ayah pulang mendadak, terhitung hanya semalam dirawat di rumah sakit, apakah sudah sembuh sepenuhnya, pikirku penuh tanda tanya.

Sinar matahari sudah merangkak naik menyorotkan sinar panasnya menembus kulit putih mulusku. Terlihat gerbang kayu warna hitam terbuka sedikit, bisa dilihat dari luar terdapat dua mobil terparkir di depan garasi salah satunya warna hitam milik suamiku.

‘Habis menggempurku dia ke sini,’ batinku, geram. Menjadi kesempatan untuk membahas niatanku untuk berpisah dengan Marvin walau telah mendapatkan penolakan, toh mertuaku juga sudah tahu sendiri bagaimana kelakuan anaknya yang sudah selingkuh itu. Pasti mereka akan berpihak padaku, lihat saja.

Segera ku langkahkan kaki ini melewati pagar dan memasuki halaman luas dan bersih itu. Aneh, pagar terbuka sedikit namun pintu rumah tertutup.

“Aku tidak mencintainya!”

Deg

Alangkah terkejutnya aku yang tengah berjalan mengendap tiba-tiba mendengar suara teriakan dari dalam rumah. Aku tahu suara siapa itu. Lantas kupercepat kakiku mendekati sumber suara.

Ruang tamu dominan warna putih cukup luas itu terdapat tiga orang terikat hubungan darah duduk bersama terlibat pembicaraan serius terlihat dari raut wajah tegang di sana. Gunawan dan Novi duduk bersebelahan menatap sang anak, Marvin duduk berseberangan.

“Marvin, jaga bicaramu!” peringat Novi, tidak terima melihat sang anak mengeluarkan suara tinggi pada Gunawan. Biargimanapun anak harus hormat pada orangtua, tak baik meninggikan suara ketika berbicara.

Marvin menghela nafas panjang, sadar setelah di tegur. “Marvin harus sampai kapan mengalah? Apa belum cukup untuk menikahinya demi …”

“Marvin!” sela Gunawan cepat dan keras seolah mengerti apa yang akan di ucapkan Marvin.

“Duduk, Marvin. Jangan buat papahmu semakin emosi dan bisa membuat penyakitnya kambuh lagi.” Novi mengingatkan lagi dengan tatapan tajam, perintah mutlak yang harus dituruti.

Marvin meraup wajahnya kasar. Tak ada kata maaf keluar dari mulutnya namun memilih mengalah tidak ingin penyakit sang ayah kambuh. Meskipun emosinya sudah berada di ubun-ubun.

Gunawan meminta kejelasan setelah lama tidak mendengar kabar hubungan anaknya dengan Stela. “Kamu masih mencintai Stela?” Marvin diam namun semua mengerti akan diamnya itu.

Sebelum menikah dengan Sila, diketahui Marvin telah menjalin kasih dengan Stela sejak duduk di bangku sekolah yang sama berstatus sebagai adik kelas beda dua tahun, sayang setelah lulus Stela melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Keduanya menjalin hubungan jarak jauh hingga suatu ketika sebuah masalah datang mengharuskan Marvin menikahi Sila tanpa sepengetahuan Stela. 

“Sudah cukup aku menuruti permintaan ayah untuk menikahi wanita bisu itu. Cinta ku hanya untuk Stela bukan Sila.” Kedua bahu Marvin turun naik seiring wajahnya memerah menahan amarah, begini rasanya orang selalu mengalah demi orang tercinta. “Apa salah menikahi kekasihku, walau siri?” tanyanya dengan suara melemah sungguh itu membuat wajah kedua orangtuanya iba. 

Novi menatap Gunawan yang tengah memejamkan mata. Sulit menghadapi keputusan Marvin namun itulah kehendak sang anak yang tidak bisa dibantah.

Satu sudut bibirnya terangkat. “Aku mempertahankan pernikahan ini demi kasus papa, tapi jangan halangi untuk aku menikahi Stela. Aku sudah bicara dengan Sila, dan dia mau. Untuk urusan Stela, biar aku yang jelasin nantinya.” Pernyataan barusan membuat kedua orang tuanya kaget tapi tidak bisa berkutik selain membiarkan.

Kasus?  Tanpa sepengetahuan mereka, seseorang mencuri dengar pembicaraan mereka dari luar rumah. Tangannya reflek membuka ponsel dan menekan tombol rekam. Entah dapat bisikan darimana, seolah ia dituntun dan menurut saja.

“Papah minta maaf telah memaksamu untuk menikahinya. Tidak ada yang bisa menolong papah selain kamu saat itu, Marvin.” Gunawan menunduk.

Marvin menyunggingkan sudut bibirnya. “Dan Marvin sudah menurutinya,” ucapnya dengan bangga. “Jadi sekarang biarkan aku mencari kebahagiaan bersama orang yang paling aku cintai.”

Cess

Hatiku hancur mendengarnya. Tentunya bukan aku yang dia cintai.

“Papah berharap kamu bisa bertanggungjawab pada Sila. Dia wanita baik, tulus dan mencintaimu.  Bersikap adil lah nanti pada dia,” pintanya menatap Marvin tanpa emosi sedikitpun.

Hubungan anak dan ayah itu kurang sehat semenjak digelarnya pesta pernikahan Marvin, sampai sekarang. Rasa kecewa dan marah masih bersemayam di hati Marvin, setelah tahu ayahnya menabrak kedua orangtua Sila hingga meninggal dan begitu teganya memintanya untuk menikahi Sila sebagai tanggungjawab atas perbuatan entah sengaja atau tidak sengaja ayahnya lakukan demi menutupi kasus tersebut yang bisa berakhir di penjara. Sebagai wujud hormat dan sayangnya sebagai anak, ia rela menurutinya mengorbankan perasaan dan masa depannya, walau tidak ikhlas.

“Sampai kapanpun aku tidak bisa mencintainya terlebih dengan keadaannya, pernikahan ini hanyalah sebatas tanggungjawab atas kesalahan papah yang telah menyebabkan orangtuanya meninggal atas kecelakaan itu.”

Deg

“Jadi orangtuaku meninggal karena …, dan kecelakaan itu …,” Otakku mendadak tersendat membuat semua syaraf di tubuh ini menegang hebat hingga rasanya mati rasa. “Pernikahan ini …,” Menutup mulut rapat dengan mata memanas, wanita itu lemas seketika di balik dinding. Tangannya gemetar mencengkram ponsel yang masih aktif merekam itu dan tanpa sadar video itu aku kirim karena jariku salah menekan di layar handpone.

Akhirnya waktu menjawab, setahun menikah cukup menyembunyikan rahasia besar itu.  Astaga aku tidak menyangka mereka  sekejam itu padaku. Sungguh tak akan kumaafkan!

Brugh

“Mbak Sila!” Penjaga rumah bergegas menghampiri tubuhku yang jatuh kasar ke lantai dengan linangan air mata langsung mengambil perhatian mereka yang ada di dalam rumah.  

“Sila!” sahut mereka bertiga bersamaan bergegas keluar melihat suasana di luar dengan wajah panik.

Related chapters

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   6. Terbongkar berujung KDRT

    “Lepasin!” Meronta enggan disentuh barang sedikitpun tubuhnya oleh Marvin, namun tak marah ketika penjaga rumah memegang tangannya. Semua tercengang akan kehadiran Sila yang tidak diundang bahkan tak diharapkan kedatangannya itu. “Kalian jahat!” ucapnya keras seraya meneteskan air mata semakin membasahi pipi mulusnya. “Kenapa kalian tega melakukan ini semua padaku, apa salahku?” tubuhnya melemas, telah menganggap keluarga pengganti kedua orangtuanya yang telah pergi malah ternyata pembunuh, tak lain adalah penyebab orangtuanya meninggal setahun lalu. Orang tua Marvin terkejut beradu pandang seraya membatin dalam hati akankah pembicaraan di dalam sampai di telinga Sila. Wajah panik dan takut menyelimuti wajah keluarga Adiwijaya tersebut. Marvin merutuki dalam hati akan kecerobohannya berbicara tak terkendali di dalam yang kemungkinan bisa di dengar Sila yang tak ia ketahui akan datang itu. “Sila, kamu kenapa nak?” Adiwijaya berusaha memasang wajah tenang namun dibalik itu per

    Last Updated : 2022-10-22
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   7. Penyelamatan

    “Hentikan!” Suara baritone menggelegar menyita perhatian semua orang termasuk aku lantas menoleh. Semua kaget. Tiba-tiba ada seorang laki-laki datang entah siapa dan apa keperluannya di tengah situasi gaduh. Terima kasih sudah menyelematkanku, batinku seraya menatap orang asing itu. Tipis harapanku bisa selamat dari serangan mematikan Marvin beserta keluarganya. “Mbak Sila, ada yang sakit?” Bersamaan itu, muncul Bi Sumi menghampiriku dengan raut wajah khawatir. Bukannya menjawab justru aku langsung memeluk Bi Sumi erat dengan tubuh gemetar. “Bi, tolong Sila pergi dari sini.” Yang langsung diangguki dan segera membantuku berdiri kemudian menuntunku pergi menjauh dari keluarga biadab itu. Sungguh, aku takut sekali. Tidak bisa kubayangkan bila orang asing itu tidak datang tepat waktu, mungkin nyawaku sudah melayang. Kini aku baru tahu betapa ganasnya keluarga Marvin yang selama ini aku anggap baik. Dan aku tidak mau berurusan lagi, cukup ini yang menjadi terakhir. “Sila, mau kemana

    Last Updated : 2024-01-08
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   8. Bukti

    Tak terasa sudah satu minggu, aku tinggal di apartemen sederhana milik Kevin. Ukurannya tidak terlalu luas hanya terdiri dari dua kamar dan berisi perabotan rumah pada umumnya yang disusun rapi juga terjaga kebersihannya. “Nanti Kevin pulang Mbak, ada yang mau disampaikan.”“Dia pulang, Bi.” Tubuhku tersentak. Sejak tadi aku menikmati semilir angin di bawah langit cerah di balkon, yang hampir setiap hari aku lakukan selama tinggal di sini. Bohong, kalau aku tidak penasaran kepergian Kevin. Sejak proses penyelamatan itu, aku diminta tinggal sementara di apartemen milik laki-laki itu bersama Bi Sumi, tapi anehnya Kevin malah pergi tak pernah pulang. Dibilang nyaman, iya, semua yang dibutuhkan ada dan yang paling penting aku tidak berurusan dengan Marvin. Walaupun aku sering melamun memikirkan apa yang telah terjadi tapi untungnya ada Bi Sumi yang selalu menemani dan menghiburku. Bi Sumi telah bercerita bila Kevin adalah keponakannya yang bekerja sebagai pengacara di Kota Jakarta. ‘Ak

    Last Updated : 2024-01-13
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   9 Kenyataan

    Aku menarik nafas dalam sebelum kuutarakan apa maksud kedatanganku. Dua minggu tak berjumpa usai kejadian di rumah orang tuanya, kini kembali dipertemukan dalam keadaan berbeda.Aku dan dia duduk berhadapan yang dibatasi kaca bening sebagai media perantara untuk melihat. Mataku memindai Marvel yang mengenakan rompi orange seperti tahanan. Meskipun dalam hati bergidik ngeri, pasalnya Marvel menyambut kedatanganku dengan raut wajah keruh. Ya, Marvel mendekam di balik jeruji besi hingga seminggu ke depan bersama ayahnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.Aku menunduk menatap amplop cokelat sebentar lalu menghela nafas panjang sebelum memasukkan ke dalam lubang kaca di depanku. “Aku memberikan ini.”Amplop cokelat itu sudah berpindah tepat di hadapan Marvel, namun tak disentuh sedikitpun apalagi dibuka. Yang ada justru matanya menatapku tajam tak berkedip sama sekali. Aku bisa menangkap ada tumpukan dendam dibalik pancaran matanya itu.Aku tahu, dia berada di balik jeruji bes

    Last Updated : 2024-06-01
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   10 Cerai tapi tak selesai

    Kutatap stopmap hijau yang tengah kupegang sekarang. Itu adalah bukti hubunganku dengan Marvel hari ini telah berakhir, dan statusku adalah janda. Berat sekali. Pernikahan yang aku harapkan sekali seumur hidup nyatanya hanya bisa bertahan satu tahun saja.Kutarik nafas ini barang sejenak sembari menutup mata, rasa lega menyusup dada namun tak bisa kupungkiri masih ada rasa nyeri untuk melepas Marvel yang sekarang telah menjadi mantan suamiku. Meski Marvel tidak datang di persidangan perceraian karena bersamaan tepat digelarnya sidang yang dihadapi keluarga Marvel, tapi tak apa, toh tetap saja hakim telah mengetuk palu sebagai tanda dikabulkannya ajuan gugatan cerai yang telah kulayangkan dua minggu lalu berbekal bukti perselingkuhan, tindakan kekerasan yang telah dilakukan Marvel padaku juga Bi Sumi yang menjadi saksi semuanya. “Sekarang, aku tinggal menata kehidupanku yang baru.” Aku menguatkan hatiku yang rermuk. Mau tidak mau aku harus menyemangati diri sendiri untuk bangkit.Tak

    Last Updated : 2024-06-13
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   11.Misterius

    Dingin anginnya malam berhembus pelan menembus kulit di bawah temaram langit yang dipenuhi bintang kecil. Lalu lalang kendaraan mengisi jalan yang diantaranya berhenti di pinggir jalan untuk membeli aneka makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima meramaikan malam hari. Ada yang makan di tempat dan ada juga yang memilih dibungkus untuk dibawa pulang. “Mbak, nasi sepuluh sama gorengan sepuluh.” Kusambut dengan senyum dan kuambilkan apa yang diminta oleh pembeli yang baru datang.“Ya, Mas. Silahkan duduk dulu.”Ya, sekarang aku berjualan nasi kucing. Tak terasa sudah satu bulan diri ini berjualan di malam hari. Berandalkan sebuah gerobak kayu yang kuletakkan di depan rumah yang kebetulan tepat di pinggir jalan raya bersanding dengan beberapa pedagang kaki lima yang lainnya. Tak salah aku memilih tinggal di rumah Kevin karena suasana baru dengan lingkungan berbeda ternyata mampu membuatku perlahan bangkit dari keterpurukan.Yang paling penting aku sudah tidak bisa bertemu dengan Marvel

    Last Updated : 2024-06-21
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   12. Pertemuan Kembali

    Pagi menyapa dengan sinar cerah dan udara yang menyejukkan mata. Burung berkicauan di atas langit seraya mengepakkan sayap menambah indahnya pemandangan. Semua orang terlihat sedang berkumpul bersama untuk menikmati hari weekend.Aku sedari tadi masih berdiri tak bosan memperhatikan setiap orang yang lewat hanya sekedar jalan-jalan di depan rumah. Sudah menjadi pemandangan biasa setiap hari libur tiba, yang ternyata mampu membuatku terhibur hanya dengan melihatnya saja. Tapi kali ini terasa berbeda, ketika bayangan laki-laki semalam melintas di kepalaku.Benarkah dia Marvin?Ingin rasanya tadi malam bertanya langsung kepada Kevin mengenai Marvin tapi bibir ini ragu. Selain karena tidak mau menggangu Kevin yang jelas lelah habis pulang juga tak mau membuka luka lama yang telah aku kubur. Meskipun dari lubuk hatiku yang paling dalam ingin tahu keadaan Marvin, entahlah, usai bertemu laki-laki asing tadi malam malah membuatku teringat Marvel. Jadilah sekarang aku penasaran.“Sebaiknya ak

    Last Updated : 2024-07-01
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   13. Kenyataan

    “Sila, kamu dari mana?” Langkahku terhenti melihat Kevin sedang duduk sendirian di depan rumah sambil membaca koran. Apakah dia menungguku pulang?Setahuku Kevin kalau pulang ke rumah tidak pernah di luar rumah sekalipun membaca koran. Meskipun jarang pulang tapi aku sedikit tahu kebiasaannya selama di rumah yaitu gym dan bekerja di dalam rumah. Tidak heran usianya yang sudah menginjak 28 tahun belum memiliki pasangan karena masih betah sendiri. Tapi di mataku dia adalah orang pekerja keras.“Kamu habis menangis?” tanyanya lagi sambil bangkit dari duduknya berjalan mendekat ke arahku menatapku intens.Terlambat. Aku tak bisa berkutik. Padahal aku ingin segera masuk ke kamar agar tidak ada orang yang melihat kesedihanku. Mataku yang sudah banjir air mata dilihat Kevin. Meski begitu tanganku berusaha menghapusnya dengan punggung tangan. Ditanya seperti itu aku belum bisa menjawab karena masih syok dengan pertemuan tak terduga barusan.Ditanya seperti itu hatiku mencelos. Mendadak dada in

    Last Updated : 2024-07-18

Latest chapter

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   17. Pengakuan demi Anak

    Hening menyelimuti seisi ruang tamu. Mataku menatap lekat Marvin yang duduk di sofa bersebelahan dengan ibunya berbicara lebih dulu. Cukup lama terdiam membuat Kevin beranjak untuk pamit ingin memberikan ruang yang nyaman untuk kita berbicara. Namun segera kutahan demi menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi, pikirku.Melihat itu, Marvin akhirnya angkat bicara. “Sila, aku mewakili keluargaku minta maaf atas kejahatan yang sudah terjadi di masa lalu.” Terjeda beberapa detik menyempatkan menoleh ke samping di mana sang ibu masih diam. “Aku sangat menyesal itu pernah terjadi. Aku tahu pasti berat, tapi sungguh kedatanganku di sini tulus meminta maaf.”“Sekarang kamu minta maaf setelah kemarin mengancamku ingin menghabisiku dan anak ini,” selaku cepat untuk mengingatkan. Padahal baru dua hari lalu kami tidak sengaja bertemu dan dia mengatakan ingin menghabisiku hingga membuatku ketakutan.Kevin yang masih duduk di sampingku langsung melotot tak percaya dengan apa yang barusan dideng

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   16. Minta maaf?

    “Ada perlu apa dengan Sila?” Kevin menyahut cepat tanpa ada keramahan sedikitpun dari suaranya. “Apapun yang mengenai dia, harus berurusan dengan saya dulu.”Jujur aku terkejut namun juga merasa terwakilkan. Aku saja bingung bagaimana menghadapi seorang diri Marvin yang dengan terang terangan mau berbicara denganku.Aku masih bergeming tanpa membalikkan badan. Seharusnya mudah saja tinggal masuk ke dalam rumah dan tak memperdulikannya, tapi entah kenapa seperti ada sesuatu yang tak kasat mata menahan kakiku untuk tetap diam.Lama tak ada jawaban, aku mengambil langkah lagi. Tapi …“Sila, aku minta maaf. Ampun.” Setelahnya terdengar sesuatu jatuh membentur tanah membuatku kaget disusul suara putus asanya. “Aku sudah menerima karmanya.”Jadi, itu alasannya datang ke sini. Jujur kaget mendengar pengakuannya namun aku tak bisa untuk tersenyum mengejek mendengarnya. Sekarang aku mempercayai adanya hukum tabur tuai.Dulu aku memang kalah membiarkan keadilan tak memihakku yang jelas menjadi

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   Ada apa ini?

    Rencana makan malam berubah total. Yang aku kira bakal seru makan bersama sambil bercanda dengan Kevin karena ini kali pertama makan di luar malah berakhir bertemu dengan Marvin. Dan kini Marvin terlibat obrolan serius dengan Kevin dan klien Kevin di dalam ruangan yang dibatasi sekat berupa kaca, aku bisa melihatnya dari luar.Ada urusan apa sehingga Marvin dilibatkan?Aku berusaha bersikap biasa seolah tak saling mengenal, namun nyatanya mata ini tak bisa dikendalikan terus memperhatikan gerak gerik Marvin sedang menjelaskan sesuatu yang terlihat serius hingga sesekali Kevin menimpalinya. Yang sekarang kulihat, Marvin berwibawa ketika sedang berbicara seperti itu hanya saja penampilannya terlihat sederhana dengan tubuh yang kurus jauh berbeda dengan ketika dulu masih bersama. Semua yang ada padanya tidak luput dari mataku.Tanpa kusadari sudah tiga puluh menit lewat, obrolan mereka selesai dan Marvin hingga beranjak pergi tanpa sedikitpun menoleh ke arahku. Dia langsung pergi dengan

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   14. Tidak Mengenal

    “Jadi Bi Sumi sudah tahu? Kenapa nggak bilang padaku?” jelas aku menggerutu kesal. Bi Sumi yang sedang duduk di sebelahku baru mengaku kalau sudah tahu laki-laki yang mengembalikan dompetku semalam adalah Marvel. Pantas saja mereka diam saja, tak mungkin hanya aku yang mengenali Marvel.“Mas Kevin yang melarang, Mbak.” Terpancar rasa bersalah di mata keriput itu membuatku tak tega menyalahkannya lagi. “Bibi awalnya kaget dan ragu melihat Mas Marvel seperti itu. Tapi setelah Mas Kevin memberitahu diam-diam, baru bibi percaya.”Aku mendesah pelan. Tidak hanya aku saja yang kaget dan prihatin melihat keadaan Marvel sekarang. Marvel yang sekarang terlihat kurang terurus dibandingkan dulu yang selalu tampil fashionable. Sejenak aku mengambil nafas singkat, menstimulus otak untuk mengusir bayangan kesdihan yang mungkin bisa semakin dalam karena tak mau ambil pusing dengan kehidupan Marvel lagi.Bukan karena aku tidak atau belum berdamai dengan keadaan. Hanya saja apa yang telah diperbuat Mar

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   13. Kenyataan

    “Sila, kamu dari mana?” Langkahku terhenti melihat Kevin sedang duduk sendirian di depan rumah sambil membaca koran. Apakah dia menungguku pulang?Setahuku Kevin kalau pulang ke rumah tidak pernah di luar rumah sekalipun membaca koran. Meskipun jarang pulang tapi aku sedikit tahu kebiasaannya selama di rumah yaitu gym dan bekerja di dalam rumah. Tidak heran usianya yang sudah menginjak 28 tahun belum memiliki pasangan karena masih betah sendiri. Tapi di mataku dia adalah orang pekerja keras.“Kamu habis menangis?” tanyanya lagi sambil bangkit dari duduknya berjalan mendekat ke arahku menatapku intens.Terlambat. Aku tak bisa berkutik. Padahal aku ingin segera masuk ke kamar agar tidak ada orang yang melihat kesedihanku. Mataku yang sudah banjir air mata dilihat Kevin. Meski begitu tanganku berusaha menghapusnya dengan punggung tangan. Ditanya seperti itu aku belum bisa menjawab karena masih syok dengan pertemuan tak terduga barusan.Ditanya seperti itu hatiku mencelos. Mendadak dada in

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   12. Pertemuan Kembali

    Pagi menyapa dengan sinar cerah dan udara yang menyejukkan mata. Burung berkicauan di atas langit seraya mengepakkan sayap menambah indahnya pemandangan. Semua orang terlihat sedang berkumpul bersama untuk menikmati hari weekend.Aku sedari tadi masih berdiri tak bosan memperhatikan setiap orang yang lewat hanya sekedar jalan-jalan di depan rumah. Sudah menjadi pemandangan biasa setiap hari libur tiba, yang ternyata mampu membuatku terhibur hanya dengan melihatnya saja. Tapi kali ini terasa berbeda, ketika bayangan laki-laki semalam melintas di kepalaku.Benarkah dia Marvin?Ingin rasanya tadi malam bertanya langsung kepada Kevin mengenai Marvin tapi bibir ini ragu. Selain karena tidak mau menggangu Kevin yang jelas lelah habis pulang juga tak mau membuka luka lama yang telah aku kubur. Meskipun dari lubuk hatiku yang paling dalam ingin tahu keadaan Marvin, entahlah, usai bertemu laki-laki asing tadi malam malah membuatku teringat Marvel. Jadilah sekarang aku penasaran.“Sebaiknya ak

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   11.Misterius

    Dingin anginnya malam berhembus pelan menembus kulit di bawah temaram langit yang dipenuhi bintang kecil. Lalu lalang kendaraan mengisi jalan yang diantaranya berhenti di pinggir jalan untuk membeli aneka makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima meramaikan malam hari. Ada yang makan di tempat dan ada juga yang memilih dibungkus untuk dibawa pulang. “Mbak, nasi sepuluh sama gorengan sepuluh.” Kusambut dengan senyum dan kuambilkan apa yang diminta oleh pembeli yang baru datang.“Ya, Mas. Silahkan duduk dulu.”Ya, sekarang aku berjualan nasi kucing. Tak terasa sudah satu bulan diri ini berjualan di malam hari. Berandalkan sebuah gerobak kayu yang kuletakkan di depan rumah yang kebetulan tepat di pinggir jalan raya bersanding dengan beberapa pedagang kaki lima yang lainnya. Tak salah aku memilih tinggal di rumah Kevin karena suasana baru dengan lingkungan berbeda ternyata mampu membuatku perlahan bangkit dari keterpurukan.Yang paling penting aku sudah tidak bisa bertemu dengan Marvel

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   10 Cerai tapi tak selesai

    Kutatap stopmap hijau yang tengah kupegang sekarang. Itu adalah bukti hubunganku dengan Marvel hari ini telah berakhir, dan statusku adalah janda. Berat sekali. Pernikahan yang aku harapkan sekali seumur hidup nyatanya hanya bisa bertahan satu tahun saja.Kutarik nafas ini barang sejenak sembari menutup mata, rasa lega menyusup dada namun tak bisa kupungkiri masih ada rasa nyeri untuk melepas Marvel yang sekarang telah menjadi mantan suamiku. Meski Marvel tidak datang di persidangan perceraian karena bersamaan tepat digelarnya sidang yang dihadapi keluarga Marvel, tapi tak apa, toh tetap saja hakim telah mengetuk palu sebagai tanda dikabulkannya ajuan gugatan cerai yang telah kulayangkan dua minggu lalu berbekal bukti perselingkuhan, tindakan kekerasan yang telah dilakukan Marvel padaku juga Bi Sumi yang menjadi saksi semuanya. “Sekarang, aku tinggal menata kehidupanku yang baru.” Aku menguatkan hatiku yang rermuk. Mau tidak mau aku harus menyemangati diri sendiri untuk bangkit.Tak

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   9 Kenyataan

    Aku menarik nafas dalam sebelum kuutarakan apa maksud kedatanganku. Dua minggu tak berjumpa usai kejadian di rumah orang tuanya, kini kembali dipertemukan dalam keadaan berbeda.Aku dan dia duduk berhadapan yang dibatasi kaca bening sebagai media perantara untuk melihat. Mataku memindai Marvel yang mengenakan rompi orange seperti tahanan. Meskipun dalam hati bergidik ngeri, pasalnya Marvel menyambut kedatanganku dengan raut wajah keruh. Ya, Marvel mendekam di balik jeruji besi hingga seminggu ke depan bersama ayahnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.Aku menunduk menatap amplop cokelat sebentar lalu menghela nafas panjang sebelum memasukkan ke dalam lubang kaca di depanku. “Aku memberikan ini.”Amplop cokelat itu sudah berpindah tepat di hadapan Marvel, namun tak disentuh sedikitpun apalagi dibuka. Yang ada justru matanya menatapku tajam tak berkedip sama sekali. Aku bisa menangkap ada tumpukan dendam dibalik pancaran matanya itu.Aku tahu, dia berada di balik jeruji bes

DMCA.com Protection Status