Share

8. Bukti

Author: Alea
last update Last Updated: 2024-01-13 23:44:14

Tak terasa sudah satu minggu, aku tinggal di apartemen sederhana milik Kevin. Ukurannya tidak terlalu luas hanya terdiri dari dua kamar dan berisi perabotan rumah pada umumnya yang disusun rapi juga terjaga kebersihannya.

“Nanti Kevin pulang Mbak, ada yang mau disampaikan.”

“Dia pulang, Bi.” Tubuhku tersentak. Sejak tadi aku menikmati semilir angin di bawah langit cerah di balkon, yang hampir setiap hari aku lakukan selama tinggal di sini.

Bohong, kalau aku tidak penasaran kepergian Kevin. Sejak proses penyelamatan itu, aku diminta tinggal sementara di apartemen milik laki-laki itu bersama Bi Sumi, tapi anehnya Kevin malah pergi tak pernah pulang. Dibilang nyaman, iya, semua yang dibutuhkan ada dan yang paling penting aku tidak berurusan dengan Marvin.

Walaupun aku sering melamun memikirkan apa yang telah terjadi tapi untungnya ada Bi Sumi yang selalu menemani dan menghiburku. Bi Sumi telah bercerita bila Kevin adalah keponakannya yang bekerja sebagai pengacara di Kota Jakarta.

‘Aku yang akan cari bukti.’ Itulah kata terakhir Kevin sebelum pergi usai tahu handponeku hancur padahal telah memiliki rekaman kejahatan keluarga Marvin. Akankah dia pulang membawa bukti untukku?

“Tadi dia nelpon bibi.” Aku menghela nafas panjang, andai handponeku masih ada.

“Bi, Kevin itu sudah menikah?” tanyaku ragu karena penasaran sekali.

Bi Sumi tertawa renyah lantas membuat mataku menyipit. “Dia itu masih muda, Mbak. Seumuran Mbak Sila. Cita-citanya jadi pengacara.” Tiba-tiba Bi Sumi menunduk seperti mengingat sesuatu seperti ada gurat kesedihan terpancar disana.

Tapi-tiba-tiba suara berat menguinterupsi mengalihkan perhatian.

“Lagi pada ngumpul disini.” Kevin masuk dengan penampilan santai kaos lengan pendek putih dipadukan dengan celana hitm selutut. Keren.

Jelas bisa dibedakan, orang yang sudah menikah dan yang belum. Wajahnya yang putih bersih dan bentuk tubuhnya yang tegap dan tinggi sangat cocok dengan profesinya sebagai pengacara. Siapapun akan terpesona melihatnya.

“Saya lihat keadaanmu lebih baik. dan saya rasa, kita bisa membicarakan kasus Marvin.”

Mendadak tenggorokanku tercekat. Dia sudah tahu siapa Marvin? Baru saja aku tenang disini, malah harus dihadapkan masalah berat itu. Tapi memang begitu ‘kan, masalah ada bukan untuk dihindari tapi dihadapi?

“Bisa kita mulai?” Aku mengangguk pelan. Dia baik dan ramah walau wajahnya terlihat dingin.

“Disini saya akan bedakan kasus mertuamu dan suamimu. Mertuamu terlibat skandal penipuan dan perselingkuhan yang mana ayahmu tahu. Karena tidak mau terbongkar karena bisa membahayakan reputasinya sebagai pengusaha, mertuamu menyewa orang untuk melenyapkan ayahmu.” Dadaku sesak tak kuasa mendengar kesaksian Kevin.

Rasanya seperti mimpi ayah mertuaku yang selama ini aku anggap baik ternyata biadab. Jadi selama ini sikapnya hanyalah topeng belaka untuk menutupi kesalahnnya? Dan ya, aku bodoh telah mempercayainya.

Semua memang harus dijelaskan dengan jelas meskipun mentalku terguncang akan kenyataan barusan.

“Marvin dipaksa ayahnya untuk menutupi kesalahannya dengan memaksa menikahimu.” Kevin menjeda sejenak ucapannya seraya menatap lekat mataku, sayang aku tak kuasa hingga menjatuhkan air mata. “Dan Marvin terpaksa menikahimu karena tidak mau ayahnya dipenjara. Hingga kalian menikah dan kamu sering mendapatkan kekerasan dari dia.”

Cessss

Bagaikan ribuan jarum menancap di hatiku hingga tak berbentuk lagi. Rasa kecewa bercampur amarah pada ayah mertua belum reda kini kembali diingatkan kembali atas keterpaksaan Marvin menikahiku. Hancur hatiku.

Aku menangis tersedu sedan. “Tuhan, sakit sekali,” rintihku sambil memukul dadaku berharap rasa sesak di sana terurai. Entah pada siapa lagi aku mengadu?

Bi Sumi mendekapku erat. Hingga aku tumpahkan tangisanku di sana. Dan Kevin menatapku dalam diam.

“Ini bukti-buktinya. Maka dari itu kita segera ke polisi.” Kevin memutar video di handponenya dan aku melihatnya. “Mereka sudah diamankan kepolisian.”

Apakah itu benar? Secepat itukah mereka sudah ditangkap. Lalu kutatap Kevin yang tak nampak bercanda alias serius dengan apa yang barusan dikatakan, diperkuat dengan bukti yang dibawa.

Di tempat yang berbeda, suasana tegang menyelimuti sebuah keluarga yang telah panik beberapa hari terakhir ini. Raut frustasi terpancar di wajah mereka memikirkan satu orang yang hilang tanpa kabar dikhawatirkan akan membongkar rahasia besarnya.

“Pa, ayo kita semua pergi saja. Nanti keburu polisi datang. Sila sudah melayangkan surat cerai kepada Marvin.” Justru yang diajak hanya diam dan pasrah. Mau lari? Sudah terlambat semua sudah terbongkar tinggal menunggu waktu tiba untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Ya, tiga hari lalu, seorang petugas pos datang membawakan amplop berwarna cokelat ditujukan kepada Marvin. Yang tenyata isinya adalah gugatan cerai yang mana Marvin tak masalah bila harus bercerai dengan Sila. Sejak itu, mereka tak bisa tenang karena Sila memilih mengakhiri pernikahannya dan tidak menutup kemungkinan setelahnya akan menjebloskan mereka ke penjara.

“Dari awal Marvin sudah minta papa dan mama pergi ke luar negeri,” sahut Marvin menatap lurus kedua orangtuanya yang duduk bersebelahan.

Sesaat usai menikah, Marvin telah meminta ayahnya pergi ke luar negeri supaya tidak berurusan lagi dengan keluarga Sila dan tenang tanpa dihantui rasa bersalah. Tapi, justru ayahnya menolak dengan alasan ingin membantu mengurusi bisnis karena Marvin belum sepenuhnya mengerti dunia bisnis. Katakanlah ayah Marvin gila harta.

“Tidak semudah itu, Marvin. Biar papa yang bertanggungjawab dan menjelaskan kamu tidak bersalah.” Ditengah kepasrahannya, matanya tak bisa berbohong ada sebuah kepedulian teramat besar tertuju pada putera semata wayangnya.

Tok tok

Perhatian mereka teralihkan pada pintu yang dibiarkan terbuka. Dua orang berpakaian seragam polisi berdiri di ambang pintu dengan aura tegasnya memperhatikan setiap orang yang duduk di kursi ruang tamu itu. Seketika mata mereka mendelik dengan jantung berdegub cepat.

“Kami dari kepolisian ingin bertemu dengan Saudara Gunawan dan Marvin,” ujar salah satunya tanpa mengurangi rasa hormat menatap serius ayah dan anak itu.

Marvin menarik nafas dalam berusaha mengendalikan keterkejutannya, kemudian menoleh sekilas menatap sang ayah. “Ya, saya Marvin. Ada yang bisa dibantu, Pak?” Marvin berdiri dan menghampiri keduanya siap melindungi ayahnya dari interogasi polisi.

“Begini, Pak. Kita ingin menindaklanjuti pengaduan saudari Sila atas keterlibatan Pak Gunawan dalam kecelakaan orangtuanya. Bisa kita bawa Pak Gunawan ke kantor polisi sekarang untuk menjalani pemeriksaan,”

“Bisa, Pak. Saya siap melakukan pemeriksaan sekarang.”

“Tentunya dengan Pak Marvin dan istri anda,” sahut polisi tersebut yang tidak bisa dibantah satu keluarga tersebut.

Akhirnya mereka bertiga dibawa ke kantor polisi tanpa perlawanan. Marvin tak henti-hentinya menatap sang ayah yang didorong di atas kursi roda sambil merapalkan doa semoga ayahnya baik-baik saja.

‘Dia tidak punya bukti kuat memenjarakan ayah,’

Related chapters

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   9 Kenyataan

    Aku menarik nafas dalam sebelum kuutarakan apa maksud kedatanganku. Dua minggu tak berjumpa usai kejadian di rumah orang tuanya, kini kembali dipertemukan dalam keadaan berbeda.Aku dan dia duduk berhadapan yang dibatasi kaca bening sebagai media perantara untuk melihat. Mataku memindai Marvel yang mengenakan rompi orange seperti tahanan. Meskipun dalam hati bergidik ngeri, pasalnya Marvel menyambut kedatanganku dengan raut wajah keruh. Ya, Marvel mendekam di balik jeruji besi hingga seminggu ke depan bersama ayahnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.Aku menunduk menatap amplop cokelat sebentar lalu menghela nafas panjang sebelum memasukkan ke dalam lubang kaca di depanku. “Aku memberikan ini.”Amplop cokelat itu sudah berpindah tepat di hadapan Marvel, namun tak disentuh sedikitpun apalagi dibuka. Yang ada justru matanya menatapku tajam tak berkedip sama sekali. Aku bisa menangkap ada tumpukan dendam dibalik pancaran matanya itu.Aku tahu, dia berada di balik jeruji bes

    Last Updated : 2024-06-01
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   10 Cerai tapi tak selesai

    Kutatap stopmap hijau yang tengah kupegang sekarang. Itu adalah bukti hubunganku dengan Marvel hari ini telah berakhir, dan statusku adalah janda. Berat sekali. Pernikahan yang aku harapkan sekali seumur hidup nyatanya hanya bisa bertahan satu tahun saja.Kutarik nafas ini barang sejenak sembari menutup mata, rasa lega menyusup dada namun tak bisa kupungkiri masih ada rasa nyeri untuk melepas Marvel yang sekarang telah menjadi mantan suamiku. Meski Marvel tidak datang di persidangan perceraian karena bersamaan tepat digelarnya sidang yang dihadapi keluarga Marvel, tapi tak apa, toh tetap saja hakim telah mengetuk palu sebagai tanda dikabulkannya ajuan gugatan cerai yang telah kulayangkan dua minggu lalu berbekal bukti perselingkuhan, tindakan kekerasan yang telah dilakukan Marvel padaku juga Bi Sumi yang menjadi saksi semuanya. “Sekarang, aku tinggal menata kehidupanku yang baru.” Aku menguatkan hatiku yang rermuk. Mau tidak mau aku harus menyemangati diri sendiri untuk bangkit.Tak

    Last Updated : 2024-06-13
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   11.Misterius

    Dingin anginnya malam berhembus pelan menembus kulit di bawah temaram langit yang dipenuhi bintang kecil. Lalu lalang kendaraan mengisi jalan yang diantaranya berhenti di pinggir jalan untuk membeli aneka makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima meramaikan malam hari. Ada yang makan di tempat dan ada juga yang memilih dibungkus untuk dibawa pulang. “Mbak, nasi sepuluh sama gorengan sepuluh.” Kusambut dengan senyum dan kuambilkan apa yang diminta oleh pembeli yang baru datang.“Ya, Mas. Silahkan duduk dulu.”Ya, sekarang aku berjualan nasi kucing. Tak terasa sudah satu bulan diri ini berjualan di malam hari. Berandalkan sebuah gerobak kayu yang kuletakkan di depan rumah yang kebetulan tepat di pinggir jalan raya bersanding dengan beberapa pedagang kaki lima yang lainnya. Tak salah aku memilih tinggal di rumah Kevin karena suasana baru dengan lingkungan berbeda ternyata mampu membuatku perlahan bangkit dari keterpurukan.Yang paling penting aku sudah tidak bisa bertemu dengan Marvel

    Last Updated : 2024-06-21
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   12. Pertemuan Kembali

    Pagi menyapa dengan sinar cerah dan udara yang menyejukkan mata. Burung berkicauan di atas langit seraya mengepakkan sayap menambah indahnya pemandangan. Semua orang terlihat sedang berkumpul bersama untuk menikmati hari weekend.Aku sedari tadi masih berdiri tak bosan memperhatikan setiap orang yang lewat hanya sekedar jalan-jalan di depan rumah. Sudah menjadi pemandangan biasa setiap hari libur tiba, yang ternyata mampu membuatku terhibur hanya dengan melihatnya saja. Tapi kali ini terasa berbeda, ketika bayangan laki-laki semalam melintas di kepalaku.Benarkah dia Marvin?Ingin rasanya tadi malam bertanya langsung kepada Kevin mengenai Marvin tapi bibir ini ragu. Selain karena tidak mau menggangu Kevin yang jelas lelah habis pulang juga tak mau membuka luka lama yang telah aku kubur. Meskipun dari lubuk hatiku yang paling dalam ingin tahu keadaan Marvin, entahlah, usai bertemu laki-laki asing tadi malam malah membuatku teringat Marvel. Jadilah sekarang aku penasaran.“Sebaiknya ak

    Last Updated : 2024-07-01
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   13. Kenyataan

    “Sila, kamu dari mana?” Langkahku terhenti melihat Kevin sedang duduk sendirian di depan rumah sambil membaca koran. Apakah dia menungguku pulang?Setahuku Kevin kalau pulang ke rumah tidak pernah di luar rumah sekalipun membaca koran. Meskipun jarang pulang tapi aku sedikit tahu kebiasaannya selama di rumah yaitu gym dan bekerja di dalam rumah. Tidak heran usianya yang sudah menginjak 28 tahun belum memiliki pasangan karena masih betah sendiri. Tapi di mataku dia adalah orang pekerja keras.“Kamu habis menangis?” tanyanya lagi sambil bangkit dari duduknya berjalan mendekat ke arahku menatapku intens.Terlambat. Aku tak bisa berkutik. Padahal aku ingin segera masuk ke kamar agar tidak ada orang yang melihat kesedihanku. Mataku yang sudah banjir air mata dilihat Kevin. Meski begitu tanganku berusaha menghapusnya dengan punggung tangan. Ditanya seperti itu aku belum bisa menjawab karena masih syok dengan pertemuan tak terduga barusan.Ditanya seperti itu hatiku mencelos. Mendadak dada in

    Last Updated : 2024-07-18
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   14. Tidak Mengenal

    “Jadi Bi Sumi sudah tahu? Kenapa nggak bilang padaku?” jelas aku menggerutu kesal. Bi Sumi yang sedang duduk di sebelahku baru mengaku kalau sudah tahu laki-laki yang mengembalikan dompetku semalam adalah Marvel. Pantas saja mereka diam saja, tak mungkin hanya aku yang mengenali Marvel.“Mas Kevin yang melarang, Mbak.” Terpancar rasa bersalah di mata keriput itu membuatku tak tega menyalahkannya lagi. “Bibi awalnya kaget dan ragu melihat Mas Marvel seperti itu. Tapi setelah Mas Kevin memberitahu diam-diam, baru bibi percaya.”Aku mendesah pelan. Tidak hanya aku saja yang kaget dan prihatin melihat keadaan Marvel sekarang. Marvel yang sekarang terlihat kurang terurus dibandingkan dulu yang selalu tampil fashionable. Sejenak aku mengambil nafas singkat, menstimulus otak untuk mengusir bayangan kesdihan yang mungkin bisa semakin dalam karena tak mau ambil pusing dengan kehidupan Marvel lagi.Bukan karena aku tidak atau belum berdamai dengan keadaan. Hanya saja apa yang telah diperbuat Mar

    Last Updated : 2024-08-13
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   Ada apa ini?

    Rencana makan malam berubah total. Yang aku kira bakal seru makan bersama sambil bercanda dengan Kevin karena ini kali pertama makan di luar malah berakhir bertemu dengan Marvin. Dan kini Marvin terlibat obrolan serius dengan Kevin dan klien Kevin di dalam ruangan yang dibatasi sekat berupa kaca, aku bisa melihatnya dari luar.Ada urusan apa sehingga Marvin dilibatkan?Aku berusaha bersikap biasa seolah tak saling mengenal, namun nyatanya mata ini tak bisa dikendalikan terus memperhatikan gerak gerik Marvin sedang menjelaskan sesuatu yang terlihat serius hingga sesekali Kevin menimpalinya. Yang sekarang kulihat, Marvin berwibawa ketika sedang berbicara seperti itu hanya saja penampilannya terlihat sederhana dengan tubuh yang kurus jauh berbeda dengan ketika dulu masih bersama. Semua yang ada padanya tidak luput dari mataku.Tanpa kusadari sudah tiga puluh menit lewat, obrolan mereka selesai dan Marvin hingga beranjak pergi tanpa sedikitpun menoleh ke arahku. Dia langsung pergi dengan

    Last Updated : 2024-08-15
  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   16. Minta maaf?

    “Ada perlu apa dengan Sila?” Kevin menyahut cepat tanpa ada keramahan sedikitpun dari suaranya. “Apapun yang mengenai dia, harus berurusan dengan saya dulu.”Jujur aku terkejut namun juga merasa terwakilkan. Aku saja bingung bagaimana menghadapi seorang diri Marvin yang dengan terang terangan mau berbicara denganku.Aku masih bergeming tanpa membalikkan badan. Seharusnya mudah saja tinggal masuk ke dalam rumah dan tak memperdulikannya, tapi entah kenapa seperti ada sesuatu yang tak kasat mata menahan kakiku untuk tetap diam.Lama tak ada jawaban, aku mengambil langkah lagi. Tapi …“Sila, aku minta maaf. Ampun.” Setelahnya terdengar sesuatu jatuh membentur tanah membuatku kaget disusul suara putus asanya. “Aku sudah menerima karmanya.”Jadi, itu alasannya datang ke sini. Jujur kaget mendengar pengakuannya namun aku tak bisa untuk tersenyum mengejek mendengarnya. Sekarang aku mempercayai adanya hukum tabur tuai.Dulu aku memang kalah membiarkan keadilan tak memihakku yang jelas menjadi

    Last Updated : 2024-08-15

Latest chapter

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   17. Pengakuan demi Anak

    Hening menyelimuti seisi ruang tamu. Mataku menatap lekat Marvin yang duduk di sofa bersebelahan dengan ibunya berbicara lebih dulu. Cukup lama terdiam membuat Kevin beranjak untuk pamit ingin memberikan ruang yang nyaman untuk kita berbicara. Namun segera kutahan demi menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi, pikirku.Melihat itu, Marvin akhirnya angkat bicara. “Sila, aku mewakili keluargaku minta maaf atas kejahatan yang sudah terjadi di masa lalu.” Terjeda beberapa detik menyempatkan menoleh ke samping di mana sang ibu masih diam. “Aku sangat menyesal itu pernah terjadi. Aku tahu pasti berat, tapi sungguh kedatanganku di sini tulus meminta maaf.”“Sekarang kamu minta maaf setelah kemarin mengancamku ingin menghabisiku dan anak ini,” selaku cepat untuk mengingatkan. Padahal baru dua hari lalu kami tidak sengaja bertemu dan dia mengatakan ingin menghabisiku hingga membuatku ketakutan.Kevin yang masih duduk di sampingku langsung melotot tak percaya dengan apa yang barusan dideng

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   16. Minta maaf?

    “Ada perlu apa dengan Sila?” Kevin menyahut cepat tanpa ada keramahan sedikitpun dari suaranya. “Apapun yang mengenai dia, harus berurusan dengan saya dulu.”Jujur aku terkejut namun juga merasa terwakilkan. Aku saja bingung bagaimana menghadapi seorang diri Marvin yang dengan terang terangan mau berbicara denganku.Aku masih bergeming tanpa membalikkan badan. Seharusnya mudah saja tinggal masuk ke dalam rumah dan tak memperdulikannya, tapi entah kenapa seperti ada sesuatu yang tak kasat mata menahan kakiku untuk tetap diam.Lama tak ada jawaban, aku mengambil langkah lagi. Tapi …“Sila, aku minta maaf. Ampun.” Setelahnya terdengar sesuatu jatuh membentur tanah membuatku kaget disusul suara putus asanya. “Aku sudah menerima karmanya.”Jadi, itu alasannya datang ke sini. Jujur kaget mendengar pengakuannya namun aku tak bisa untuk tersenyum mengejek mendengarnya. Sekarang aku mempercayai adanya hukum tabur tuai.Dulu aku memang kalah membiarkan keadilan tak memihakku yang jelas menjadi

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   Ada apa ini?

    Rencana makan malam berubah total. Yang aku kira bakal seru makan bersama sambil bercanda dengan Kevin karena ini kali pertama makan di luar malah berakhir bertemu dengan Marvin. Dan kini Marvin terlibat obrolan serius dengan Kevin dan klien Kevin di dalam ruangan yang dibatasi sekat berupa kaca, aku bisa melihatnya dari luar.Ada urusan apa sehingga Marvin dilibatkan?Aku berusaha bersikap biasa seolah tak saling mengenal, namun nyatanya mata ini tak bisa dikendalikan terus memperhatikan gerak gerik Marvin sedang menjelaskan sesuatu yang terlihat serius hingga sesekali Kevin menimpalinya. Yang sekarang kulihat, Marvin berwibawa ketika sedang berbicara seperti itu hanya saja penampilannya terlihat sederhana dengan tubuh yang kurus jauh berbeda dengan ketika dulu masih bersama. Semua yang ada padanya tidak luput dari mataku.Tanpa kusadari sudah tiga puluh menit lewat, obrolan mereka selesai dan Marvin hingga beranjak pergi tanpa sedikitpun menoleh ke arahku. Dia langsung pergi dengan

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   14. Tidak Mengenal

    “Jadi Bi Sumi sudah tahu? Kenapa nggak bilang padaku?” jelas aku menggerutu kesal. Bi Sumi yang sedang duduk di sebelahku baru mengaku kalau sudah tahu laki-laki yang mengembalikan dompetku semalam adalah Marvel. Pantas saja mereka diam saja, tak mungkin hanya aku yang mengenali Marvel.“Mas Kevin yang melarang, Mbak.” Terpancar rasa bersalah di mata keriput itu membuatku tak tega menyalahkannya lagi. “Bibi awalnya kaget dan ragu melihat Mas Marvel seperti itu. Tapi setelah Mas Kevin memberitahu diam-diam, baru bibi percaya.”Aku mendesah pelan. Tidak hanya aku saja yang kaget dan prihatin melihat keadaan Marvel sekarang. Marvel yang sekarang terlihat kurang terurus dibandingkan dulu yang selalu tampil fashionable. Sejenak aku mengambil nafas singkat, menstimulus otak untuk mengusir bayangan kesdihan yang mungkin bisa semakin dalam karena tak mau ambil pusing dengan kehidupan Marvel lagi.Bukan karena aku tidak atau belum berdamai dengan keadaan. Hanya saja apa yang telah diperbuat Mar

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   13. Kenyataan

    “Sila, kamu dari mana?” Langkahku terhenti melihat Kevin sedang duduk sendirian di depan rumah sambil membaca koran. Apakah dia menungguku pulang?Setahuku Kevin kalau pulang ke rumah tidak pernah di luar rumah sekalipun membaca koran. Meskipun jarang pulang tapi aku sedikit tahu kebiasaannya selama di rumah yaitu gym dan bekerja di dalam rumah. Tidak heran usianya yang sudah menginjak 28 tahun belum memiliki pasangan karena masih betah sendiri. Tapi di mataku dia adalah orang pekerja keras.“Kamu habis menangis?” tanyanya lagi sambil bangkit dari duduknya berjalan mendekat ke arahku menatapku intens.Terlambat. Aku tak bisa berkutik. Padahal aku ingin segera masuk ke kamar agar tidak ada orang yang melihat kesedihanku. Mataku yang sudah banjir air mata dilihat Kevin. Meski begitu tanganku berusaha menghapusnya dengan punggung tangan. Ditanya seperti itu aku belum bisa menjawab karena masih syok dengan pertemuan tak terduga barusan.Ditanya seperti itu hatiku mencelos. Mendadak dada in

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   12. Pertemuan Kembali

    Pagi menyapa dengan sinar cerah dan udara yang menyejukkan mata. Burung berkicauan di atas langit seraya mengepakkan sayap menambah indahnya pemandangan. Semua orang terlihat sedang berkumpul bersama untuk menikmati hari weekend.Aku sedari tadi masih berdiri tak bosan memperhatikan setiap orang yang lewat hanya sekedar jalan-jalan di depan rumah. Sudah menjadi pemandangan biasa setiap hari libur tiba, yang ternyata mampu membuatku terhibur hanya dengan melihatnya saja. Tapi kali ini terasa berbeda, ketika bayangan laki-laki semalam melintas di kepalaku.Benarkah dia Marvin?Ingin rasanya tadi malam bertanya langsung kepada Kevin mengenai Marvin tapi bibir ini ragu. Selain karena tidak mau menggangu Kevin yang jelas lelah habis pulang juga tak mau membuka luka lama yang telah aku kubur. Meskipun dari lubuk hatiku yang paling dalam ingin tahu keadaan Marvin, entahlah, usai bertemu laki-laki asing tadi malam malah membuatku teringat Marvel. Jadilah sekarang aku penasaran.“Sebaiknya ak

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   11.Misterius

    Dingin anginnya malam berhembus pelan menembus kulit di bawah temaram langit yang dipenuhi bintang kecil. Lalu lalang kendaraan mengisi jalan yang diantaranya berhenti di pinggir jalan untuk membeli aneka makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima meramaikan malam hari. Ada yang makan di tempat dan ada juga yang memilih dibungkus untuk dibawa pulang. “Mbak, nasi sepuluh sama gorengan sepuluh.” Kusambut dengan senyum dan kuambilkan apa yang diminta oleh pembeli yang baru datang.“Ya, Mas. Silahkan duduk dulu.”Ya, sekarang aku berjualan nasi kucing. Tak terasa sudah satu bulan diri ini berjualan di malam hari. Berandalkan sebuah gerobak kayu yang kuletakkan di depan rumah yang kebetulan tepat di pinggir jalan raya bersanding dengan beberapa pedagang kaki lima yang lainnya. Tak salah aku memilih tinggal di rumah Kevin karena suasana baru dengan lingkungan berbeda ternyata mampu membuatku perlahan bangkit dari keterpurukan.Yang paling penting aku sudah tidak bisa bertemu dengan Marvel

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   10 Cerai tapi tak selesai

    Kutatap stopmap hijau yang tengah kupegang sekarang. Itu adalah bukti hubunganku dengan Marvel hari ini telah berakhir, dan statusku adalah janda. Berat sekali. Pernikahan yang aku harapkan sekali seumur hidup nyatanya hanya bisa bertahan satu tahun saja.Kutarik nafas ini barang sejenak sembari menutup mata, rasa lega menyusup dada namun tak bisa kupungkiri masih ada rasa nyeri untuk melepas Marvel yang sekarang telah menjadi mantan suamiku. Meski Marvel tidak datang di persidangan perceraian karena bersamaan tepat digelarnya sidang yang dihadapi keluarga Marvel, tapi tak apa, toh tetap saja hakim telah mengetuk palu sebagai tanda dikabulkannya ajuan gugatan cerai yang telah kulayangkan dua minggu lalu berbekal bukti perselingkuhan, tindakan kekerasan yang telah dilakukan Marvel padaku juga Bi Sumi yang menjadi saksi semuanya. “Sekarang, aku tinggal menata kehidupanku yang baru.” Aku menguatkan hatiku yang rermuk. Mau tidak mau aku harus menyemangati diri sendiri untuk bangkit.Tak

  • KUAKHIRI SETAHUN PERNIKAHAN INI   9 Kenyataan

    Aku menarik nafas dalam sebelum kuutarakan apa maksud kedatanganku. Dua minggu tak berjumpa usai kejadian di rumah orang tuanya, kini kembali dipertemukan dalam keadaan berbeda.Aku dan dia duduk berhadapan yang dibatasi kaca bening sebagai media perantara untuk melihat. Mataku memindai Marvel yang mengenakan rompi orange seperti tahanan. Meskipun dalam hati bergidik ngeri, pasalnya Marvel menyambut kedatanganku dengan raut wajah keruh. Ya, Marvel mendekam di balik jeruji besi hingga seminggu ke depan bersama ayahnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.Aku menunduk menatap amplop cokelat sebentar lalu menghela nafas panjang sebelum memasukkan ke dalam lubang kaca di depanku. “Aku memberikan ini.”Amplop cokelat itu sudah berpindah tepat di hadapan Marvel, namun tak disentuh sedikitpun apalagi dibuka. Yang ada justru matanya menatapku tajam tak berkedip sama sekali. Aku bisa menangkap ada tumpukan dendam dibalik pancaran matanya itu.Aku tahu, dia berada di balik jeruji bes

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status