Wirota terkejut mendapati Nelayan mengetahui semuanya“Darimana kau tahu semua cerita tentang Wiraraja, masalah Wiraraja bekerjasama dengan Jayakatwang tidak semua orang tahu akan hal itu.”Wajah Nelayan tampak berubah geram, pandangannya menerawang jauh“Jika Wiraraja bisa menjaga mulutnya yang berbisa dengan tidak membujuk Jayakatwang untuk memberontak, Prabu Kertanegara dan ayahku Raganatha tidak perlu gugur dalam upaya mempertahankan Kerajaan Singasari dari serangan Jayakatwang. Tidak masalah bagi ayahku diturunkan pangkatnya yang semula Rakryan Patih menjadi Adhyaksa. Walaupun sepanjang karirnya Prabu Kertanegara jarang mau mengdengarkan pendapatnya dan cenderung kurang menghargai pengabdiannya, namun dia tetap mengabdikan dirinya pada Prabu Kertanegara di saat-saat terakhirnya hingga titik darah penghabisan dan tak pernah berpikir sedikitpun untuk mengkhianatinya. Sedangkan Wiraraja, hanya diturunkan pangkat satu tingkat saja sudah kebakaran jenggot. Masih untung dia mendapat ja
Semua orang bertepuk tangan, mereka setuju dengan nama itu.“Ya…ya nama itu memang cocok untuk tempat ini. Alas Tarik ini memang banyak ditumbuhi buah maja yang pahit dan memabukan!”Dyah Wijaya memang pintar mengambil hati para pendatang yang masuk ke Alas Tarik. Selama berada di Alas Tarik, Wijaya juga menghimpun kekuatan bersama para penduduk desa Majapahit. Khususnya para rakyat yang datang dari Daha dan Tumapel yang masih loyal pada mendiang Prabu Kertanegara. Jika malam tiba, dia sering berkomunikasi dengan para pendatang yang bermukim di tempat itu dengan duduk di singgasana dari batu putih itu sementara para penduduk desa Majapahit dan para prajuritnya duduk mengelilinginya dengan api unggun di tengahnya.Para pendatang itu juga diberi nama julukan sesuai dengan penampilan fisik atau karakter mereka. Misalnya seorang wanita beranak lima diberinya nama Sudeksa, orang yang pemberani diberi nama julukan Jagawastra. Orang yang matanya besar dan melotot diberinya nama Agrapawala. D
“Baiklah, panggil Tumenggung Sagara Winotan kemari!” Perintah Jayakatwang.Sagara Winotan segera datang menghadap Jayakatwang di paseban. Dia melihat wajah Jayakatwang begitu risau. Ketika Sagara Winotan hadir dia langsung berbicara"Sudah hampir setahun Wijaya tidak pulang ke Daha, dia juga tidak mengirim utusan kemari mengabarkan keadaan di Alas Tarik. Apa yang dia lakukan di Alas Tarik selama ini? Aku kuatir dia akan mengkhianatiku, membalas dendam atas kematian mertuanya," kata Jayakatwang kepada Sagara Winotan.Jayakatwang pantas untuk cemas, karena diapun telah mengkhianati Kertanegara, besan sekaligus sepupunya. Dalam hati kecilnya sebenarnya dia tak sekalipun berniat mengampuni Wijaya jika bukan karena Wiraraja yang memohonkan ampunan bagi keluarga mendiang Kertanegara dan melihat potensi Wijaya terutama dalam bidang keprajuritan yang sempat memukaunya dalam acara kompetisi prajurit."Kita harus memastikannya terlebih dahulu, apakah memang benar dia akan berkhianat. Kalau s
Rombongan Sagara Winotan segera pergi meninggalkan Wirasabha pulang ke Daha. Wijaya merasa lega, hampir saja tadi segala kegiatan persiapan pemberontakan terhadap Jayakatwang ketahuan. Untunglah Lembu Sora bertindak di saat yang tepat.Setelah rombongan Sagara Winotan kembali ke Daha, kuda yang dibawa oleh Ranggalawe dari Madura kemudian dibagikan kepada para pemimpin pasukan dan prajurit pasukan berkuda termasuk kepada para kepala dusun di sekitar Alas Tarik yang akan ikut berperang.Sagara Winotan telah kembali ke Kerajaan Kediri kemudian melaporkan kepada Prabu Jayakatwang pembangunan desa wisata berburu yang telah dilakukan oleh Wijaya, tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya. Karena di Alas Tarik, Segara Winotan hanya diterima di daerah Warasaba dan tidak diberi kesempatan untuk melihat keadaan di dalam Alas Tarik. Dyah Wijaya sangat pintar menutupi situasi yang sebenarnya sedang terjadi, sehingga Segara Winotan tidak mengetahui persiapan perang yang sedang direncanakan oleh
Rombongan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Ike Mese bersama pejabat yang menangani Jawa dan 500 prajurit telah tiba di Tuban untuk membuka jalan bagi pasukan Mongol pimpinan Shih Pi. Ada sekitar 10 kapal yang mengangkut mereka. Sementara kapal pasukan Mongol yang lain berada di Belitung untuk mempersiapkan penyerangan ke Jawa. Di sana mereka membuat perahu-perahu yang lebih kecil agar dapat masuk ke sungai-sungai yang ada di Jawa yang sempit sambil memperbaiki kapal mereka yang telah menempuh perjalanan yang jauh. Persiapan ini dilakukan selama sebulan sebelum berangkat ke Jawa.Orang-orang Mongol adalah bangsa yang terbiasa hidup di padang gurun dan padang stepa yang luas. Mereka bukanlah bangsa bahari yang tangguh dan handal dalam berlayar. Di Belitung banyak pasukan Mongol yang sakit karena mabuk laut karena tidak terbiasa berlayar dalam jarak jauh.Sesampainya di Tuban, dari para mata-mata Mongol yang ditempatkan di Jawa, mereka mendapatkan informasi bahwa Kerajaan Singasari suda
Setelah pertemuan dengan Turgen, Wijaya langsung menghubungi para Raja bawahan dan penguasa daerah yang masih loyal pada Kertanegara. Namun ketika Wijaya mengemukakan rencananya bekerjasama dengan pasukan Mongol, beberapa orang diantaranya menolak.“Gusti Wijaya, mohon maaf jika harus bekerjasama dengan pasukan Mongol kami menolak. Kami tidak bersedia menjadi negara jajahan bangsa Mongol!”“Benar,apa tidak bisa kita berperang dengan kekuatan sendiri!”Situasi untuk sesaat menjadi ramai, para raja bawahan dan penguasa daerah ada yang setuju ada yang menolak. Wijaya segera menenangkan mereka“Tenang saudara saudara, kita tidak benar-benar takluk pada bangsa Mongol, kita hanya memanfaatkan mereka saja untuk menghancurkan Jayakatwang. Perlu anda ketahui bahwa saat ini kekuatan militer Jayakatwang semakin besar, tidak semua Raja bawahan masih loyal pada Prabu Kertanegara. Tanpa bantuan pasukan Mongol, sulit bagi kita menghancurkan Jayakatwang. Nanti setelah kita berhasil memenangkan peper
Telik sandi itu terkejut dan berusaha lari namun Wirota sudah berkelebat mengejarnya lalu kembali mencengkeram bahunya, menangkap dan mengunci tangannya.“Pengawal, tangkap orang ini, dia mata-mata Daha!”Beberapa prajurit berkelebat menangkap telik sandi itu, dikeroyok oleh banyak prajurit mambuat mata-mata itu hanya bisa pasrah dan membiarkan dirinya dibawa ke penjara. Terbayang sudah siksaan yang akan dialaminya jika dia tidak memberikan informasi yang diketahuinya kepada pihak Wijaya.Sementara itu Jalak Katengeng telah menyelidiki situasi di hutan Alas Tarik. Sebagai seorang telik sandi berpengalaman, dia telah menyelidiki keberadaan Alas Tarik secara mendalam. Di sana telik sandinya telah melaporkan adanya sebuah desa tersembunyi di dalam Alas Tarik, dia masih menunggu laporan lebih lanjut dari telik sandinya yang menyamar sebagai pendatang dari Singasari dan menjadi warga desa Majapahit.Di pesanggrahan sementaranya di desa Wirasabha, Jalak Katengeng menunggu telik sandinya y
“Kalau begitu kita harus segera menyiapkan pasukan ke Tegal Bobotsari untuk menghalau pasukan Madura,” kata Kebo Mudarang.Jayakatwang langsung menukasnya“Tidak, jangan terkecoh dengan serangan Wiraraja, aku tahu persis gaya perangnya, dia akan memecah pasukan kita, mengalihkan sebagian kekuatan kita ke tempat lain. Kalau kita mengerahkan pasukan ke Tegal Bobotsari, kita akan terjebak dalam tipuan Wiraraja.”“Lalu mana yang akan kita serang dulu? Mereka sudah mengepung dari segala penjuru,” kata Jalak Katengeng.“Pasukan Mongol itu, mereka datang dengan menggunakan kapal, pasti saat ini mereka sedang berada di pelabuhan sungai bersama kapal mereka yang mengangkut prajuritnya untuk dapat menjangkau Daha. Kita kerahkan pasukan ke Kali Mas untuk menghadang pasukan Mongol agar tidak masuk ke benteng kota dan sebagian menjaga benteng kota !”“Baik Gusti Prabu,”Kebo Mudarang segera pergi menyiapkan pasukan.Sebanyak 100 kapal perang Daha dengan dekorasi kepala raksasa menyerang pasukan Mo