"Kakek jawab saja, saya hanya ingin tahu siapa yang benar dan salah dalam hal ini. Delapan belas tahun yang lalu, di Pulau Sisilia!" Gennaro terkejut. Wajahnya pucat seketika mendengar berondongan pertanyaan yang tidak pernah terlintas sedikit pun di benak. Laki-laki tua itu mengusap dahinya yang tiba-tiba berkeringat dingin."Ah, apa maksudmu, Nak?" Gennaro pura-pura tidak mengerti.Cassandra mendengus lirih. Jika Gennaro tidak melakukan kesalahan fatal di masa lalu, tentu dirinya tidak akan menuruti kemauan Jemmy, menjadi pelampiasan nafsu laki-laki itu.Di luar ruangan, Andrian mengurungkan niatnya membuka pintu. Laki-laki itu segera menempelkan telinganya di daun pintu, berharap bisa mendengar lebih jelas pembicaraan istri dan kakeknya di dalam sana."Cassandra, dari mana kamu tahu itu, Nak? Kakek tidak pernah cerita pada siapa pun mengenai hal itu." "Kakek tinggal jawab saja, apa Kakek mengenal laki-laki bernama Juli--""Tidak!" potong Gennaro cepat. "Kakek tidak mengenalnya. S
"Kenapa Kakek harus merasa bertanggung jawab padanya? Jangan bilang, dia adalah sugar babymu, Kek!" cecar Andrian curiga."Oh, shit! Tutup mulutmu, Andrian!" sentak Gennaro meradang. "Kamu pikir Kakek itu sepertimu, hah?" lanjut Gennaro sengit.Andrian mengangguk-angguk sambil menggaruk pelipisnya. Dia menatap kakeknya dengan tatapan penuh makna. Sementara itu, dada Gennaro naik turun karena luar biasa kesal oleh tuduhan cucunya. Laki-laki berambut abu-abu itu menarik napas panjang lalu menghembuskan pelan. Tatapannya menerawang seolah ada beban berat di sana."Ya, kalau begitu, katakan saja sebenarnya ada apa di antara kalian?" tanya Andrian lagi begitu melihat kakeknya sudah sedikit tenang."Berhenti mengatakan Cassandra seorang pelacur. Dia melakukan itu karena kesalahan Kakek. Seandainya ....""Aku semakin tidak mengerti!" potong Andrian tidak sabar. Kakek terlalu berbelit-belit," protesnya kemudian. "Semua kesalahan ini berawal dari delapan belas tahun lalu, ketika Kakek menitip
"Pulanglah, jangan bilang kamu ingin tetap di sini dan berniat menjadi biarawati, Cassandra." Andrian kembali memohon sembari berlutut di depan Cassandra. Cassandra segera mundur dan menatap tanpa ekspresi pada Andrian."Bangunlah, Andrian. Orang sepertimu tidak pantas berlutut di depan perempuan murahan sepertiku. Pulanglah, aku ingin di sini untuk beberapa waktu lagi," ucap Cassandra, lalu hendak meninggalkan Andrian.Namun, Andrian kembali berlutut di depan Cassandra, kali ini sambil memegang kedua kaki wanita itu. Cassandra mengusap-usap kepala Emillia yang mulai tidak nyaman di gendongannya."Lepaskan aku, Andrian! Jangan begini, nanti kamu kena virus mematikan dari perempuan miskin ini. Pulanglah, kembali ke istanamu, di sana Milia menunggumu!""Cukup, Cassandra!" sahut Andrian sembari bangkit. "Kamu memang pantas berkata apa pun padaku, tetapi cukup, jangan bicara yang tidak pantas untuk dirimu sendiri. Ayo, kita pulang."Cassandra tersenyum satu sudut mendengar ucapan Andrian
"Dia tidak memiliki hak apa pun dalam keluarga kita, Cassandra! Marga Lussete dan Petruzzelli tidak pantas disematkan pada anak seorang pembunuh!""Andrian ...." Cassandra tercekat mendengar ucapan suaminya itu.Andrian melirik Bunda Elia tak enak hati, lalu mendengus lirih. "Maaf, tapi itulah kenyataannya, Cassandra!"Setelah meminta izin pada Bunda Elia, Andrian segera menarik tangan istrinya itu untuk menjauh. Cassandra terdiam dengan hati bimbang. Ditatapnya wajah polos Emillia yang mulai mengantuk itu dengan pandangan sendu.Rasa sakit ketika teringat penyebab kecelakaan itu, memang masih ada di hati Cassandra. Namun, dia harus kembali menatap masa depan dan berusaha mengikhlaskan kepergian Angelo. Diusapnya kepala Emillia pelan, membuat gadis kecil itu menggeliat. "Kamu jangan khawatir, aku bisa menghidupi Emillia tanpa bantuanmu," ucap Cassandra lirih.Andrian mendengus lirih. "Shit, tidak bisakah kamu sedikit melunak, Cassandra? Aku sudah bersedia menjadi ayah adopsi untuknya
Gennaro langsung menggeleng mendengar pertanyaan dari Cassandra. Laki-laki itu mengusap dahi keriputnya sekali lagi. Cassandra mendengus lirih, lalu beralih menatap Andrian. Namun, Andrian justru memperhatikan Gennaro dengan mata menyipit curiga.Tidak disangka, terlalu banyak rahasia yang disembunyikan kakeknya itu. Kenyataan bahwa Cassandra adalah bagian dari kisah kelam sang Kakek sangat mengejutkan Andrian. Sekarang, rahasia besar mengenai pembunuh keluarga Lusette, sepertinya diketahui oleh Gennaro, tetapi rupanya laki-laki itu berusaha mengelak.Andrian menarik napas pelan, lalu menggeleng samar. "Kita akan cari tahu itu, Cassandra. Semoga Kakek bisa memberi petunjuk soal itu!" Andrian mewakili kakeknya berbicara.Gennaro sedikit terkejut, lalu mengangguk kaku. "Kakek akan membantu kalian. Sekarang, Kakek minta Cassandra pulang dan perbaiki hubungan kalian," ucapnya."Saya akan pulang dengan Emillia. Saya akan mengadopsinya, Kek. Tolong, izinkan saya melakukannya."Kening Gennar
"Andrian, Andrian, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Cassandra ikut berdiri. Cassandra memegangi tangan Andrian, membuat laki-laki itu menatapnya. Cassandra tidak ingin Andrian berbuat nekad yang akan membahayakan dirinya sendiri."Kumohon, jangan temui dia. Jemmy itu laki-laki jahat," cegahnya lirih.Andrian menggeleng pelan. "Kamu takut, kan? Berarti benar, dia mengancammu? Sebenarnya, apa yang dikatakan padamu, sampai kamu rela tidur dengannya? Aku mengenalmu sebagai wanita religius yang takut pada Tuhan. Kamu mendapatkan didikan agama yang baik sejak kecil, apa sebegitu mudahnya imanmu goyah karena laki-laki brengsek itu?" cecarnya."Andrian, ingat, ada yang lebih penting dari itu. Kita harus mengurus surat adopsi Emillia dulu!" Cassandra berusaha mengalihkan pembicaraan.Namun, hal itu tidak membuat niat Andrian surut. Senyum satu sudut tersungging di bibir Andrian sekilas. Laki-laki itu menggeleng pelan, kemudian menggenggam jemari tangan Cassandra. Sedangkan Cassandra menatap
Andrian memarkir mobilnya sedikit kasar di depan lobby begitu saja. Bergegas dia pun turun dari Maserati Quattroporte itu, lalu memberikan display key pada security. Dia melakukan itu karena kesal melihat keberadaan mobil yang cukup dikenalinya di situ."Itu mobil siapa?" tanya Andrian basa-basi."Mobilnya Tuan Jemmy, Tuan," jawab security itu lalu memindahkan mobil Andrian ke basement.Dengan cepat, Andrian memasuki lobby, lalu menuju ke lift. Baru saja dia memencet tombol lift, seseorang justru menahan pintu baja itu dari dalam. Andrian mendengus lirih, lalu memasuki lift tanpa menatap laki-laki berjas hitam itu. Pandangan Andrian justru tertuju pada tombol anak panah berwarna merah di sisi kanan pintu lift, sembari memasukkan telapak tangan ke saku celana. Menurutnya, lift bergerak ke atas cukup lama.Di depannya, Jemmy tersenyum satu sudut melihat sikap tak acuh Andrian yang seolah tidak mengenalinya. Maka laki-laki itu pun berdehem lirih sambil menggaruk pelipis."Selamat pagi, T
"Gennaro Petruzzelli adalah bajingan, Anda dengar?" desis Jemmy dengan rahang mengeras."Sial!"Andrian tidak tahan mendengar hinaan untuk sang Kakek. Dengan cepat, Andrian melayangkan pukulan ke arah Jemmy, tetapi dengan sigap laki-laki itu menghindar sehingga pukulan Andrian mengenai ruang kosong.Jemmy tersenyum satu sudut dan menunjuk dada Andrian. "Anda tidak terima atau terkejut? Itulah kenyataannya, Tuan Andrian. Tanyakan pada kakek Anda apa yang dilakukannya delapan belas tahun lalu di Pulau Sisilia? Tuan Gennaro Petruzzelli akan memberitahu Anda," ucapnya lalu mengangkat kerah jasnya. "Tidak usah berbelit-belit, Tuan Kastilont," sahut Andrian."Saya hanya ingin tahu, apa Kakek yang Anda banggakan itu berani berkata jujur dan bersikap gentleman sehingga mengakui dosa besarnya di masa lalu?" tanya Jemmy, lalu tersenyum sekilas. "Oh, ya, jangan takut, saya datang ke sini bukan untuk balas dendam. Kita kerjasama dengan fair, oke!" lanjut Jemmy kemudian menyambar handphone yang t