Sepasang netra tua Gennaro berkaca-kaca. Dia memang berhasil membalas dendam kematian Stefano, Alberto, dan Maria. Namun, ada penyesalan di hati Gennaro karena membiarkan anak keturunan Julian Kastilont tetap hidup.Bergabungnya Jemmy dengan La Stampa Group, seolah membuka jalan Gennaro dan Jemmy saling membalas dendam."Kakek sengaja membiarkan Helena terjebak ke pelukan Jemmy. Dengan begitu, Kakek tahu sejauh mana Jemmy membalas dendam kematian Julian Kastilont. Laki-laki iblis yang sudah membunuh keluargamu, Cassandra," ucap Gennaro tanpa berani menatap kedua cucunya itu.Andrian dan Cassandra kompak terperangah dan saling pandang. Mereka seolah tidak percaya akan ucapan Gennaro. Kedua mata Cassandra mulai berkabut mengetahui kenyataan baru ini. "Jadi, semua kekacauan ini berasal dari Jemmy?" tanya Cassandra lirih. Dia menghempaskan tubuh di sofa. Kedua matanya terpejam dengan wajah mendongak. Andrian duduk di samping Cassandra, kemudian menggenggam jemari tangan wanita itu."Apa
Flashback ...."Tolong, bantu saya!"Pandangan Helena nanar penuh permohonan pada Jemmy. Helena tidak punya kekuatan apa-apa untuk melawan Gennaro. Dia hanyalah seorang perempuan dari golongan biasa. Tepatnya, dipaksa menjadi orang biasa. Semua itu karena penolakan Gennaro Petruzzelli.Helena tidak pernah merasakan hidup dalam kemewahan. Beruntung dia bisa menamatkan pendidikan sampai mendapatkan ijazah sarjana. Dengan ijazah itu, Helena bisa memasuki La Stampa melamar menjadi sekretaris Gennaro. Dia bekerja di sana bukan tanpa tujuan, atau demi uang semata.Namun, ternyata menghancurkan Gennaro tidak semudah yang dia kira. Adalah Ivo yang selalu berada di samping Gennaro. Laki-laki paruh baya itu menjadi benteng terakhir sebelum Gennaro memutuskan sesuatu.Helena hampir menyerah dan membiarkan luka masa lalu itu terkubur begitu saja bersama jasad Camela Killano. Namun, asa itu kembali muncul ketika Jemmy Kastilont Blanc datang ke La Stampa Group, membawa misi yang sama. Balas dendam
Cassandra segera membuka pintu mobil, kemudian disusul Andrian. Sejenak, keduanya menatap ke arah kerumunan di pinggir trotoar lebar itu. "Andrian!" Cassandra menatap Andrian.Andrian segera menggandeng tangan sang istri mendekati kerumunan. "Hentikan!" Teriakan Andrian menghentikan aksi tiga orang yang tengah mengeroyok perempuan muda itu.Ketiga orang laki-laki itu menoleh garang pada Andrian dan Cassandra. Begitupun perempuan muda itu. Berbeda dengan ketiganya yang merasa terganggu atas kehadiran Andrian dan Cassandra, reaksi berbeda ditunjukkan perempuan muda itu."Tuan Andrian, Cassandra!" panggilnya sambil tersenyum.Cassandra menatapnya datar. "Kupikir kamu sudah mati!" ucapnya sinis.Andrian langsung menoleh dan terkejut mendengar hal itu. Ditatapnya Cassandra dengan heran. Senyum Dona langsung pudar. Lantas, dia menatap Andrian penuh tanya. Tiga orang laki-laki yang mengeroyok Dona tadi, terkekeh sembari memindai penampilan Andrian dan Cassandra.Mereka sepertinya tidak menge
Di sebuah pulau kecil....Pulau yang terletak di Negara Maldives itu sejatinya tak berpenghuni. Meskipun di sana dibangun sebuah resort mewah, tetapi tidak dibuka untuk pengunjung umum. Jadi, tidak heran jika pulau kecil yang dikelilingi deretan pohon kelapa itu sangat sepi.Namun, kali ini tampak berbeda. Jika biasanya tidak ada aktivitas di sana, hari ini tampak ramai. Suasana pinggir pantai dengan pasir putih dan laut biru dihiasi karang-karang yang mempesona, semakin menambah keindahan pulau pribadi itu. Semburat kekuningan menghiasi langit sore, menambah romantis suasana sakral di situ.Pulau bernama Blanc itu, dibeli oleh konglomerat Perancis untuk istrinya Pricilla Blanc. Setelah kematian mereka, pulau tersebut menjadi milik putra semata wayang mereka, Jemmy Kastilont Blanc. Laki-laki yang terbalut tuxedo mahal berwarna putih gading itu tersenyum sumringah.Dia berdiri gagah di depan altar. Pandangan Jemmy kagum pada Helena yang berjalan anggun ke arahnya. Keduanya tersenyum, m
"Sial! Sepertinya kita diikuti, Tuan!" Sontak, pandangan Jemmy beralih ke sisi kanan kapal. Di depan sana, sebuah superyacth berlayar ke arah mereka. Jemmy segera mengambil teropong binocular. Seketika, Jemmy menurunkan benda itu setelah mengetahui orang-orang di dalam kapal tersebut."Shit! Rupanya mereka polisi!" Jemmy mengusap kasar wajahnya. Jelas dia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir. Jemmy lantas menatap Helena yang juga tengah menatapnya.Helena menurunkan lengan Jemmy yang menodongkan senjata ke arah superyacth di depan sana. Superyacth itu terus berlayar semakin mendekat. Helena menggeleng pelan dengan tatapan penuh permohonan."Kita harus menghabisi mereka, Honey. Aku tidak mau menyerahkan diri!" putus Jemmy.Helena kembali menggeleng. "Tidak! Jika kamu lakukan itu, kita semua akan mati!" cegahnya."Helena!" sentak Jemmy bersikeras. "Kamu tidak tahu apa-apa. Penjara tidak akan menjadi tempatku, kamu dengar? Andrian dan Gennaro tidak akan membiarkanku hidup meskipun s
"Bisa jelaskan padaku, siapa Camela Killano?" Andrian kembali menuntut.Langkahnya semakin cepat ke arah ruang tamu. Raut wajah Gennaro tampak bingung. Hal berbeda ditunjukkan oleh Helena. Dia tersenyum satu sudut sambil memilin ujung rambutnya melihat kegugupan Gennaro. Dalam hati wanita cantik itu mengumpat puas, "Mampus, Tua Bangka!"Lirikannya sinis pada Andrian. Namun, bukan Andrian namanya jika peduli akan hal itu. Andrian pun bersikap tak acuh dan duduk di sofa tunggal. Ditatapnya Helena dan Gennaro bergantian. Andrian ingin menunjukkan jika dirinya lebih pantas bersikap angkuh daripada Helena."Kenapa kalian diam? Tinggal jawab saja!" Andrian kembali mengulang. Intonasinya datar dan dingin."Andrian, sudah waktunya kamu tahu satu hal ...." Gennaro tampak mengatur kata-kata."Ya, aku harus tahu, Kek. Sepertinya kalian ada hubungan spesial, bukankah begitu, Helena?" selidik Andrian pada mantan sekretarisnya itu. "Saya heran, penjahat sepertimu bisa berkeliaran di sini. Seharusn
"Jangan membuatku penasaran, Cassanova!" Andrian sudah tidak sabar.Cassandra semakin geli dibuatnya. Dia membuka aplikasi pesan singkat, kemudian men-dial kontak seseorang. Andrian menatapnya tanpa ekspresi, lalu meraih handphone dari tangan sang istri dengan malas.Sedetik kemudian, terdengar suara seseorang yang begitu dikenalnya dari seberang sana. Andrian melirik Cassandra, lalu meraih tangan sang istri dan menciumnya lembut."Kamu tahu, kan, konsekuensi berbohong pada kami?" tanya Andrian datar, melanjutkan pembicaraan di telepon."Kamu jangan khawatir, Andrian. Aku pasti menepati janji. Pegang kata-kataku. Bukankah ini harga yang harus kubayar pada kalian?" ucap seorang perempuan sambil menatap keluar jendela.Suasana musim dingin di luar sana langsung terasa. Rintik salju turun tipis-tipis jatuh melewati jendela, seperti serpihan-serpihan kapas. Danau di belakang rumah itu tampak memutih dan beku. Senyum perempuan itu pun tersungging tipis di bibirnya yang sedikit pucat.Kini
Perempuan muda dengan pakaian biarawati itu tersenyum. Dia segera memasuki mobil mewah yang telah menunggunya. Tak berapa lama, mobil Porsche Cayenne itu pun membawanya ke apartment khusus yang sudah disiapkan oleh Andrian. Di unit apartment itu pun juga disediakan pengawal perempuan untuk memastikan dirinya baik-baik saja. Meskipun sebenarnya, unit apartment mewah itu sudah dilengkapi dengan beberapa fasilitas keamanan yang memadai. Namun, Andrian ingin memastikan semua berjalan sesuai dengan rencananya. Perempuan cantik itu mengangguk dan menatap ke penjuru ruangan."Semoga Anda suka, Nona. Tuan Muda dan Nyonya Cassandra ingin memastikan Anda nyaman di sini. Jadi, apa pun yang Anda perlukan, jangan sungkan untuk menghubungi kami!" beritahu pengawal perempuan tersebut ramah."Terima kasih, aku rasa ini lebih dari cukup. Mereka terlalu berlebihan!" jawab perempuan tersebut, lalu memasuki kamar yang memang diperuntukkan padanya.Deg-degan? Sudah pasti. Itulah yang dirasakan oleh pere