Share

Bab. 82

“Mas, kemarin habis pelukan dengan perempuan siapa?”

Bu Mutia menyerahkan kemeja kerja itu pada pak Cipto dengan netra yang berkaca, membuat pak Cipto diam membeku, kelu sesaat. Tatapannya nanar tertuju pada kemeja yang ia gunakan kemarin.

Lelaki ini pikir istrinya tak akan menemukan kemeja itu. Kemeja yang jelas tercium wangi lembut khas seorang perempuan.

"Mas!" Hardik bu mutia pelan. Dadanya terasa dihimpit batu saat melihat suaminya terdiam seolah terkejut melihat bu Mutia menemukan kemeja itu.

"A-apa maksudnya, Sayang?" Gugup pak Cipto balik bertanya berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Kamu berbohong lagi, Mas. Jelas kemejamu berbau parfum perempuan." Netra bu Mutia berkaca. Buliran bening itu menggumpal seolah tak tahan untuk tak jatuh.

"Sayang, nggak gitu." Pak Cipto mendekat ingin menggapai istrinya yang nampak terluka.

Lelaki ini telah berbohong. Sebab tak mungkin jujur. Namun kebohongannya justru bisa dibaca oleh istrinya.

"Jangan mendekat, Mas!" elak bu Mutia begitu sak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status