“Mas, kemarin habis pelukan dengan perempuan siapa?” Bu Mutia menyerahkan kemeja kerja itu pada pak Cipto dengan netra yang berkaca, membuat pak Cipto diam membeku, kelu sesaat. Tatapannya nanar tertuju pada kemeja yang ia gunakan kemarin.Lelaki ini pikir istrinya tak akan menemukan kemeja itu. Kemeja yang jelas tercium wangi lembut khas seorang perempuan."Mas!" Hardik bu mutia pelan. Dadanya terasa dihimpit batu saat melihat suaminya terdiam seolah terkejut melihat bu Mutia menemukan kemeja itu."A-apa maksudnya, Sayang?" Gugup pak Cipto balik bertanya berusaha menyembunyikan kegugupannya."Kamu berbohong lagi, Mas. Jelas kemejamu berbau parfum perempuan." Netra bu Mutia berkaca. Buliran bening itu menggumpal seolah tak tahan untuk tak jatuh."Sayang, nggak gitu." Pak Cipto mendekat ingin menggapai istrinya yang nampak terluka.Lelaki ini telah berbohong. Sebab tak mungkin jujur. Namun kebohongannya justru bisa dibaca oleh istrinya."Jangan mendekat, Mas!" elak bu Mutia begitu sak
Lili cukup terkejut saat menerima telepon dari ibunya. Tak biasanya wanitanya yang melahirkannya itu izin dulu bila akan sambang ke desa. Padahal ibunya bukan ingin menginap di rumah Lili dan Herdi, tapi beliau akan menginap di rumah nenek. Hal biasa yang ibunya lakukan di akhir pekan."Nanti ibu, datang sendiri, Li. Bawalah cucu ibu. Biar ibu ada teman," kata bu Mutia di telepon."Lho kok ibu datang sendiri?" Lili bertanya heran. Tak biasanya. Semenjak ibu dan ayahnya rujuk, kemana-mana mereka pasti berdua."Nggak apa-apa. Ayahmu masih sibuk. Sedangkan ibu, sudah kangen dengan rumah di kampung." Suara bu Mutia terdengar tenang. Tak mungkin memberitahukan tentang khilaf yang ayahnya lakukan. Meski pak Cipto tak mengaku, firasat dan bau parfum itu sudah menjadi bukti. Setidaknya, bu Mutia yakin bila mereka pasti melakukan pelukan."Apa perlu aku kasi tahu mas Herdi untuk jemput ibu? Mas Herdi akan ada pelatihan di kota selama tiga hari, Bu." "Boleh, tapi kalau suamimu sibuk, nggak us
Pak Cipto benar-benar telah memblokir nomor telepon Marina . meski bayangan memohon wanita itu kerap hadir menghantui benaknya, namun lelaki ini berusaha keras melupakan bayangan wajah itu.Wajah terluka bu Mutia benar-benar membuat pak Cipto merasa bersalah. Meski sejak kejadian itu bu Mutia terlihat enggan berdekatan dengannya, tapi setidaknya ia berhasil menggagalkan wanitanya itu pergi lagi.Cukuplah apa yang ia lakukan bersama Marina kemarin menjadi dosa terakhir. Ya, dosa yang kembali terulang. Dosa nikmat yang dulu menjerumuskan pak Cipto dalam kubangan penyesalan.Ah, mengapa Marina harus hadir kembali. Apa tak ada lelaki lain yang mendekati?. Benak pak Cipto bertanya-tanya. Marina jelas masih muda. Masih empat puluhan, masih cantik dan segar, tapi mengapa harus tergila-gila pada pak Cipto yang sudah berumur ini. Meski tak dipungkiri, pak Cipto juga masih tampan dan gagah. Tubuhnya cukup terjaga. Bahkan perut lelaki yang sudah memiliki dua cucu ini, tetap proporsional. Meski
Bukan hanya Marina yang berdiri di depan pintu yang membuatnya terkejut, tapi juga tamu yang sedang berdiri tak jauh dari anak tangga terakhir. Memandang ke arah mereka dengan tatapan nanar. Pak Cipto tak menyangka sekaligus heran mengapa bisa Marina nekat datang bersama Gery. Pak Cipto berkerut kening melihat kehadiran Marina di kantor ini. Wanita ini benar-benar nekat.Bagaimana kalau bu Mutia datang dan melihat perempuan ini ada disini.Sementara Marina juga ikut terkejut melihat Gery yang ia hindari berapa hari ini malah muncul di kantor pak Cipto."Ada perlu apa kesini?" tanya pak Cipto begitu dingin pada Marina."Mas, aku...""Selamat siang, Pak Cipto!" Gery yang melihat situasi yang cukup tegang akhirnya maju dan _menyelamatkan_ Marina."Siang, Mas Gery." Pak Cipto mengulur tangan, menjabat Gery dan mengabaikan Marina yang diam terpaku dan salah tingkah."Maaf, Pak. Saya sengaja datang dan mengajak Marina," ucap Gery sambil menatap Marina yang menunduk.Sebagai laki-laki yan
"Apa yang akan dibicarakan, Mbak Marina? Kami ingin makan siang dulu." Pak Cipto menyela cepat. Lelaki ini tak ingin kebahagiaan hari ini kembali rusak gara-gara wanita ini.Cukuplah kebahagiaan yang lalu terenggut akibat perempuan binal ini.Lelaki ini tak ingin merasakan kembali sepinya kehilangan.Hening menjeda sesaat. Tapi Gery coba mencairkan suasana dengan mengajak Marina untuk pulang."Lain kali baru kita berkunjung lagj, Sayang!" Gery berusaha membujuk Marina agar jangan lagi menjadikan suasana rumah tangga pak Cipto menjadi keruh.Bu Mutia diam memperhatikan. Perasaan wanita sabar ini juga bercelaru. Apa yang akan wanita ini ingin bicarakan. Apakah tentang berkaitan dengan parfum pada baju kerja suaminya.Sementara pak Cipto tampak pucat. Tiba-tiba saja gugup melanda hati pria ini. Bu Mutia yang ia peluk dari samping dapat merasakan ketegangan lelakinya ini.Bu Mutia semakin membenarkan curiganya berapa hari ini.Sekali lag Marina menatap wajah tenang bu Mutia. Namun ia buk
“Sebaiknya kita pisah saja, Mas!” Bu Mutia tak kuasa menahan sakit. embun yang sedari tadi menumpuk di kedua pelu[uk mata indahnya, akhirnya tumpah dan berderai tanpa bisa ia cegah.Bu Mutia terisak pilu, sementara pak Cipto mengeratkan pelukan dengan isakan yang ia tahan. Usia mereka bukan sudah tak muda, tapi mengapa cobaan masih datang terus apakah ada harta tak halal dalam rumah tangga mereka, apakah bu Mutia sebenarnya yang menjadi penghalang antara pak Cipto dan perempuan itu.Benak bu Mutia kecewa luar biasa.Apa arti perjalanan ibadah umroh yang mereka laksanakan beberapa bulan lalu, bila dosa kembali diulang oleh lelakinya ini.“Jangan, Sayang. Mas mohon ampun.” Pak Cipto terisak. Bukan hanya karna merasa bersalah telah menyakiti hati wanintanya kembali, tapi juga jarna dosa zina yang ia ulangi lagi.“Allah, ya Rabb,” lirih suara bu Mutia mengadukan semuanya pada oemilik hidup ini. harusnya di usia sekarang mereka tak lagi memikirkan nafsu duniawi. Harusnya sekarang mereka le
“SAYANG!” Pak Cipto duduk memandang wajah terpejam bu Mutia di atas brangkar rumah sakit. Seberapa brengsek lelaki ini. sengaja mengguris luka hati pada istrinya yang ternyata tengah mengandung.Kuasa Allah, bu Mutia yang sudah jarang datang bulan, ternyata dikarunia lagi kehamilan yang di usianya yang sudah tak muda. Bahkan ketika beliau sudah memiliki dua orang cucu.Pak Cipto menangis, terharu mendengar laporan dokter tentang kehamilan istrinya. juga menangis karna merasa bersalah. Kabar bahagia ini datang bersamaan dengan hadirnya kembali orang ketiga yang berhasil mengguncang rumah tangga pak Cipto dan bu Mutia.Pak Cipto tak menyangka bila wajah pucat bu Mutia dan tenaga yang tak segesit biasanya, ternyata disebabkan karna kehadiran buah cinta mereka. mungkin ini hadiah umroh yang sempat terbersit di hati pak Cipto saat menunaikan ibadah ke tanah suci sepuluh bulan yang lalu. Bukan hanya pak Cipto yang ada di rumah sakit ini, tapi juga Herdi, sang menantu. Niatnya ingin mengin
“Kamu senang sekali mempermainkan hidupku, Mas!” lirih bu Mutia, air matanya jatuh satu-satu. Keduanya sudah pulang ke rumah. Lili dan Herdi pun sudah kembali ke desa. Sebab kedua anak mereka tak bisa ditinggal lama. Lili dan Herdi berjanji akan segera menjemput ibu bila sudah bisa melakukan perjalan jauh.“Ibu telepon saja, kalau sudah mantap ingin pulang ke rumah nenek. Disana akan ada paman dan bibi yang akan menjaga ibu. Aku sama mas Herdi juga akan sering datang melihat dan dekat juga. Kami akan ada untuk ibu dan adik bayi. Ibu jangan khawatir,” pesan Lili pada ibunya.Bahkan Lili sempat memutahkan amarahnya pada ayahnya.“Mengapa ayah ingin menikahi ibu kembali kalau ayah hanya memberikan pengkhinatan pada ibu. Bila tahu ayah akan berkhianat lagi, tentu aku sudah merestui ibu dinikahi om Rasyid. Mungkin uangnya tak sebanyak ayah, tapi kata rang-orang om Rasyid setia dan benar-benar jatuh cinta pada ibu.” Ucapan Lili kemarin benar-benar membuat pak Cipto terkejut.Lelaki ini tak
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
“Mbak Yasmin, nggak ada masalah ya, rahimnya bersih, sel telurnya juga bagus, mungkin dari waktu saja, harus lebih rajin lagi bikinnya nih, biar ceoat ada dedek bayi juga. Tapi saran saya, mbak Yasmin boleh datang lagi nanti sama suami kesini, untuk kita periksa kesehatan suaminya juga.” Tutur dokter Dini dengan ramah pada kedua wanita yang sama-sama mengarapkan keturunan dihadapannya ini.“Insya Allah dokter, berikutnya saya ajak suami kesini.” ucap Yasmin, sedikit rasa lega di hatinya, sebab ia tak ada masalah sama sekali, tinggal memeriksa kesehatan Arzan nanti, bagaimanapun hasilnya nanti, mereka aka terus mengusahan pengobatan.“Untuk mbak Nurlita, tetap rajin diminum obatnya, jangan lupa kurangi karbohidrat dan makanan instan, tadi ukuran kistanya sudah semakin mengecil.” terang dokter Dini lagi, sambil menuliskan resep obat untuk keduanya.__"Enggak usah pulang aja sekalian, Mas!" Yasmin melempar jaket hitam milik Arzan kearah pria yang setengah mati dirinduinya itu. Namun
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Sebenarnya bukan cuma mama Atifa yang mengharapkan Yasmin segera hamil, namun mbak Mia dan mbak Nurlita juga demikian. Kedua kakak ipar Yasmin ini memiliki masalah pada kesburan mereka. Sebab itu mereka mengharap Yasmin yang hamil, dan mereka yang akan merawat anak-anak Yasmin.“Pokoknya kamu hamil dan melahirkan saja, mbak dan abang kamu yang akan ngurus.” Seloroh mbak Nurlita saat bercengkrama dengan Yasmin sore itu di rumah peninggalan orang tua Yasmin, sebelum di kontrakkan. Ya setelah berdiskusi dengan bang Sofyan dan mbak Nurlita, Yasmin memutuskan untuk menyewakan rumah peninggalan orang tua mereka, sebab Arzan juga langsung memboyong Yasmin ke rumahnya setelah di renovasi. Meski tak mewah, namun Yasmin merasa betah tinggal di rumah suaminya.Beberapa kali Arzan membawa Yasmin mengunjungi kantornya, penampilan Yasmin yang tinggi langsing dengan dress panjang, buat karyawan Arzan yang perempuan meminta untuk berfoto bersama Yasmin.“Ibu cantik banget.” Celetuk salah satu karyaw
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Maaf, Mbak kami duluan.” Yasmin yang mengambil alih ketegangan kecil di antara mantan ipar ini. Ia tarik lengan suaminya dengan pelan, agar kemarahan yang mulai keluar di wajah pria berhidung bangir itu, tidak berlanjut. “Ayo, Mas kita bayar baru pulang, aku sudah capek.” Bujuk Yasmin pelan, sebab tak ingin mereka jadi tontanan pengunjung yang lain.“Iya, Sayang.” Arzan berikan tatapan tajam dan amarah pada Leli yang masih berdiri seperti orang kebingungan di tempatnya. Lalu Arzan manut dengan mengikuti langkah kaki istrinya menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.Sebenarnya yang Leli tadi lakukan itu adalah, ia ingin menunjukka perasaannya pada Arzan, bukan setelah berpisah dengan kakaknya saja, perasaan suka itu timbul di hati gadis ini. Saat masih menjadi iparnya dulu pun, Leli sudah ada rasa pada Arzan, ditambah dengan perselingkuhan Shella yang leli tahu, semakin berharaplah dia bila Arzan suatu saat akan memilih dirinya sebagai pengganti kakaknya. Bahkan dulu leli sebena
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t