Bukan hanya Marina yang berdiri di depan pintu yang membuatnya terkejut, tapi juga tamu yang sedang berdiri tak jauh dari anak tangga terakhir. Memandang ke arah mereka dengan tatapan nanar. Pak Cipto tak menyangka sekaligus heran mengapa bisa Marina nekat datang bersama Gery. Pak Cipto berkerut kening melihat kehadiran Marina di kantor ini. Wanita ini benar-benar nekat.Bagaimana kalau bu Mutia datang dan melihat perempuan ini ada disini.Sementara Marina juga ikut terkejut melihat Gery yang ia hindari berapa hari ini malah muncul di kantor pak Cipto."Ada perlu apa kesini?" tanya pak Cipto begitu dingin pada Marina."Mas, aku...""Selamat siang, Pak Cipto!" Gery yang melihat situasi yang cukup tegang akhirnya maju dan _menyelamatkan_ Marina."Siang, Mas Gery." Pak Cipto mengulur tangan, menjabat Gery dan mengabaikan Marina yang diam terpaku dan salah tingkah."Maaf, Pak. Saya sengaja datang dan mengajak Marina," ucap Gery sambil menatap Marina yang menunduk.Sebagai laki-laki yan
"Apa yang akan dibicarakan, Mbak Marina? Kami ingin makan siang dulu." Pak Cipto menyela cepat. Lelaki ini tak ingin kebahagiaan hari ini kembali rusak gara-gara wanita ini.Cukuplah kebahagiaan yang lalu terenggut akibat perempuan binal ini.Lelaki ini tak ingin merasakan kembali sepinya kehilangan.Hening menjeda sesaat. Tapi Gery coba mencairkan suasana dengan mengajak Marina untuk pulang."Lain kali baru kita berkunjung lagj, Sayang!" Gery berusaha membujuk Marina agar jangan lagi menjadikan suasana rumah tangga pak Cipto menjadi keruh.Bu Mutia diam memperhatikan. Perasaan wanita sabar ini juga bercelaru. Apa yang akan wanita ini ingin bicarakan. Apakah tentang berkaitan dengan parfum pada baju kerja suaminya.Sementara pak Cipto tampak pucat. Tiba-tiba saja gugup melanda hati pria ini. Bu Mutia yang ia peluk dari samping dapat merasakan ketegangan lelakinya ini.Bu Mutia semakin membenarkan curiganya berapa hari ini.Sekali lag Marina menatap wajah tenang bu Mutia. Namun ia buk
“Sebaiknya kita pisah saja, Mas!” Bu Mutia tak kuasa menahan sakit. embun yang sedari tadi menumpuk di kedua pelu[uk mata indahnya, akhirnya tumpah dan berderai tanpa bisa ia cegah.Bu Mutia terisak pilu, sementara pak Cipto mengeratkan pelukan dengan isakan yang ia tahan. Usia mereka bukan sudah tak muda, tapi mengapa cobaan masih datang terus apakah ada harta tak halal dalam rumah tangga mereka, apakah bu Mutia sebenarnya yang menjadi penghalang antara pak Cipto dan perempuan itu.Benak bu Mutia kecewa luar biasa.Apa arti perjalanan ibadah umroh yang mereka laksanakan beberapa bulan lalu, bila dosa kembali diulang oleh lelakinya ini.“Jangan, Sayang. Mas mohon ampun.” Pak Cipto terisak. Bukan hanya karna merasa bersalah telah menyakiti hati wanintanya kembali, tapi juga jarna dosa zina yang ia ulangi lagi.“Allah, ya Rabb,” lirih suara bu Mutia mengadukan semuanya pada oemilik hidup ini. harusnya di usia sekarang mereka tak lagi memikirkan nafsu duniawi. Harusnya sekarang mereka le
“SAYANG!” Pak Cipto duduk memandang wajah terpejam bu Mutia di atas brangkar rumah sakit. Seberapa brengsek lelaki ini. sengaja mengguris luka hati pada istrinya yang ternyata tengah mengandung.Kuasa Allah, bu Mutia yang sudah jarang datang bulan, ternyata dikarunia lagi kehamilan yang di usianya yang sudah tak muda. Bahkan ketika beliau sudah memiliki dua orang cucu.Pak Cipto menangis, terharu mendengar laporan dokter tentang kehamilan istrinya. juga menangis karna merasa bersalah. Kabar bahagia ini datang bersamaan dengan hadirnya kembali orang ketiga yang berhasil mengguncang rumah tangga pak Cipto dan bu Mutia.Pak Cipto tak menyangka bila wajah pucat bu Mutia dan tenaga yang tak segesit biasanya, ternyata disebabkan karna kehadiran buah cinta mereka. mungkin ini hadiah umroh yang sempat terbersit di hati pak Cipto saat menunaikan ibadah ke tanah suci sepuluh bulan yang lalu. Bukan hanya pak Cipto yang ada di rumah sakit ini, tapi juga Herdi, sang menantu. Niatnya ingin mengin
“Kamu senang sekali mempermainkan hidupku, Mas!” lirih bu Mutia, air matanya jatuh satu-satu. Keduanya sudah pulang ke rumah. Lili dan Herdi pun sudah kembali ke desa. Sebab kedua anak mereka tak bisa ditinggal lama. Lili dan Herdi berjanji akan segera menjemput ibu bila sudah bisa melakukan perjalan jauh.“Ibu telepon saja, kalau sudah mantap ingin pulang ke rumah nenek. Disana akan ada paman dan bibi yang akan menjaga ibu. Aku sama mas Herdi juga akan sering datang melihat dan dekat juga. Kami akan ada untuk ibu dan adik bayi. Ibu jangan khawatir,” pesan Lili pada ibunya.Bahkan Lili sempat memutahkan amarahnya pada ayahnya.“Mengapa ayah ingin menikahi ibu kembali kalau ayah hanya memberikan pengkhinatan pada ibu. Bila tahu ayah akan berkhianat lagi, tentu aku sudah merestui ibu dinikahi om Rasyid. Mungkin uangnya tak sebanyak ayah, tapi kata rang-orang om Rasyid setia dan benar-benar jatuh cinta pada ibu.” Ucapan Lili kemarin benar-benar membuat pak Cipto terkejut.Lelaki ini tak
“Sampai aku mati pun aku tak akan menikahimu, Marina!” gelegar kemarahan pak Cipto pada wanita yang telah berhasil mencipta prahara dalam rumah tangganya, membuat Marina terpejam menahan sakit dan kecewa.“Aku juga cinta sama kamu, Mas. Aku nggak minta kamu ceraikan istrimu, jadikanlah aku istri keduamu.” Marina kembali memohon dengan linangan air mata.“Mengapa kau begitu terobsesi padaku, Marina? Sedangkan Gery jelas sedang menunggumu. Laki-laki itu mencintaimu.” Pak Cipto berusaha menampik perasaan ibanya pada Marina yang sedang tersedu.Sementara Marina semakin tersedu. Merasakan perihnya mencintai tapi tak diterima. Ia pikir mungkin berbagi suami itu gampang.“Aku hanya cinta sama kamu, Mas. Nggak ada yang lain,” lirih dan dalam serta penuh permohonan. Marina yang duduk pada sofa panjang hanya mampu terisak lirih. Ia tak menyangka perasaan dan pengorbanan yang ia lakukan hanya berujung sia-sia. Sementara ia juga menutup rapat hati dan pikirannya dari lelaki lain yang coba mendeka
“Jauhan sana, Mas. Jangan cium aku!” amuk Bu Mutia dengan tangis tertahan. Meski ia merindukan pelukan dan sentuhan suaminya, tapi bayangan bibir itu pernah singgah di pipi wanita yang lain membuatnya mengamuk.Namun pak Cipto yang semakin takut kehilangan istrinya juga rindu yang dua minggu tertahan ini, membuatnya enggan menjauh. Malah ia smekain meringsek naik ke pembaringan dan mengungkung istrinya.Tak ia perdulikan pukulan betubi dari bu Mutia, semakin bu Mutia menghajarnya, semakin ia tambah kecupan. Ia mengecup dimana saja, yang bisa ia kena. Wajah, bahu juga tangan yang sedari tadi meninju-ninju bahu lebarnya.“Pukullah, mas. Asal jangan tinggalin mas. Mas rela dipukulin, dihajar sama kamu tiap hari, asal kamu tetap ada di samping mas, sampai maut menjemput.” Netra pak Cipto berembun, tiba-tiba saja bayangan kematian menghampiri benaknya. Bagaimana seandainya saat dia berzina bersama wanita itu, lalu malaikat maut menjemput. Ini adalah zina. Dimana pelakunya apabila sudah m
Sesaat keduanya berpandangan dengan tubuh Alya berada dalam rengkuhan Gery. Untung saja tadi Gery refleks menyambar tubuhnya. Kalau tidak, bisa-bisa Alya akan jatuh terjerembab mencium lantai.Gugup dan berdebar luar biasa yang dirasakan oleh Alya, ini pertama kali ia bersentuhan sedekat ini dengan seorang pria. Meskipun Gery adalah calon suaminya, tapi mereka belum menikah.Sementara Gery …ada getaran berbeda yang ia rasakan dalam hatinya. Ini tak sama dengan yang ia rasa bila berdekatan dengan Marina.Rasa ini berbeda dari yang dirasakan sebelumnya.“Maaf, Mas.” Alya menggeliat melepaskan diri. Namun Gery tak melepaskan. “Mas, lepas!” hardik Alya pelan.“Eh, maaf.” Gery langsung melepaskan rengkuhannya, tapi alya yang belum siap malah terhuyung dan Gery menyambarnya lagi.“Hati-hati!” Gery tak sadar menghardik Alya yang nampak terkejut.“Ma-maaf, Mas.” Alya menunduk. Tak menyangka suara bentakan Gery membuatnya hampir menangis.Raut wajah Alya yang memang sudah sendu semakin sendu a