“Nanti ya, Nak. Fiyah anak pintar kan, nggak mau bikin bunda sama nenek susah kan.” Sawitri hapus air mata dan keringat di wajah anak itu.“Tapi Bunda janji, besok temani aku sampai sore.” Rajuk safiyah.“Insya Allah, Sayang, bunda janji.” Sahut Sawitri cepat. “Fiyah habis ini langsung bobo siang sama nenek, ya.” Ucap Sawitri pelan, sambil menurunkan Safiyah dan mendudukkanya di atas sofa warna kuning gading di ruang tamu itu.“He em.” Safiyah hanya ber he em smabil mengangguk dengan bibir mengerucut. Terlihat menggemaskan.“Ok, anak pintar kalau gitu, Bunda pulang dulu ya, sampai ketemu, besok sayang.” Sawitri melambaikan tangan saat berjalan keluar, melewati pagar rumah setinggi dua meter itu.Lambaian yang dibalas Safiyah dan neneknya.__“Assalamualaikum,” ucap Sawitri saat memasuki rumah suaminya. Nampak mas Burhan duduk di runag tengah, sibuk mengutak atik ponselnya.Belum lagi salamnya dijawab, bu Masita sudah muncul dari dapur membawa segelas air es untuk putranya. ‘Tumben Ma
Nuri terburu keluar dari apotik dua papan pil KB untuk persiapan sebulan dia rasa sudah cukup. Pil KB wajib ada di tas tangan miliknya apalagi sejak menjalin cinta dengan pria beristri seperti Burhan. Meski belum menikah, Nuri sudah memberikan segalanya pada Burhan.Sekali bertemu biasanya mereka akan melakukan hubungan suami istri dua hingga tiga kali dengan durasi yang cukup lama. Hal menyenangkan yang Nuri dapat dari pria beristri itu.Ah siapa lagi yang akan menerimanya yang sudah tak perawan ini, tak sekalipun Burhan menanyai dirinya mengapa sudah tak perawan padahal dia bukanlah seorang janda. Itu salah satu yang buat Nuri tak ingin melepaskan Burhan, untuk segera mendapat status istri.Pil KB yang ia beli barusan bukan hanya untuk jaga-jaga bila Burhan minta jatah, tapi juga karna malam ini pak Gunadi mengajaknya makan malam di luar. Makan malam yang dipastikan akan berakhir dengan mandi peluh di ranjang hotel.Ini satu rahasia Nuri yang tak boleh Burhan tahu. Sebab pekerjaann
“Fiya mau makan disuap bunda Witri, Ayah.” rengek Safiya. sebab mengingat janji Sawitri padanya dua hari yang lalu. Namun sudah dua hari ini, ibu guru kesayangannya itu tak nampak di sekolah.Rupanya Sawitri sengaja minta izin untuk menyiapkam kepindahannya dari rumah suaminya. Sawitri juga menyiapkan diri untuk memberitahukan bapaknya di desa mengenai perpisahannya dengan Burhan.Sedikit terkejut saat pak Saleh mengetahui berita perpisahan itu langsung dari mulut Sawitri. Namun sebagai orang tua, pak saleh hanya bisa pasrah, meski ada sedikit kemarahan yang beliau rasakan. Namun bila takdir jodoh putrinya hanya sampai disitu, orang tua ini hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk hidup putrinya kedepan.“Iya, nanti baru kita minta bunda Witri untuk datang suap, Fiya ya. Sekarang Fiya makan dulu biar nggak sakit.” Bujuk pak Safar pada putri kecilnya. Yang sedari kemarin merengek ingin disuap oleh Sawitri.Sudah dua hari ini juga Safiya ke sekeloah tapi yang menyambut anak-anak di gerb
Sungguh tega laki-laki bangsat ini. Tega merendahkan istrinya sendiri di depan kekasih gelapnya. Laki-laki tak sadar diri, bila Nuri juga hanya butuh status darinya. Tak sadar bila perzinahannya nanti pasti berbuah karmaCocoklah sudah, sama-sama buaya darat mereka berdua.“Mas, sedih dong.” Nuri masih memancing perasaan Burhan terhadap istrinya itu.“Mas, tidak ada sedih dengan perpisahan dari Sawitri, Sayang. Mas sedih kalau tidak dikasi jatah ini.” Tangan Burhan sudah meremas tubuh itu.“Mas, nakal.” Senang bukan main Nuri mendengar kabar perpisahan kekasihnya ini. Betul sudah, bila Nuri mampu meluluh lantakkan pernikahan Burhan yang sudah berjalan dua tahun itu, hanya dengan kehadirannya yang baru tiga bulan saja. Ah Nuri tidak perduli, yang penting setelah ini, dia kan menjadi nyonya Burhan. Untuk selanjutnya kemudian nantilah dipikir. Bila menikah dengan pria ini gampang, pasti berpisah dari Burhan juga nanti gampang.Biarlah mereka saling memuaskan dengan pernikahan semu, yang
Tadi Sawitri menyuapi Shafiya di depan TV, sambil mengobrol dengan bu Sukma.“Makan dulu Far, bundanya Fiya, sudah masak banyak.” ucapan bu Sukma, seolah mengandung makna tersirat, dengan mengatakan Sawitri sebagai bundanya Fiya.“Iya, Bu. Wah makasih Bu witri, sudah repot-repot datang mengurus Fiya.”“Tak apa, Pak. Sama-sama.”“Ibu yang panggil bunda Witri tadi kesini, mudah-mudahan bisa betah disini.” Cetus bu Sukma lagi. Meninggalkan rasa yang entah apa namanya di hati putranya.Segera saja Safar berlalu ke kamar mandi, mencuci kaki dan tangannya untuk kemudian menyantap makan siang yang sudah Sawitri masak siang ini.“Ayo Fiya makan, lagi. Dua sendok lagi sayang.” Bujuk Sawitri, sambil mengarahkan sendok pada Fiya yang tampak sudah kenyang.Safar yang melihat putrinya enggan menerima suapan itu, ikut menegur putrinya. “Ayo kakak Fiya, makan dulu. Dihabiskan makanannya, Nak. Bunda sudah repot-repot datang urusin Fiya, jadi kakak Fiya harus nurut.” Pinta Safar sambil mendekati putri
Waktu berjalan begitu pantas dan layak bagi Sawitri dan Burhan. Setiap dari mereka sudah memilih jalan hidupnya masing-masing. Mulai kemarin dan mungkin seterusnya, keduanya buka lagi suami istri yang halal untuk bersentuhan.Sawitri memilih menepi dan menjauh dari kehidupan yang dulu menyakitinya. Diam-diam berusaha membangun kebahagiannya sendiri dan mengejar cita-cita yang menjadi mimpinya selama ini. Tak ada lagi air mata, meski sesekali bayangan menyakitkan itu datang menghampiri. Diduakan di depan mata, tentu sakit yang tak terkira bagi wanita yang sudah berkeluarga.Dua hari yang lalu adalah sidang perceraian antara Sawitri dan Burhan. Ketukan palu sungguh melegakan keduanya. Bagi Sawitri, Ketukan palu itu menandakan kebahagiannya sebab terlepas dari mertua yang nyinyir bin jahat dan terlepas dari suami yang menduakannya. Selama ini Sawitri memendam sedih dan amarahnya dalam diamnya.Sementara bagi Burhan, ketukan palu kemarin menandakan bila ia akan segera menjemput kebahagiaa
“Baik, Pak Burhan. Kita kembali ke topik kerja ya, melihat prestasi penjualan pak Burhan yang cukup anjlok, maka sesuai perjanjian kerja, karyawan yang mengalami penurunan penjualan, maka kan diberi sanksi berupa teguran. Dalam amplop ini ada surat teguras resmi yang sudah ditandatangani secara elektroni oleh pak Direktur. Kami harap surat teguran pertama ini menjadi motivasi pak Burhan untuk memperbaiki performa kerja ke depannya.” Jelas pak soni, pada Burhan, yang duduk terdiam.Entah harus berkata apa Burhan sekarang, hadiah yang ia bayangkan tadi, ternyata adalah surat teguran untuk dirinya. Memang selama menjalin hubungan gelap dengan Nuri, waktunya banyak dihabiskan di hotel bersama wanita itu. Bahkan ponsel kadang ia matikan, sebab acara main kuda-kudaan dengan Nuri tak ingin di ganggu. Akhh ada-ada saja, ia berjanji dalam hati bulan depan haruslah mencapai target. Sebab ia akan segera menikahi Nuri, tentu harus ada uang pegangan juga. Meski transit hotel, kebanyaka Nuri
“Ok bu-ibu ingat ya, besok kita kumpul di sekolah ini, sesuai jam di undangan, kita sama-sama bu Sawitri hadiri undangan pernikahan siri mantan suami bu Sawitri ya, oke?” kali ini bu Fitria yang maju sebab tak bisa menahan geram lama-lama. Sementara di belakang mereka ibu-ibu wali murid dan bu Sari serta bu Marmi berbisik-bisik membicarakan kelakuan bu Masita pada Sawitri dan kelakuan putranya itu. Bu Masita pikir tak ada yang tahu tentang kelakuan putranya yang kerap keluar masuk hotel bersama gundiknya itu. Banyak mata yang sudah melihat, termasuk rekan-rekan guru Sawitri, saat Burhan dan Sawitri masih menjadi suami istri.Semuanya menahan geram dan jengkel melihat kelakuan bu Masita di depan sana. Bu Sukma yang melihat dari depan ruang kelas Shafiya, sungguh merasa iba melihat Sawitri diperlakukan demikian. Sengaja mengundang dengan cara tak pantas di depan anak-anak TK yang baru akan pulang. Mudah-mudahan Shafiya tidak memperhatikan kelakuan bu Masita ini.Padahal hanya pernikahan
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
“Mbak Yasmin, nggak ada masalah ya, rahimnya bersih, sel telurnya juga bagus, mungkin dari waktu saja, harus lebih rajin lagi bikinnya nih, biar ceoat ada dedek bayi juga. Tapi saran saya, mbak Yasmin boleh datang lagi nanti sama suami kesini, untuk kita periksa kesehatan suaminya juga.” Tutur dokter Dini dengan ramah pada kedua wanita yang sama-sama mengarapkan keturunan dihadapannya ini.“Insya Allah dokter, berikutnya saya ajak suami kesini.” ucap Yasmin, sedikit rasa lega di hatinya, sebab ia tak ada masalah sama sekali, tinggal memeriksa kesehatan Arzan nanti, bagaimanapun hasilnya nanti, mereka aka terus mengusahan pengobatan.“Untuk mbak Nurlita, tetap rajin diminum obatnya, jangan lupa kurangi karbohidrat dan makanan instan, tadi ukuran kistanya sudah semakin mengecil.” terang dokter Dini lagi, sambil menuliskan resep obat untuk keduanya.__"Enggak usah pulang aja sekalian, Mas!" Yasmin melempar jaket hitam milik Arzan kearah pria yang setengah mati dirinduinya itu. Namun
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Sebenarnya bukan cuma mama Atifa yang mengharapkan Yasmin segera hamil, namun mbak Mia dan mbak Nurlita juga demikian. Kedua kakak ipar Yasmin ini memiliki masalah pada kesburan mereka. Sebab itu mereka mengharap Yasmin yang hamil, dan mereka yang akan merawat anak-anak Yasmin.“Pokoknya kamu hamil dan melahirkan saja, mbak dan abang kamu yang akan ngurus.” Seloroh mbak Nurlita saat bercengkrama dengan Yasmin sore itu di rumah peninggalan orang tua Yasmin, sebelum di kontrakkan. Ya setelah berdiskusi dengan bang Sofyan dan mbak Nurlita, Yasmin memutuskan untuk menyewakan rumah peninggalan orang tua mereka, sebab Arzan juga langsung memboyong Yasmin ke rumahnya setelah di renovasi. Meski tak mewah, namun Yasmin merasa betah tinggal di rumah suaminya.Beberapa kali Arzan membawa Yasmin mengunjungi kantornya, penampilan Yasmin yang tinggi langsing dengan dress panjang, buat karyawan Arzan yang perempuan meminta untuk berfoto bersama Yasmin.“Ibu cantik banget.” Celetuk salah satu karyaw
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Maaf, Mbak kami duluan.” Yasmin yang mengambil alih ketegangan kecil di antara mantan ipar ini. Ia tarik lengan suaminya dengan pelan, agar kemarahan yang mulai keluar di wajah pria berhidung bangir itu, tidak berlanjut. “Ayo, Mas kita bayar baru pulang, aku sudah capek.” Bujuk Yasmin pelan, sebab tak ingin mereka jadi tontanan pengunjung yang lain.“Iya, Sayang.” Arzan berikan tatapan tajam dan amarah pada Leli yang masih berdiri seperti orang kebingungan di tempatnya. Lalu Arzan manut dengan mengikuti langkah kaki istrinya menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.Sebenarnya yang Leli tadi lakukan itu adalah, ia ingin menunjukka perasaannya pada Arzan, bukan setelah berpisah dengan kakaknya saja, perasaan suka itu timbul di hati gadis ini. Saat masih menjadi iparnya dulu pun, Leli sudah ada rasa pada Arzan, ditambah dengan perselingkuhan Shella yang leli tahu, semakin berharaplah dia bila Arzan suatu saat akan memilih dirinya sebagai pengganti kakaknya. Bahkan dulu leli sebena
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t