“Baik, Pak Burhan. Kita kembali ke topik kerja ya, melihat prestasi penjualan pak Burhan yang cukup anjlok, maka sesuai perjanjian kerja, karyawan yang mengalami penurunan penjualan, maka kan diberi sanksi berupa teguran. Dalam amplop ini ada surat teguras resmi yang sudah ditandatangani secara elektroni oleh pak Direktur. Kami harap surat teguran pertama ini menjadi motivasi pak Burhan untuk memperbaiki performa kerja ke depannya.” Jelas pak soni, pada Burhan, yang duduk terdiam.Entah harus berkata apa Burhan sekarang, hadiah yang ia bayangkan tadi, ternyata adalah surat teguran untuk dirinya. Memang selama menjalin hubungan gelap dengan Nuri, waktunya banyak dihabiskan di hotel bersama wanita itu. Bahkan ponsel kadang ia matikan, sebab acara main kuda-kudaan dengan Nuri tak ingin di ganggu. Akhh ada-ada saja, ia berjanji dalam hati bulan depan haruslah mencapai target. Sebab ia akan segera menikahi Nuri, tentu harus ada uang pegangan juga. Meski transit hotel, kebanyaka Nuri
“Ok bu-ibu ingat ya, besok kita kumpul di sekolah ini, sesuai jam di undangan, kita sama-sama bu Sawitri hadiri undangan pernikahan siri mantan suami bu Sawitri ya, oke?” kali ini bu Fitria yang maju sebab tak bisa menahan geram lama-lama. Sementara di belakang mereka ibu-ibu wali murid dan bu Sari serta bu Marmi berbisik-bisik membicarakan kelakuan bu Masita pada Sawitri dan kelakuan putranya itu. Bu Masita pikir tak ada yang tahu tentang kelakuan putranya yang kerap keluar masuk hotel bersama gundiknya itu. Banyak mata yang sudah melihat, termasuk rekan-rekan guru Sawitri, saat Burhan dan Sawitri masih menjadi suami istri.Semuanya menahan geram dan jengkel melihat kelakuan bu Masita di depan sana. Bu Sukma yang melihat dari depan ruang kelas Shafiya, sungguh merasa iba melihat Sawitri diperlakukan demikian. Sengaja mengundang dengan cara tak pantas di depan anak-anak TK yang baru akan pulang. Mudah-mudahan Shafiya tidak memperhatikan kelakuan bu Masita ini.Padahal hanya pernikahan
Saat bu Masita nekat menghampiri Sawitri. Terlihat mobil hitam berhenti di depan tenda dan menurunkan tiga orang ibu-ibu dengan badan gempal, tangan ada perhiasan, pakain yang mereka gunakan celana jeans dan blouse hitam.‘Mungkin teman Nuri,’ pikir bu Masita, namun sedikit heran saat bu Masita menyambut dan memberi senyum, ketiga tamu itu terlihat mendengus dan berlalu dengan tatapan tajam ke arah Nuri.Sementara Nuri diatas sana sudah berkeringat dingin, sambil berdo’a mudah-mudahan ketiga wanita ini tak mempermalukannya sebab, Nuri tahu siapa mereka ini.__Ketiga wanita tinggi besar itu adalah kawan pak Gunadi. "Mengapa mereka bisa datang kesini?" Gumam Nuri cemas.Sementara dibawah sana, tamu-tamu yang kebanyakan rombongan Sawitri sibuk berkasak kusuk sambil menyantap hidangan, bahkan mereka berniat mengumpulkan amplop dan memberikan satu kali pada bu Masita."Biar kita jangan dikira makan gratis." ucap bu Diana sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat kepanasan dan ker
Nuri hanya mampu tertunduk menangis menahan malu. Pesta pernikahan yang ia banggakan akan mampu menarik hati bu Masita, malah menjadi malapetaka untuk ketiganya.Aisyah yang memang tak terlalu setuju kakaknya itu menikahi Nuri, tak mampu berkata-kata, tadi dia hanya membantu Nuri mengganti baju. Beberapa hari ini juga Aisyah terlihat sibuk, ia akan berangkat sepagi mungkin dan akan pulang setelah hampir magrib. Bila ibunya bertanya alasannya terlambat, ia akan jawab, banyak tugas sekolah.Aisyah tak jujur dan mungkin masih takut jujur. Sebenarnya Aisyah sedang dalam masalah.Burhan yang biasanya tak tahan untuk tidak menyentuh Nuri, sekarang malah terlihat menjauh, bahkan untuk memandang wajah Nuri saja, Burhan terlihat enggan.Bayangan Nuri dan ketiga laki-laki di video itu, berputar-putar memenuhi benaknya. Rasa amarah dan kecewa bercampur jadi satu. Ternyata saat Nuri beralasan tak bisa diganggu karna sibuk bekerja, sebabnya karna Nuri sedang sibuk melayani laki-laki hidung belang.
Flasback Nuri dan pak Gunadi“Lepaskan saya, Pak. Biar saya obati di rumah.” Ucap Nuri, sambil terisak.Sementara pak gunadi yang memang memiliki perasaan pada Nuri ini, masih enggan melepaskannya. Ia sengaja membawa Nuri kesini agar dirinya bisa mengobati dan merawat Nuri secara langsung.Tak tega juga rasanya ia melihat keadaan Nuri seperti ini. Pak Gunadi tak menyangka, pak Daren memiliki kelainan seksual seperti ini. Ia pikir pak Daren hanya memanfaatkan tubuh Nuri saja, seperti rekannya yang lain. Namun apa yang Nuri cerita dan fakta yang ia lihat, buat pak Gunadi menjadi geram pada rekannya yang lebih muda tiga tahun dibawahnya. Ia akan menegur dan buat perhitungan pada rekannya itu.“Kamu mau kita laporkan perbuatan pak Daren padamu?” tanya pak Gunadi sambil mengusap air mata di pipi Nuri.Nuri bukannya tak tahu, bila pak Gunadi masih memiliki perasaan padanya, namun Nuri yang kadung jatuh cinta berat pada Burhan tak menanggapi perasaan bosnya itu, meski dulu pernah menjalin ci
Angin malam bertiup pelan, menggerakkan daun-daun kering di ranting yang kecil. Terdengar bunyi gesekan dan gemerisik daun, menambah suasana malam semakin dingin. Cahaya rembulan yang mengintip dibalik awan yang bergumpal, semakin membuat cahaya malam semakin kelam.Lampu ruang tamu baru saja Sawitri matikan, sebab netranya sudah dirudung kantuk. Namun baru saja akan menarik selimut tipis pemberian bu Fitria, terdengar bunyi ponsel di aplikasi hijaunya.Terdapat voice note dari nomor yang tak dikenal. Pelan Sawitri teliti nomor itu, sebelum membuka pesan itu dan mendengar .Rupanya suara Shafiya yang mengirim pesan, mengucap selamat tidur dan meminta kehadiran kembali Sawitri di rumahnya. Sawitri tahu ini pasti nomor ayahnya. Terlihat di foto profil whatsapp itu, pak Safar nampak tersenyum bersama Shafiya ke arah kamera.Sawitri memilih tak membalas, sebab rasa kantuk sudah benar-benar menyerangnya, esok pagi adalah hari dimana ia akan menyambut kebahagiaanya yang lain.Semua berkas
Nuri baru saja akan pulang, saat pak Gunadi mencekal lengannya di dekat pantry kantor yang sudah sepi.“Mau apa, Pak?” tanya Nuri pura-pura tak tahu.“Mau, Kamu.” Suara serak pak Gunadi buat Nuri mengikuti langkah bosnya itu dengan senyum tipis bahagia.__Rupanya Nuri dan pak Gunadi kembali berhubungan setelah kejadian hari itu.Dan lagian Burhan bagai suami yang tak ada gunanya. Ada sebulan Nuri berusaha meminta maaf dan merayu Burhan agar menyentuhnya lagi, namun nampak pria itu sudah enggan.Maksud Nuri, kalau memang tak bisa menerima masa lalu Nuri yang kotor, lebih baik cerai saja. Nuri bukan perempuan yang pasrah menerima keadaan, buktinya ia rela jual diri agar orang tuanya di kampung tak di penjara sebab utang judi yang menggunung. Meskipun itu cara yang salah. Nuri bisa nekat melakukan apapun bila itu tak sesuai kehendaknya.Nuri pun sudah mengganti panggilannya pada pak Gunadi dengan panggilan, Mas. sebab begitu permintaan pria yang sudah resmi jadi kekasihnya.“Kapan kau
Burhan meremas rambutnya yang sudah berantakan, ia sudah tiba di rumah sebelum pukul enam sore. Hal yang jarang ia lakukan, sebisa mungkin ia pulang diatas jam delapan malam, agar ia tak bertemu Nuri, cukup melihatnya di pagi hari saja. Burhan tak menyadari bila Nuri juga sedang menghindarinya.Namun kepulangannya kali ini, bukan karna ia sengaja, melainkan sebab pesan yang dikirim ibunya satu jam yang lalu.Terlihat bu Masita terduduk di teras dengan air mata yang berderai, dan suara tangisan yang seperti anak kecil kehilangan mainan kesayangannya.Bu Masita baru saja mendapat kabar jika Aisyah mengalami pendarahan hebat di rumah sakit, sebab ia berusaha mengggugurkan kandungannya yang berusia dua bulan.Tadi di klinik, jaringan bakal calon anak Aisyah sudah berhasil dikeluarkan, namun pendarahan tak dapat dihentikan, maka Dion cepat-cepat diminta oleh kawan yang menemani mereka untuk membawa Aisyah ke rumah sakit yang lebih lengkap. Dion berasalan saja jika Aisyah adalah istrinya d
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
“Mbak Yasmin, nggak ada masalah ya, rahimnya bersih, sel telurnya juga bagus, mungkin dari waktu saja, harus lebih rajin lagi bikinnya nih, biar ceoat ada dedek bayi juga. Tapi saran saya, mbak Yasmin boleh datang lagi nanti sama suami kesini, untuk kita periksa kesehatan suaminya juga.” Tutur dokter Dini dengan ramah pada kedua wanita yang sama-sama mengarapkan keturunan dihadapannya ini.“Insya Allah dokter, berikutnya saya ajak suami kesini.” ucap Yasmin, sedikit rasa lega di hatinya, sebab ia tak ada masalah sama sekali, tinggal memeriksa kesehatan Arzan nanti, bagaimanapun hasilnya nanti, mereka aka terus mengusahan pengobatan.“Untuk mbak Nurlita, tetap rajin diminum obatnya, jangan lupa kurangi karbohidrat dan makanan instan, tadi ukuran kistanya sudah semakin mengecil.” terang dokter Dini lagi, sambil menuliskan resep obat untuk keduanya.__"Enggak usah pulang aja sekalian, Mas!" Yasmin melempar jaket hitam milik Arzan kearah pria yang setengah mati dirinduinya itu. Namun
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Sebenarnya bukan cuma mama Atifa yang mengharapkan Yasmin segera hamil, namun mbak Mia dan mbak Nurlita juga demikian. Kedua kakak ipar Yasmin ini memiliki masalah pada kesburan mereka. Sebab itu mereka mengharap Yasmin yang hamil, dan mereka yang akan merawat anak-anak Yasmin.“Pokoknya kamu hamil dan melahirkan saja, mbak dan abang kamu yang akan ngurus.” Seloroh mbak Nurlita saat bercengkrama dengan Yasmin sore itu di rumah peninggalan orang tua Yasmin, sebelum di kontrakkan. Ya setelah berdiskusi dengan bang Sofyan dan mbak Nurlita, Yasmin memutuskan untuk menyewakan rumah peninggalan orang tua mereka, sebab Arzan juga langsung memboyong Yasmin ke rumahnya setelah di renovasi. Meski tak mewah, namun Yasmin merasa betah tinggal di rumah suaminya.Beberapa kali Arzan membawa Yasmin mengunjungi kantornya, penampilan Yasmin yang tinggi langsing dengan dress panjang, buat karyawan Arzan yang perempuan meminta untuk berfoto bersama Yasmin.“Ibu cantik banget.” Celetuk salah satu karyaw
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Maaf, Mbak kami duluan.” Yasmin yang mengambil alih ketegangan kecil di antara mantan ipar ini. Ia tarik lengan suaminya dengan pelan, agar kemarahan yang mulai keluar di wajah pria berhidung bangir itu, tidak berlanjut. “Ayo, Mas kita bayar baru pulang, aku sudah capek.” Bujuk Yasmin pelan, sebab tak ingin mereka jadi tontanan pengunjung yang lain.“Iya, Sayang.” Arzan berikan tatapan tajam dan amarah pada Leli yang masih berdiri seperti orang kebingungan di tempatnya. Lalu Arzan manut dengan mengikuti langkah kaki istrinya menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.Sebenarnya yang Leli tadi lakukan itu adalah, ia ingin menunjukka perasaannya pada Arzan, bukan setelah berpisah dengan kakaknya saja, perasaan suka itu timbul di hati gadis ini. Saat masih menjadi iparnya dulu pun, Leli sudah ada rasa pada Arzan, ditambah dengan perselingkuhan Shella yang leli tahu, semakin berharaplah dia bila Arzan suatu saat akan memilih dirinya sebagai pengganti kakaknya. Bahkan dulu leli sebena
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t