Flasback Nuri dan pak Gunadi“Lepaskan saya, Pak. Biar saya obati di rumah.” Ucap Nuri, sambil terisak.Sementara pak gunadi yang memang memiliki perasaan pada Nuri ini, masih enggan melepaskannya. Ia sengaja membawa Nuri kesini agar dirinya bisa mengobati dan merawat Nuri secara langsung.Tak tega juga rasanya ia melihat keadaan Nuri seperti ini. Pak Gunadi tak menyangka, pak Daren memiliki kelainan seksual seperti ini. Ia pikir pak Daren hanya memanfaatkan tubuh Nuri saja, seperti rekannya yang lain. Namun apa yang Nuri cerita dan fakta yang ia lihat, buat pak Gunadi menjadi geram pada rekannya yang lebih muda tiga tahun dibawahnya. Ia akan menegur dan buat perhitungan pada rekannya itu.“Kamu mau kita laporkan perbuatan pak Daren padamu?” tanya pak Gunadi sambil mengusap air mata di pipi Nuri.Nuri bukannya tak tahu, bila pak Gunadi masih memiliki perasaan padanya, namun Nuri yang kadung jatuh cinta berat pada Burhan tak menanggapi perasaan bosnya itu, meski dulu pernah menjalin ci
Angin malam bertiup pelan, menggerakkan daun-daun kering di ranting yang kecil. Terdengar bunyi gesekan dan gemerisik daun, menambah suasana malam semakin dingin. Cahaya rembulan yang mengintip dibalik awan yang bergumpal, semakin membuat cahaya malam semakin kelam.Lampu ruang tamu baru saja Sawitri matikan, sebab netranya sudah dirudung kantuk. Namun baru saja akan menarik selimut tipis pemberian bu Fitria, terdengar bunyi ponsel di aplikasi hijaunya.Terdapat voice note dari nomor yang tak dikenal. Pelan Sawitri teliti nomor itu, sebelum membuka pesan itu dan mendengar .Rupanya suara Shafiya yang mengirim pesan, mengucap selamat tidur dan meminta kehadiran kembali Sawitri di rumahnya. Sawitri tahu ini pasti nomor ayahnya. Terlihat di foto profil whatsapp itu, pak Safar nampak tersenyum bersama Shafiya ke arah kamera.Sawitri memilih tak membalas, sebab rasa kantuk sudah benar-benar menyerangnya, esok pagi adalah hari dimana ia akan menyambut kebahagiaanya yang lain.Semua berkas
Nuri baru saja akan pulang, saat pak Gunadi mencekal lengannya di dekat pantry kantor yang sudah sepi.“Mau apa, Pak?” tanya Nuri pura-pura tak tahu.“Mau, Kamu.” Suara serak pak Gunadi buat Nuri mengikuti langkah bosnya itu dengan senyum tipis bahagia.__Rupanya Nuri dan pak Gunadi kembali berhubungan setelah kejadian hari itu.Dan lagian Burhan bagai suami yang tak ada gunanya. Ada sebulan Nuri berusaha meminta maaf dan merayu Burhan agar menyentuhnya lagi, namun nampak pria itu sudah enggan.Maksud Nuri, kalau memang tak bisa menerima masa lalu Nuri yang kotor, lebih baik cerai saja. Nuri bukan perempuan yang pasrah menerima keadaan, buktinya ia rela jual diri agar orang tuanya di kampung tak di penjara sebab utang judi yang menggunung. Meskipun itu cara yang salah. Nuri bisa nekat melakukan apapun bila itu tak sesuai kehendaknya.Nuri pun sudah mengganti panggilannya pada pak Gunadi dengan panggilan, Mas. sebab begitu permintaan pria yang sudah resmi jadi kekasihnya.“Kapan kau
Burhan meremas rambutnya yang sudah berantakan, ia sudah tiba di rumah sebelum pukul enam sore. Hal yang jarang ia lakukan, sebisa mungkin ia pulang diatas jam delapan malam, agar ia tak bertemu Nuri, cukup melihatnya di pagi hari saja. Burhan tak menyadari bila Nuri juga sedang menghindarinya.Namun kepulangannya kali ini, bukan karna ia sengaja, melainkan sebab pesan yang dikirim ibunya satu jam yang lalu.Terlihat bu Masita terduduk di teras dengan air mata yang berderai, dan suara tangisan yang seperti anak kecil kehilangan mainan kesayangannya.Bu Masita baru saja mendapat kabar jika Aisyah mengalami pendarahan hebat di rumah sakit, sebab ia berusaha mengggugurkan kandungannya yang berusia dua bulan.Tadi di klinik, jaringan bakal calon anak Aisyah sudah berhasil dikeluarkan, namun pendarahan tak dapat dihentikan, maka Dion cepat-cepat diminta oleh kawan yang menemani mereka untuk membawa Aisyah ke rumah sakit yang lebih lengkap. Dion berasalan saja jika Aisyah adalah istrinya d
Sawitri menyambut baik niat ayahnya yang ingin menikahi bude Winarti. Sebenarnya Sawitri sudah pernah meminta ayahnya untuk menikah lagi, sebab kasihan melihat ayahnya harus mengurus dirinya sorang diri, belum lagi bila sedang musim panen, sibuk dan lelah pak Saleh, tanpa ada istri atau sanak saudara yang membantu pekerjaan rumah tangga. Bila dulu Sawitri belum menikah, maka dirinyalah yang mengurus segala kebutuhan rumah tangga, namun selain menikah Sawitri juga punya cita-cita menjadi seorang guru, tentu walaupun tak menikah, Sawitri harus ke luar rumah, seba ia di terima di TK sekarang tempatnya mengjar. Jarak rumah ayahnya di desa dan sekolah tempat Sawitri mengajar, bisa dua sampai tiga jam dengan kendaraan bermotor, namun tentu tetap merasa lelah bila harus bolak bali tiap hari. “Alhamdulillah, saya senang mendengar Bapak dan Ibu akan menikah,” Sawitri sudah memanggil bude Winarti dengan panggilan ibu. Bude Winarti ini sebenarnya masih kerabat jauh ibunya Sawitri, janda tanpa an
Sawitri mengeluarkan buah dan kue kering yang tadi dibawa dari desa. Ia tiba di rumah tadi pukul sebelas siang. Setelah beristirahat sebentar, ia langsung membersihkan rumah dan segera mengirim pesan pada bu Sukma jika dirinya sudah sampai di kota.Tak disangka oleh Sawitri, sebab bu Sukam bersama putra dan cucunya datang berkunjung sore ini. Bahkan Shafiya yang semalam demam, tak ingin turun dari pangkuan Sawitri.Mereka duduk di ruang tamu rumah sederhana itu, beralaskan karpet malaysia yang lumayan empuk. Sawitri beli saat pertama kali pindah di rumah ini.Tak ada yang tahu bila Sawitri dulu saat menjadi istri Burhan selama dua tahun, ia ada menyimpan uang di celengan. Saat keluar dari rumah mantan suaminya, celengan itu yang Sawitri ingat untuk ia bawa setelah ijazahnya.Syukur alhamdulillah, sehari setelah pengumuman hasil tes CPNS, Sawitri buka dan hitung celenagnnya selama dua tahun ini, meski isinya kebanyakan pecahan dua puluh dan lima puluh, namun isinya hampir sampai delapa
Nuri dan pak Gunadi telah melangsungkan pernikahan. setelah keduanya pulang dan menyambangi desa orang tua angkat Nuri. Tentu saja Anita tak mempersulit proses cerai dirinya dan pak Gunadi, sebab Anita juga tak sabar menikah dan bersatu dengan ayah dari anak-anaknya. Rumit sekali percintaan orang kaya ini. Rasa haru meliputi mereka saat itu, sebab ternyata Nuri ini, orang tua kandungnya telah meninggal dalam sebuah kecelakaan, suami istri yang menolong dirinya juga bukanlah orang berada, namun warga miskin yang harus bekerja siang malam halal dan haram agar Nuri dan anak laki-laki mereka yang masih bayi saat itu tetap bisa makan. Nuri tersedu hebat di pelukan pak Gunadi saat mendengar kisah hidupnya. Bahkan kedua orang tua angkatnya juga meminta maaf pada Nuri, sebab kesannya selama ini mereka memanfaatkan Nuri saja dengan meminta uang secara berlebihan. Sebab utang yang menggunung pada rentenir dan utang judi yang ayahnya lakukan. Dari hasil judi biasanya pak Gustan gunakan untuk b
Sawitri sedikit enggan menyapa, maksudnya, Sawitri sebenarnya sudah tak mau bertemu muka dengan keluarga mantan suaminya, bila harus berpapasan, maka Sawitri akan menghindar, memilih jalan yang lain.Lalu sore ini, tiba-tiba saja mantan mertuanya itu datang dan sudah berdiri di hadapannya.“Oh, ada apa ya, Bu?” tanya Sawitri tanpa mempersilahkan bu Masita masuk.Bu Masita yang masih berdiri di depan rumah guru sederhana itu, mengedarkan pandangan matanya di tembok rumah bercat putih itu. Ia melihat Sawitri sebuah potret dengan senyum bahagia Sawitri dengan pak Saleh yang duduk di kursi. Terlihat di foto itu Sawitri sudah mengenakan baju kheki, seragam PNS. Ada lagi foto dengan rekan-rekan yang memakai baju serupa, bahkan ada foto sebesar lima R, foto Sawitri dan Shafiya. Bu Masita juga mengenal anak ini. Cucunya bu Sukma. Belum lagi dua karung beras Bulog ukuran 50 kg masih utuh Sawitri sandarkan pada pojok sebelah kiri dinding rumahnya, buat mata bu Masita nyaris terbelalak. Sawitri