Burhan meremas rambutnya yang sudah berantakan, ia sudah tiba di rumah sebelum pukul enam sore. Hal yang jarang ia lakukan, sebisa mungkin ia pulang diatas jam delapan malam, agar ia tak bertemu Nuri, cukup melihatnya di pagi hari saja. Burhan tak menyadari bila Nuri juga sedang menghindarinya.Namun kepulangannya kali ini, bukan karna ia sengaja, melainkan sebab pesan yang dikirim ibunya satu jam yang lalu.Terlihat bu Masita terduduk di teras dengan air mata yang berderai, dan suara tangisan yang seperti anak kecil kehilangan mainan kesayangannya.Bu Masita baru saja mendapat kabar jika Aisyah mengalami pendarahan hebat di rumah sakit, sebab ia berusaha mengggugurkan kandungannya yang berusia dua bulan.Tadi di klinik, jaringan bakal calon anak Aisyah sudah berhasil dikeluarkan, namun pendarahan tak dapat dihentikan, maka Dion cepat-cepat diminta oleh kawan yang menemani mereka untuk membawa Aisyah ke rumah sakit yang lebih lengkap. Dion berasalan saja jika Aisyah adalah istrinya d
Sawitri menyambut baik niat ayahnya yang ingin menikahi bude Winarti. Sebenarnya Sawitri sudah pernah meminta ayahnya untuk menikah lagi, sebab kasihan melihat ayahnya harus mengurus dirinya sorang diri, belum lagi bila sedang musim panen, sibuk dan lelah pak Saleh, tanpa ada istri atau sanak saudara yang membantu pekerjaan rumah tangga. Bila dulu Sawitri belum menikah, maka dirinyalah yang mengurus segala kebutuhan rumah tangga, namun selain menikah Sawitri juga punya cita-cita menjadi seorang guru, tentu walaupun tak menikah, Sawitri harus ke luar rumah, seba ia di terima di TK sekarang tempatnya mengjar. Jarak rumah ayahnya di desa dan sekolah tempat Sawitri mengajar, bisa dua sampai tiga jam dengan kendaraan bermotor, namun tentu tetap merasa lelah bila harus bolak bali tiap hari. “Alhamdulillah, saya senang mendengar Bapak dan Ibu akan menikah,” Sawitri sudah memanggil bude Winarti dengan panggilan ibu. Bude Winarti ini sebenarnya masih kerabat jauh ibunya Sawitri, janda tanpa an
Sawitri mengeluarkan buah dan kue kering yang tadi dibawa dari desa. Ia tiba di rumah tadi pukul sebelas siang. Setelah beristirahat sebentar, ia langsung membersihkan rumah dan segera mengirim pesan pada bu Sukma jika dirinya sudah sampai di kota.Tak disangka oleh Sawitri, sebab bu Sukam bersama putra dan cucunya datang berkunjung sore ini. Bahkan Shafiya yang semalam demam, tak ingin turun dari pangkuan Sawitri.Mereka duduk di ruang tamu rumah sederhana itu, beralaskan karpet malaysia yang lumayan empuk. Sawitri beli saat pertama kali pindah di rumah ini.Tak ada yang tahu bila Sawitri dulu saat menjadi istri Burhan selama dua tahun, ia ada menyimpan uang di celengan. Saat keluar dari rumah mantan suaminya, celengan itu yang Sawitri ingat untuk ia bawa setelah ijazahnya.Syukur alhamdulillah, sehari setelah pengumuman hasil tes CPNS, Sawitri buka dan hitung celenagnnya selama dua tahun ini, meski isinya kebanyakan pecahan dua puluh dan lima puluh, namun isinya hampir sampai delapa
Nuri dan pak Gunadi telah melangsungkan pernikahan. setelah keduanya pulang dan menyambangi desa orang tua angkat Nuri. Tentu saja Anita tak mempersulit proses cerai dirinya dan pak Gunadi, sebab Anita juga tak sabar menikah dan bersatu dengan ayah dari anak-anaknya. Rumit sekali percintaan orang kaya ini. Rasa haru meliputi mereka saat itu, sebab ternyata Nuri ini, orang tua kandungnya telah meninggal dalam sebuah kecelakaan, suami istri yang menolong dirinya juga bukanlah orang berada, namun warga miskin yang harus bekerja siang malam halal dan haram agar Nuri dan anak laki-laki mereka yang masih bayi saat itu tetap bisa makan. Nuri tersedu hebat di pelukan pak Gunadi saat mendengar kisah hidupnya. Bahkan kedua orang tua angkatnya juga meminta maaf pada Nuri, sebab kesannya selama ini mereka memanfaatkan Nuri saja dengan meminta uang secara berlebihan. Sebab utang yang menggunung pada rentenir dan utang judi yang ayahnya lakukan. Dari hasil judi biasanya pak Gustan gunakan untuk b
Sawitri sedikit enggan menyapa, maksudnya, Sawitri sebenarnya sudah tak mau bertemu muka dengan keluarga mantan suaminya, bila harus berpapasan, maka Sawitri akan menghindar, memilih jalan yang lain.Lalu sore ini, tiba-tiba saja mantan mertuanya itu datang dan sudah berdiri di hadapannya.“Oh, ada apa ya, Bu?” tanya Sawitri tanpa mempersilahkan bu Masita masuk.Bu Masita yang masih berdiri di depan rumah guru sederhana itu, mengedarkan pandangan matanya di tembok rumah bercat putih itu. Ia melihat Sawitri sebuah potret dengan senyum bahagia Sawitri dengan pak Saleh yang duduk di kursi. Terlihat di foto itu Sawitri sudah mengenakan baju kheki, seragam PNS. Ada lagi foto dengan rekan-rekan yang memakai baju serupa, bahkan ada foto sebesar lima R, foto Sawitri dan Shafiya. Bu Masita juga mengenal anak ini. Cucunya bu Sukma. Belum lagi dua karung beras Bulog ukuran 50 kg masih utuh Sawitri sandarkan pada pojok sebelah kiri dinding rumahnya, buat mata bu Masita nyaris terbelalak. Sawitri
Tiga bulan berlalu sejak kecelakaan yang menimpa Burhan, buat kondisi tubuhnya sudah pulih, meski bekas luka di pelipisnya sudah tak bisa hilang, hanya bisa disamarkan dengan salep khusus, begitupun dengan bekas luka di paha dan lengannya.Tiga bulan tanpa aktivitas yang berarti, hanya di dalam rumah dan sesekali membantu ibunya di kebun belakang, buat tubuhnya kembali berisi dan kulitnya mulai terang.Tiga bulan itu juga, Verli diam-diam mengirimkan uang pengobatan pada Burhan, meski tak pernah mengunjunginya di rumah, namun Verli rajin menanyakan kabar dan kondisi Burhan, wanita ini benar-benar bertanggungjawab atas kecelakaan yang menimpa Burhan.Pernah juga mereka sekali bertemu saat Burhan harus kontrol ke rumah sakit, bu Masita yang mengantarnya pagi itu, sempat bertemu Verli. Tak disangka yang menabrak anaknya adalah orang kaya.Bahkan ketakutan bu Masita saat mendengar kabar Burhan di tabrak, kini sudah lenyap, sebab tiga bulan ini meski Burhan tak bekerja namun semua kebutuha
“Melamun apa?” Gunadi mendekati istrinya yang wajahnya terlihat sendu.“Mas, maaf, aku nggak dengar kamu pulang.” Nuri langsung membalikkan badan dan masuk kedalam pelukan suaminya. Mereka sekarang sudah tak di pulau jawa lagi. Gunadi membawa Nuri untuk kembali ke kampung halaman ibunya, di kota batubara. Meninggalkan semua kenangan buruk yang pernah terjadi yang dulu mereka lakukan. Gunadi yang sudah hampir lima puluh tahun, bukan dengan tangan kosong mengajak Nuri untuk memulai hidup baru di kota ini.Rumah dua lantai yang ia bangun tepat di samping rumah ibunya, dua usaha air minum isi ulang dan juga rumah petakan dua belas pintu sudah Gunadi siapkan untuk hari-harinya bersama Nuri. Meski pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal dalam hidupnya, namun membahagian Nuri di hari tuanya adalah impian yang berusaha ia wujudkan. Wanita ini mungkin bukan wanita suci dan dari keluarga baik, namun perlakuan Nuri yang menjadikannya raja kala menjalin kasih dulu, benar-benar menawan hati p
Verli dan Burhan Sudah sebulan ini mereka berdua menjadi sepasang kekasih gelap. Tepatnya Burhan menjadi pria simpanan Verli. Kemampuan Burhan memuaskan birahi Verli diatas ranjang buat wanita itu tak segan mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan Burhan. Bahkan kepergian suaminya berbulan-bulan sudah tak ia pusingkan lagi. Ia ingin menikmati hidupnya, ingin merasakan hubungan yang nikmat juga.Hidup Burhan dan ibunya semakin tercukupi, bukan hanya ibunya namun juga Aisyah sekarang ia tanggung. Sebab Aisya akhirnya memutuskan bercerai dari Dion.Motor keluaran terbaru, ponsel mahal, pakaian bagus dan kebutuhan sehari-hari sekarang Burhan miliki semuanya, dari hasilnya menjual kenikmatan pada Verli. Rasanya ia seperti Nuri dulu, dalam versi laki-laki. Sekarang ia merasakan dan alami, apa yang menyebabkan Nuri menjual harga dirinya.Pada tetangga dan ibunya, Burhan mengaku bekerja sebagai makelar rumah.Lalu bagaimana dengan bu Masita? Sebab kebutuhan pokoknya sudah
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
“Mbak Yasmin, nggak ada masalah ya, rahimnya bersih, sel telurnya juga bagus, mungkin dari waktu saja, harus lebih rajin lagi bikinnya nih, biar ceoat ada dedek bayi juga. Tapi saran saya, mbak Yasmin boleh datang lagi nanti sama suami kesini, untuk kita periksa kesehatan suaminya juga.” Tutur dokter Dini dengan ramah pada kedua wanita yang sama-sama mengarapkan keturunan dihadapannya ini.“Insya Allah dokter, berikutnya saya ajak suami kesini.” ucap Yasmin, sedikit rasa lega di hatinya, sebab ia tak ada masalah sama sekali, tinggal memeriksa kesehatan Arzan nanti, bagaimanapun hasilnya nanti, mereka aka terus mengusahan pengobatan.“Untuk mbak Nurlita, tetap rajin diminum obatnya, jangan lupa kurangi karbohidrat dan makanan instan, tadi ukuran kistanya sudah semakin mengecil.” terang dokter Dini lagi, sambil menuliskan resep obat untuk keduanya.__"Enggak usah pulang aja sekalian, Mas!" Yasmin melempar jaket hitam milik Arzan kearah pria yang setengah mati dirinduinya itu. Namun
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Sebenarnya bukan cuma mama Atifa yang mengharapkan Yasmin segera hamil, namun mbak Mia dan mbak Nurlita juga demikian. Kedua kakak ipar Yasmin ini memiliki masalah pada kesburan mereka. Sebab itu mereka mengharap Yasmin yang hamil, dan mereka yang akan merawat anak-anak Yasmin.“Pokoknya kamu hamil dan melahirkan saja, mbak dan abang kamu yang akan ngurus.” Seloroh mbak Nurlita saat bercengkrama dengan Yasmin sore itu di rumah peninggalan orang tua Yasmin, sebelum di kontrakkan. Ya setelah berdiskusi dengan bang Sofyan dan mbak Nurlita, Yasmin memutuskan untuk menyewakan rumah peninggalan orang tua mereka, sebab Arzan juga langsung memboyong Yasmin ke rumahnya setelah di renovasi. Meski tak mewah, namun Yasmin merasa betah tinggal di rumah suaminya.Beberapa kali Arzan membawa Yasmin mengunjungi kantornya, penampilan Yasmin yang tinggi langsing dengan dress panjang, buat karyawan Arzan yang perempuan meminta untuk berfoto bersama Yasmin.“Ibu cantik banget.” Celetuk salah satu karyaw
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Maaf, Mbak kami duluan.” Yasmin yang mengambil alih ketegangan kecil di antara mantan ipar ini. Ia tarik lengan suaminya dengan pelan, agar kemarahan yang mulai keluar di wajah pria berhidung bangir itu, tidak berlanjut. “Ayo, Mas kita bayar baru pulang, aku sudah capek.” Bujuk Yasmin pelan, sebab tak ingin mereka jadi tontanan pengunjung yang lain.“Iya, Sayang.” Arzan berikan tatapan tajam dan amarah pada Leli yang masih berdiri seperti orang kebingungan di tempatnya. Lalu Arzan manut dengan mengikuti langkah kaki istrinya menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.Sebenarnya yang Leli tadi lakukan itu adalah, ia ingin menunjukka perasaannya pada Arzan, bukan setelah berpisah dengan kakaknya saja, perasaan suka itu timbul di hati gadis ini. Saat masih menjadi iparnya dulu pun, Leli sudah ada rasa pada Arzan, ditambah dengan perselingkuhan Shella yang leli tahu, semakin berharaplah dia bila Arzan suatu saat akan memilih dirinya sebagai pengganti kakaknya. Bahkan dulu leli sebena
Rasa bahagia meliputi perasaan kedua pengantin baru ini. Jemari Yasmin dan Arzan terlihat saling erta menggennggam. Masih ada waktu satu hari untuk Arzan libur dari pekerjaannya untuk berbulan madu bersama istrinya.Namun bulan madu mereka tak melulu dihabiskan dengan kegiatan seks yang membara di kamar Yasmin. Kemarin sore sehabis kegiatan panas yang mereka lakukan di subuh hari, Arzan mengajak Yasmin mengunjungi rumah mama Atifa. Mertua Yasmin itu menyambut anak dan menantunya dengan rasa bahagia dan syukur luar biasa, sebab putranya mendapatkan seorang perawan yang terjaga etika dan adabnya. Meski dulu Yasmin pernah berpacaran dengan proia lain, namun itu hanyalah masa lalu, mma Atifa dengan kebijaksanaannya menerima dan menyayangi Yasmin dengan tulus.Sebenarnya gadis inilah yang dulu mama Atifa Inginkan menjadi menantu beliau. Namun Arzan dan Yasmin belum ada jodoh waktu itu. Beginilah jalan jodoh mereka, berliku dan saling menanti bertahun-tahun, bertemu orang lain dulu. Baru t