KSIBP 82 "Kenapa diam? Apa yang aku katakan ini benar kalau kau tidak menganggap anakmu ada?" Kepala maid semakin membuat Harun tersudut, karena apa yang dikatakannya memang benar. Nyaris saja Harun lupa kalau dirinya dan Mala sudah punya anak sehingga kepalanya berpikir lebih baik berpisah. Dia bahkan lupa kalau anaknya sedang berjuang untuk menjadi muslim yang sejati. "Di sana, di tempat yang jauh anak kalian sedang mendoakan mama dan papanya, tapi apa yang sudah kalian lakukan?" Kepala maid sungguh tidak habis pikir dengan cara berpikir Harun yang lebih memedulikan balas budi daripada anaknya sendiri. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanyanya ragu. "Kenapa kau terlihat begitu tidak yakin? Apa sebenarnya kau memang tidak menginginkan anakmu bahagia seperti anak-anak yang lain memiliki orang tua yang lengkap?" Lagi, kepala maid membuat Harun tidak bisa berkutik. "Ini berbeda. Orang tua yang tidak lengkap tandanya salah satu dari kita ada yang meninggal. Sementara aku dan
KSIBP 83 "Pokoknya aku mau segera keluar dari sini bagaimanapun caranya!" teriak Yani membuat para tahanan lagi geram dengan sikapnya yang selalu berteriak. "Sudahlah, tidak ada gunanya kau berteriak begitu." Istrinya Pak Dandi juga sudah kesal mendengar teriakan Yani setiap waktu. Bahkan di sini tidak ada yang bisa tidur nyenyak dan semuanya gara-gara Yani. "Katanya bantuan akan segera datang, tapi mana? Kenapa sampai sekarang kita masih mendekam di sini?" Yani mengacak rambutnya frustasi. Selama di sini, dia bahkan tidak melakukan apapun. Ketika tahanan yang lain mandi dua kali sehari dan sholat, Yani saka sekali tidak pernah menunaikan kewajiban. Mandi pun hanya sesekali ketika tubuhnya mulai terasa gatal. "Daripada marah-marah tidak jelas, sebaiknya kau mandi agar kepala dan pikiranmu juga menjadi dingin!" Tahanan yang lain ikut bicara. "Diam! Kalian tidak layak bicara denganku!" Yani lalu menatap istrinya Pak Dandi. "Kenapa suamimu masih belum memberikan kabar? Apa jangan-j
KSIBP 84 Kesabaran Diko kali ini benar-benar habis, dia langsung mengerahkan sekuat tenaga untuk menyeret tubuh Harun ke lantai sampai yang diseretnya mengaduh kesakitan. "Kau ini?" Harun berteriak tidak terima, tapi Diko tidak bicara. Dia lebih memilih mendekat pada ponsel yang tergeletak tidak berdaya di atas tempat tidur dan mengambilnya. Diko mengirimkan beberapa kata yang intinya untuk menanyakan di mana keberadaan Mala, tapi Laras malah bertingkah imut. Dia tidak tahu kalau yang mengirimkannya pesan bukanlah Harun, melainkan Diko. "Apa yang kau lakukan dengan ponselku?" Harun kembali berteriak dan berusaha untuk mengambil ponselnya, tapi gagal karena Diko membawa ponselnya turun. "Simpan nomor Laras di ponselmu," pintanya pada Qiera karena Diko melupakan ponselnya sendiri di mobil. Dengan cepat Qiera melakukan apa yang diminta Diko. Sementara Harun juga ikut turun, tapi dia tidak berani mengambil ponsel yang tengah berada di tangan wanita yang selalu ada di hatinya itu. Q
KSIBP 85 "Jelaskan padaku apa yang terjadi sebenarnya!" pinta Harun, tapi Om Dion malah terus memukulnya. "Jelaskan? Bukankah Qiera dan Diko sudah menjelaskan yang sebenarnya?" Om Dion menatap Harun nyalang. "Apa?" Harun mendorong sahabatnya itu, lalu keluar dari kamar mandi untuk mengambil ponselnya. "Nih, lihatlah!" titahnya sambil menyerahkan ponsel yang berisi foto-foto istrinya sama Om Dion. "Kau tidak percaya istrimu berada dalam bahaya hanya karena foto ini?" Om Dion terbahak penuh duka, lalu menjelaskan kapan foto itu diambil, kemudian menunjukkan bukti-bukti kalau di antara mereka tidak ada hubungan apapun dan foto itu diambil ketika Harun belum kembali dari luar negeri. Saat itu Mala akan segera melahirkan, jadi Om Dion menghiburnya. Posisi duduk Mala yang tidak menunjukkan perut buncitnya membuat orang-orang dengan mudah memanfaatkan kesempatan ini. Ditambah Laras waktu itu sangat benci dan berusaha untuk membuat bayi yang ada di kandungan Mala keluar sendiri, tapi All
KSIBP 86 "Apa Mala pergi dari rumah, Mas?" tanya Laras seolah dia tidak tahu apapun. "Iya, dan saat ini semua orang sedang menyalahkan kamu." Harus mengusap rambutnya gusar. Laras tidak bicara, dia hanya menangis, dan berusaha untuk mendapatkan rasa simpati dari Harun. "Sudah ya, Ras. Mas akan berusaha sebisa mungkin agar nama kamu kembali bersih. Maafkan atas kesalahan istri Mas ini, ya." Harus berusaha membuat Laras tidak bersedih lagi, tapi dia lupa kalau saat ini dirinya sudah menjadi suami, dan istrinya sedang tidak baik-baik saja. "Iya, Mas. Aku menunggu hasilnya." Laras tersenyum lebar ke arah kamera untuk memamerkan kemesraannya dengan Harun. "Lihatlah, dari awal kau memang tidak pantas bersanding dengan Harun. Padahal, aku sudah memberikan kamu pilihan yang baik, tapi kamu malah menyia-nyiakannya begitu saja." Yani tersenyum puas melihat Mala yang tengah diam ... tidak berdaya. Harun terdiam, dia tiba-tiba ingat Mala yang katanya hilang. Lalu lihat kanan dan kiri, tida
KSIBP 87 Harun tertawa kecil. "Hah, sudah aku bilang kalau di sini memang Mala yang bersalah. Sudahlah, aku mau pulang saja," ucapnya tanpa ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi sudah berani membuat kesimpulan sendiri. Harun bergegas keluar dari rumah itu tanpa beban sambil bergumam, "Akhir-akhir ini Mala memang hanya tahu membuat masalah, tapi aku sungguh tidak menyangka kalau dia sampai berani melakukan ini kepada Laras." Laras dan Yani tertawa senang ketika mendengar gumaman itu. Meski terdengar tidak terlalu jelas, tapi mereka bisa menyimpulkan kalau saat ini Mala sangat dibenci Harun. Bahkan, kebenciannya itu sudah meningkat tajam. "Apa kau dengar? Suamimu sendiri tidak percaya padamu, jadi untuk apa kau terlibat dengannya lagi?" Laras tertawa meledek. Sungguh dia sangat puas dengan cara berkerja anak buahnya itu. "Aku memang tidak sia-sia mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk mereka." "Tentu saja. Mereka anak buahmu dan kau adalah bos terhebat yang pernah aku k
KSIBP 88 Mala dibawa ke rumah Malik untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap lukanya. "Kamu adalah sahabat Qiera, Mala. Papa juga tidak mau kamu mengalami hal seperti ini lagi. Mulai sekarang, sampaikan apapun yang ingin kamu lakukan kepada kami," pinta Pak Malik. Semua orang kini sudah berkumpul di rumah Malik, sekaligus akan ada penyeleksian para pekerja agar langsung mengeluarkan orang sudah berani bekerja sama dengan pihak Laras. "Kenapa kalian tidak setia, apa kekurangan saya dalam memberikan kalian fasilitas?" Pak Malik mengeluarkan wajah sangarnya ketika berhadapan dengan orang-orang yang sudah berkhianat padanya. Semuanya terdiam. Mereka malu berhadapan dengan Pak Malik yang selalu memberikan apapun yang mereka minta, tapi sungguh ... mereka memang tidak berdaya jika berhadapan dengan Laras yang begitu kejam. "Kalau memang Laras kejam, kenapa kalian takut? Bukankah kalian juga bisa cerita sama saya?" tatapan Pak Malik semakin menajam dan pertanyannya tepat sasa
KSIBP 89 Harun kembali bangkit dan menatap pamannya. "Sungguh, ternyata Paman berani menamparku untuk hal-hal yang sama sekali tidak terjadi?" "Jadi, kau pikir saya akting? Sungguh kau adalah sutradara yang buruk karena tidak bisa membedakan maka yang akting palsu dan asli." Pak Malik duduk di sofa dengan mengangkat kaki kanannya, lalu dinaikkan ke paha sebelah kiri. "Aku akan tutup mata, jadi kalian bisa memeriksa luka yang ada di tubuhnya." Pak Malik sungguhan menutup matanya dengan sapu tangan yang dia keluarkan dari saku. Tuan Yu juga ikut duduk. "Kau sendiri saja yang periksa sama kepala maid. Aku juga akan tutup mata, karena aku tahu dia memang sedang terluka baik jiwa, ataupun Raga," tandasnya, lalu menutup kedua matanya dengan sehelai kain yang ada di meja. Harun menatap geram Mala yang lagi-lagi berhasil membuat orang-orangnya percaya padanya. "Apa yang kau lakukan pada mereka sampai berani melakukan hal ini?" Kepala maid yang mendengar perintah Tuan Yu segera mendekat