Share

Kehadiran Rani (4)

Author: Mutiara Sukma
last update Last Updated: 2024-12-12 16:59:36

Beberapa kali aku mengetuk pintu, tapi tak ada yang membukakan seperti biasa. Akhirnya aku mengeluarkan kunci cadangan yang memang selalu kubawa.

Begitu pintu terbuka, rumah yang biasa berantakan kini terlihat begitu rapi. Tak ada satu mainan pun yang berserakan di lantai.

"Dek ..." aku berjalan ke kamar. Kamar utama pun bersih. Selimut dan bantal tertata di pojok. Tak ada Tari disini. Aku keluar dan masuk ke kamar anak-anak. Kondisinya sama. Ruangan yang biasanya seperti kapal pecah kini begitu sedap di pandang mata.

"Astaga, kemana sih perempuan itu!" sungutku sambil merongoh ponsel di saku celana.

Dua panggilan berlalu tanpa sahutan. Hingga yang ketiga kalinya suara tari terdengar di seberang sana.

"Kamu dimana sih? rumah kosong begini!" hardikku begitu suara Tari terdengar.

"Lho, kamu pulang, Mas? Bukankah mau menginap di rumah Mama?" sahutnya santai.

"Dek, kamu dimana?" tanyaku mengabaikan pertanyaannya.

"Aku sedang di rumah Ibuku. Aku rasa aku butuh me time untuk mewaraskan pikiran sejenak. Mumpung kamu tak pulang, ya aku ngajak anak-anak ke rumah Mama." Begitu enteng dia menjawab.

"Mau ngapain kamu kesana? mau mengadu lagi? Dengar ya, Tari! kamu melakukan dua kesalahan yang fatal. Harusnya kamu minta ijin dulu padaku. Kamu anggap apa aku ini, ha!?" sentakku. Sengaja aku memanggil dengan nama agar dia tau aku benar-benar marah saat ini.

Tari tertawa kecil. "Dengar juga ya, Mas. Kamu juga telah melakukan kesalahan fatal. Yang pertama, kamu menuduhku mengadu pada Ibu, padahal demi Allah aku tak pernah sama sekali menceritakan hidupku yang bagai b4bu dirumah suamiku sendiri. Tak pernah dibantu, justru selalu dianggap mengeluh dan tak becus!"

"Tari ...!" selaku.

"Yang kedua, kamu meminta aku selalu meminta ijin padamu. Sementara kamu, pergi ke rumah mamamu tanpa memberitahuku sebelumnya. Apa kamu tak tau gimana cemasnya aku menunggu kamu di rumah?"

"Dek ... Mas minta maaf ..." suaraku kembali pelan. Kuakui aku juga salah memperlakukan Tari kemarin.

"Sungguh kamu tidak mengadu pada Ibumu tentang kehidupan kita?"

"Mas! kamu kira aku ini istri dan anak yang bo doh? aku tak ingin ibuku mengkhawatirkan aku. Tapi, feeling seorang ibu itu kuat, Mas. Dia tau, aku sedang tak baik baik saja."

Aku menghela nafas panjang. Tak ada yang bisa aku katakan lagi.

"Aku minta maaf, kembali lah, Dek. Apa mau aku jemput?" tawarku.

Lama Tari terdiam. 

"Maaf Mas, aku ijin menenangkan hati sekaligus mau istirahat sejenak dari rutinitas. Dua hari lagi aku pulang." 

"Dua hari? lalu aku?" sentakku.

"Kamu bukannya mau menginap di rumah Mama?"

"I-iya sih. Tapi, aku urung. Aku tiba tiba kangen sama kamu dan anak-anak."

"Sabar ya, Mas. Dirumah Mama ada Mas Fatan. Aku terlanjur janji untuk menginap disini dua hari. Aku pikir dari pada di rumah ga ada kamu juga," ujarnya.

Akhirnya aku mengalah terpaksa mengijinkan Tari menginap di rumah mamanya dua hari ini.

Melihat rumah yang sepi dan bersih, keinginan untuk ke rumah mamaku tak ada lagi. Disini juga aku sudah menemukan ketenangan. Meski tak ada Tari dan anak anak. Setidaknya, aku bisa tidur dengan nyenyak. Walau harus keluar mencari makan.

Ponselku berdering.

"Kamu ga jadi kesini, Sen?" Tanya Mama.

"Ga, Ma. Tari ga ada di rumah. Arsen disini saja lah. Tenang juga kok tanpa mereka." ujarku.

"Lho, memang mereka kemana?"

"Ke rumah Ibunya."

"Pasti mau mengadukan kamu lagi, Sen. Istri macam apa istrimu itu. Mending kamu cari istri yang lain. Kamu tau Rani, ga?" Tiba-tiba saja suara Mama terdengar antusias.

"Rani siapa, Ma?"

"Itu lho, anaknya Bu RT, kan teman kamu dulu waktu SMA. Dia sekarang perawat lho." Mama tertawa kecil.

"Kemarin Mama ketemu dia di jalan. Cakep banget, Sen. Dia nanyain kamu. Wah, Mama yakin kalau kalian menikah, kamu ga akan segalau ini. Rani itu pasti pandai merawat badan, menjaga rumah dan yang pasti dia tak akan mau punya anak banyak banyak kayak Tari."

Aku menghela nafas panjang.

"Mama ada ada aja. Mana mau Rani sama Arsen yang udah punya anak banyak ini, Ma."

"Eh, siapa bilang? kamu walau punya anak banyak. Tapi, masih gagah, Sen. Masih kayak bujangan. Makanya jangan lama-lama sama Tari, yang ada kamu cepat tua karena pusing."

Refleks bayangan Rani muncul dalam benakku. Apa iya perempuan itu mencariku? dan apa benar, aku ini masih gagah walau sudah punya anak tiga. Umurku masih 32tahun, aku rasa apa yang Mama katakan ada benarnya juga.

Pulang kerja aku berencana ke rumah Mama. Seharian pikiranku jadi tak tenang memikirkan Rani. Apa iya dia penasaran denganku?

"Tadi Rani kesini nganterin kue ini. Enak banget, Sen. Wah, udah cantik, pinter masak, perawat lagi. Mama pengen banget punya mantu kayak gitu, Sen."

Aku tersipu. Pujian Mama membuatku lupa siapa diriku.

"Apa istrimu udah pulang?"

"Belum, Ma. Besok mungkin." sahutku malas. Lagi membayangkan Rani malah buyar karena Mama menanyakan Tari.

"Tadi kata Rani, dia rapat resep kue ini dari seorang yang mengaku istri kamu, Sen. Hahaha ada ada aja dunia. Tari bisa bikin kue? Yang ada orang keracunan." tawa Mama menggema.

Begitu juga denganku. Ada ada aja Rani, mana mungkin Tari bisa membuat kue seenak ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rezvaa uswatun
amit amitt dapat mertua sama suami modelan beginii
goodnovel comment avatar
Ambarwati Gt
ibu mertua gila mau merusak rumah tangga anaknya sendiri,,
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
laki otaknya nggak waraasz punya anak ngceh masih kecil kecil ,berantakan ,saya sdh ngrasaij cape luar biasa,sekedar istirahat saja susah ,kasih blebderan cabe mulutnya,laki
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Mengadukah? (5)

    Keesokan harinya sebuah pesan membuat rasa didada jadi tak biasa.[Hai, Arsen. Ini Rani. Apa kabar? maaf ya, aku lancang menghubungi kamu. Tadi, aku ke rumah mama. Eh, malah Mama ngasih nomor hape kamu ke aku.]Sebuah senyuman terbit begitu saja. Aku memperbaiki duduk lalu dengan cepat membalas pesan itu.[Hai juga, Ran. Aku sehat, kamu gimana? wah, udah lama kita ga ketemu? aku kira kamu masih di Batam?] pesan terkirim.Sepengetahuanku Rani dulu merantau ke Batam. Bekerja disana. Karena itu hubungan yang sempat pernah terbina menguap begitu saja. Aku pun sibuk bekerja lalu menikah dan lupa dengan perempuan yang pernah menjadi primadona sewaktu SMA itu.[Enggak. Aku udah balik lagi ke Jakarta. Tadinya aku ingin mengulang kisah kita. Ga disangka kamu sudah menikah, hehehe aku telat, ya!]Garis bibir terus saja melengkung. Aku yakin Rani sedang memberi kode padaku.[Ya, begitu lah, Ran. Dulu itu masa lalu. Tapi, kalau kamu mau punya masa depan dengan lelaki yang sudah punya anak ini, ak

    Last Updated : 2024-12-12
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Kepergian Tari (6)

    "Mas, aku ke rumah Ibu. Ibu sakit." tanpa salam Tari langsung mengutarakan maksudnya."Oh, ya sudah. Hati-hati, ya." "Iya."Sambungan langsung terputus. Aku mengernyit heran. Tumben dia ga minta u4ng. Biasanya pasti minta jatah jajan anak-anak atau untuk belanja selama tinggal di rumah Ibunya."Kenapa?" Rani menatapku lekat."Gapapa, istriku pamit mau ke rumah Ibunya. Biasa mertua lagi sakit.""Oh ..." sahutnya sembari mengangguk-anggukkan kepala."Eh, istriku kamu yang buka toko kue itu bukan sih, Ar?""Toko kue? toko kue apaan? istriku jangankan bikin kue, menyapu rumah aja dia ga sempat." aku terkekeh."Hah? serius? tapi, toko kue Lestari Jingga itu punyamu kan?" aku makin melebarkan tawa.Bagaimana mungkin mau punya toko kue. Walau nama toko itu hampir mirip dengan nama Tari, tapi mustahil. Mana mungkin."Tari itu kalau dirumah kerjaannya main hp. Setiap pulang kerja hal yang bikin kita selalu cekcok itu ga jauh-jauh karena urusan rumah yang ga keurus. Hah, aku udah capek, Ran. A

    Last Updated : 2024-12-12
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Gosip (7)

    "Ngapain kamu kesini?" Kedatanganku disambut tatapan tak bersahabat dari Mas Fatan. Aku mengulurkan tangan. Namun, Mas Fatan buang pandang seakan tak sudi berjabat denganku. Aku pun menurunkan kembali tangan yang menggantung di udara."Maaf, Mas. Tari dan anak-anak kemana, ya?" Tanyaku sembari melihat ke dalam rumah yang sepi."Tari ga ada!" Cetusnya."Kemana, Mas?" Buruku menahan rasa penasaran. Jam sudah menunjukkan angka delapan malam. Kemana Tari selarut ini? "Yang pasti tidak sedang mengubar aib ataupun mengadu pada orang lain atas lelahnya dia menjadi istri yang dituntut kuat dan tak boleh mengeluh!"Degh!Apa maksudnya? Belum sempat otakku mencerna ucapan Mas Fatan. Laki-laki itu masuk ke dalam tanpa berkata sepatah katapun padaku, pintu pun di tutup kasar. Aku terduduk di kursi rotan yang tersedia di teras rumah itu. Tak menyangka kedatanganku justru membuat sakit hati begini [Dek, kamu dimana? Aku ada dirumah, Ibu! Cepat pulang!] Aku mengirim pesan setelah beberapa kali pan

    Last Updated : 2024-12-18
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Ada Yang Disembunyikan Tari (8)

    "Papa ..." Alif dan Ammar meninggalkan mainan dan berlari ke arahku. Anak tampak begitu rindu. Hampir sebulan tak bertemu, wajar saja. Kami berpelukan. Tari berdiri sambil mengulas senyum. Ada yang beda, Tari kini terlihat lebih bersih dan cantik."Kamu sudah pulang, sayang?" Sapaku, Tari menyambut tanganku yang terulur padanya. Perempuan itu mengangguk. Matanya berbinar."Maafkan aku, Mas. Aku salah selama ini. Sekarang aku sadar, kamu benar. Mulai hari ini aku akan berubah. Dan aku punya kabar bahagia untuk kamu." Aku gemetar mendengar ucapan tari yang terlihat bersemangat. Tapi, dia juga harus tau kabar bahagia yang akan aku sampaikan. Mungkin bahagia untukku tak tau untuknya."Nanti kita ngobrol ya, Dek. Mas bersih bersih dulu." Tari mengangguk. Alif dan Ammar masih memegang kedua tanganku. Kami beriringan masuk ke dalam. Rumah rapi, wangi dan benar benar berubah 180 derjat. Semua hal itu makin membuat suasana hati membaik."Kamu pasti capek ya, seharian membereskan rumah?" ujark

    Last Updated : 2024-12-19
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Yang Penting Istri Kedua Bahagia (10)

    "Tari sudah tau jika Arsen mau menikahi Rani, Ma." Ujarku di telpon pada Mama."Wah, bagus dong! Kamu bisa segera melamar Rani. Mama akan persiapkan semuanya. Kamu mau acara besar-besaran atau gimana?" Tanya Mama. Aku terdiam. Di kantor ini ada larangan karyawannya punya istri lebih dari satu. Jika aku membuat acara dan mengundang teman-teman di sini nyari ma_ti namanya."Acara biasa aja, Ma. Takut nanti ketauan sama orang kantor.""Oke lah. Kamu siapkan dananya biar Mama yang bereskan." "Makasih, ya, Ma.""Iya. Yang penting anak Mama bahagia. Ga capek melihat rumah yang selalu berantakan. Kamu ga salah pilih. Rani memang sudah sangat yang terbaik." Aku tersenyum. Meski ada bisikin yang mengatakan jika apa yang aku lakukan sekarang akan menjadi penyesalan yang teramat dalam nanti. Tapi, itu hanya felling saja. Tak mungkin terjadi. Pilihanku ini pasti benar.Jam sudah menunjukkan angka lima. Aku bergegas hendak pulang."Buru buru amat lu!" Sentak Remon."Iya, ada janji." Sahutku sing

    Last Updated : 2024-12-22
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Abrar sakit (10)

    Aku menghela nafas panjang lalu bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Bersih bersih lalu keluar meninggalkan Rani yang masih dalam posisi yang sama."Arsen, itu saudara-saudara Rani kok masih pada disini sih?" bisik Mama begitu aku keluar kamar. Mataku langsung tertuju pada orang-orang yang masih pada tidur diruang tamu beralaskan karpet. Sebagian duduk diluar sambil membakar ro kok dengan santainya."Sabar, Ma. Hanya sebentar, nanti mereka pasti pulang." "Tapi, ga ada yang mau bantuin Mama. Lihat cucian piring menumpuk dan rumah berantakan, ya ampun!" Mama mengaruk kepalanya kasar."Rani belum bangun, ya?" tanya nya lagi. Aku menggeleng."Kamu ga bisa bilang sama mereka, yang muda muda itu lho. Bantuin Mama di dapur. Mama kan juga capek habis pesta kemarin." ujar mama memelas. Aku menoleh sekilas pada saudara-saudara Rani yang masih tidur pulas. Mereka terpaksa menumpang disini karena rumah Ibunya Rani tak muat. Rani pun sudah tidak ngekost lantaran mau tinggal dirumah Mama katanya.

    Last Updated : 2024-12-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Laki-laki Bersama Tari (11)

    Sekitar sejam aku sampai. Dengan modal bertanya-tanya pada perawat aku sampai diruangan dimana Abrar di rawat. Ruang VIP, gila! Tari, siapa yang mau bayar tagihannya? awas aja kalau sampai meminta padaku. Siapa suruh memesan ruangan mahal begitu. Aku mana punya uang? udah habis untuk pesta kemarin."Dek?" langkahku terhenti begitu melihat sepasang anak manusia berjalan bersisian di depanku. Aku tau persis siapa perempuan yang memakai dress biru selutut dengan rambut sepunggung dan bergelung itu, pasti Tari. Perempuan yang sedang ngobrol laki-laki berjas putih itu menoleh. Begitu juga dengan lelaki disebelahnya. Benar itu Tari. Wajahnya langsung berubah."Ya sudah, nanti kalau ada apa-apa kabari aku segera, ya." laki-laki yang kutebak adalah dokter yang menangani Abrar itu melempar senyum pada Tari. Tari membalas senyum itu sambil mengangguk. Hatiku kenapa terasa panas begini?Setelah dokter itu pergi, Tari dengan cuek melanjutkan langkah membuatku sedikit berlari mengejar."Kenapa kamu

    Last Updated : 2024-12-27
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 12

    "Ma, kita ke rumah baru aja. Alif ga mau disini, ga enak!" seru Alif, yang kutangkap. Aku masih belum memberanikan diri masuk, duduk di kursi teras, berharap Tari menghampiri dan menanyakan kabarku juga."Sabar ya, Sayang. Dedek baru sembuh. Nanti kalau dedek Abrar udah pulih, kita ke rumah baru lagi." bujuk Tari."Hore, sama Om Dokter juga ya, Ma. Alif mau main ke timezone lagi, sama Om dokter. Seru!" pekik Alif.Degh! pergi sama Om Dokter. Jangan-jangan benar laki-laki tadi itu selingkuhan Tari? lalu perempuan itu dibelikan mobil dan digratiskan bayar pengobatan Abrar?Rahangku mengeras. Kurang aj*r Tari! tanganku mengepal kuat. Tapi, tak berani masuk karena ada Mas Fatan, Ibu juga seorang perempuan yang kutebak adalah calon istri Mas Fatan."Iya dong, sama Om dokter. Kan Om dokter sekarang yang jagain Alif, Ammar, Abrar dan Mama Tari? ya kan, Tari?" kini suara Mas Fatan terdengar nyaring. Jelas dia sedang memanas-manasiku. Si*l!Dengan api cemburu yang masih sangat membara aku bang

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    TAMAT

    Sudah sebulan berlalu sejak malam penuh darah dan ledakan di pelabuhan itu. Nama Arsen akhirnya hanya menjadi baris kecil di koran: “Mantan Narapidana Tewas dalam Baku Tembak dengan Polisi di Sumatera.” Tak ada yang tahu siapa Tari, siapa keluarga yang menjadi saksi hidup kisah kelam itu. Dan memang begitu seharusnya.Tari kini hidup dalam keheningan yang damai.Ia duduk di taman kecil di belakang rumah barunya. Bunga kertas merah jambu tumbuh liar di pagar, sementara burung-burung kecil beterbangan riang di atasnya. Tak ada suara tembakan. Tak ada teriakan. Hanya napasnya sendiri, yang kini tak lagi berat.Ia menuliskan kata terakhir di buku yang sudah ia isi berbulan-bulan:"Aku pernah mengeluh. Tapi dari keluhanku, aku belajar mengenal diriku sendiri. Dan dari rasa sakitku, aku belajar... bahwa aku tak harus jadi sempurna, cukup jadi kuat. Cukup jadi aku."Pena ditutup. Buku itu disimpan.Alisa datang menghampirinya sambil membawa dua gelas es teh. “Bunda... kelihatan cantik banget

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 168

    Suara tembakan menggema.Arsen terhuyung.Dari belakangnya, Ammar berdiri dengan pistol yang baru saja ditembakkan. Matanya berair, tubuhnya gemetar.“Kau… sentuh ibu kami lagi… aku bunuh kau,” desisnya.Arsen tersenyum samar… lalu jatuh ke lantai.Tim medis langsung masuk. Semua siaga. Bom ditemukan… dan berhasil dijinakkan dalam detik-detik terakhir.**Pagi itu, matahari akhirnya terbit di rumah itu dengan damai.Tari duduk di teras, menatap langit. “Sudah selesai?” tanyanya pelan.Kellan mengangguk. “Sudah. Arsen tewas. Semua alat peledaknya sudah diambil. Tidak akan ada ancaman lagi.”Tari menarik napas panjang, lalu menatap anak-anaknya yang tertidur di sofa.“Sekarang… kami bisa hidup lagi.”"Iya. Sisanya serahkan pada kami. Kalian tenang lah..bahaya sudah berakhir."Akhirnya semua komplotan penjahat yang berkumpul didaerah sumatera juga ikut di tangkap. Ketua geng yang merupakan orang terkaya pun turut di giring ke penjara.***Pagi itu berbeda. Tak ada jeritan, tak ada sirene

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 167

    Hari-hari setelah kepulangan Tari dipenuhi keheningan yang aneh. Rumah itu perlahan kembali menemukan ritmenya, namun trauma masih berdiam di setiap sudut. Tari masih belum bisa tidur nyenyak, dan anak-anaknya mulai melindungi ibu mereka dengan cara yang berbeda—lebih waspada, lebih posesif.Namun, mereka semua tahu satu hal: Arsen belum meninggal. Dia masih memulihkan badan untuk kembali menganggu kehidupan sang mantan.**Di sebuah fasilitas bawah tanah yang tersembunyi di tengah kota pelabuhan, Arsen berdiri di hadapan cermin. Separuh wajahnya masih cacat, namun sorot matanya bahkan lebih tajam dari sebelumnya. Luka itu hanya membuatnya lebih berbahaya. Di belakangnya, layar besar menampilkan wajah-wajah: Nadhif. Tari. Anak-anak mereka. Bahkan Kellan.“Operasi terakhir,” gumamnya.Sebuah pintu baja terbuka. Seorang pria berpakaian militer masuk dan menyodorkan tas hitam berisi alat peledak dan senjata. “Ini misi bunuh diri, Bung. Tapi bayarannya besar.”Arsen tersenyum bengis. “Aku

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 166

    Tari memejamkan mata. Ada luka di dalam hatinya yang masih sulit dijelaskan. Tapi satu hal yang pasti… ia tidak akan lagi jadi korban.“Terima kasih,” ucapnya pelan.“Belum selesai,” kata Kellan sambil menatap ke arah luar tenda. “Masih ada yang harus kita bersihkan.”Di kejauhan, di balik reruntuhan bunker, sebuah tangan muncul dari bawah puing-puing yang hangus. Pelan-pelan, seseorang bangkit dengan napas berat, mata merah membara.Arsen… masih hidup.***Sisa malam di perbukitan Sialang masih beraroma mesiu. Asap tipis naik dari reruntuhan bunker yang kini hanya menyisakan kawah hangus di tengah hutan. Namun, di balik kabut itu, kehidupan yang tak seharusnya selamat perlahan merangkak keluar.Arsen.Tubuhnya berlumuran darah dan debu, napasnya berat dan tak beraturan. Separuh wajahnya terbakar, tapi matanya—mata itu tetap sama. Penuh obsesi. Penuh dendam.“Ini belum akhir…” bisiknya pelan sambil menatap ke arah bulan.**Di tenda medis darurat, Tari masih duduk diam, mencoba memuli

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 165

    Langit malam di atas perbukitan Sialang kini dipenuhi suara baling-baling helikopter yang memecah keheningan. Cahaya sorot terang dari udara perlahan mengarah ke gudang tua tempat Arsen menyekap Tari. Di dalam, suasana menjadi kacau. Pria-pria bersenjata mulai siaga, radio mereka memancarkan suara-suara panik.“Helikopter tak dikenal mendekat dari utara! Kita diserang!” teriak salah satu penjaga.Arsen mencengkeram lengan Tari, matanya menyipit tajam. “Cepat! Kita pindah sekarang!”Tari ditarik paksa melewati lorong gudang, namun pikirannya kini tidak lagi sekadar ketakutan. Kata-kata Kellan terus terngiang di benaknya: “Bertahan. Kita bisa jatuhkan mereka semua.”Di luar, pasukan tak dikenal mulai turun dengan tali dari helikopter, mengenakan seragam hitam tanpa identitas jelas. Mereka bergerak cepat dan senyap, seperti bayangan malam. Di antara mereka, Kellan muncul, kini dalam pakaian lengkap dengan emblem merah samar di bahunya.“Target visual. Arsen dan perempuan bersama. Bergera

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 164

    "Sial! Mereka datang lebih cepat dari yang kita duga!" maki salah satu pria bersenjata.Tanpa membuang waktu, mereka segera menyeret Arsen keluar. Tari mencoba mundur, berharap bisa menghindari kekacauan ini, tetapi tangan Arsen dengan sigap menangkap pergelangan tangannya."Jangan berpikir untuk lari. Kau ikut denganku," ucapnya tegas.Tari memberontak, namun cengkeraman Arsen terlalu kuat. "Lepaskan aku! Aku tidak mau ikut denganmu!"Namun, Arsen tidak peduli. Ia menarik Tari ke luar pos keamanan, tepat saat suara tembakan kembali menggema. Petugas yang tersisa mulai membalas tembakan para penyerang. Tari menutup telinganya, napasnya memburu. Ini bukan sekadar penculikan—ini medan perang.Salah seorang pria berbadan besar membuka pintu sebuah mobil hitam yang telah menunggu tak jauh dari pelabuhan. "Masuk!"Arsen menarik Tari masuk ke dalam mobil bersamanya, sementara anak buahnya menembakkan beberapa peluru terakhir sebelum mereka ikut melompat ke dalam kendaraan.Dengan suara mera

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 163

    Sementara itu, di sebuah lokasi rahasia di Sumatra, seorang pria bertubuh besar duduk di kursi kayu dengan wajah dingin. Dia adalah salah satu ketua geng besar di sana, seorang pria yang telah menaruh harapan besar pada Arsen untuk menjalankan bisnisnya."Apa maksudnya Arsen tertahan di pelabuhan?" suaranya bergetar marah.Seorang anak buahnya menunduk, tampak enggan memberikan laporan. "Sepertinya dia tertangkap oleh petugas saat hendak menyeberang dengan seorang wanita."Pria itu mendengus. "Ah, perempuan! Selalu masalahnya itu pada pertemuan. NORAK! Aku sudah menyiapkan segalanya untuknya di sini. Dia tidak boleh gagal. Kau tahu apa yang harus dilakukan, kan?"Anak buahnya mengangguk. "Ya, Bos. Kami akan bertindak cepat."Di pelabuhan, Tari belum menyadari bahwa rencana penyelamatan bagi Arsen sudah dimulai. Beberapa pria berpakaian preman mulai bergerak ke arah pos keamanan, membawa sesuatu di balik jaket mereka.Tari merasa ada yang tidak beres. Perasaan tidak enak menyelimutinya

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 162

    Kesempatan ini terlalu berharga untuk disia-siakan.Tari menarik napas dalam-dalam, lalu tiba-tiba—BRUKK!Dia menendang tulang kering Arsen sekuat tenaga dan berlari secepat mungkin ke arah kerumunan!"TARI!" suara Arsen menggelegar di belakangnya, tapi Tari tidak peduli. Dia berlari menuju petugas berseragam yang berdiri tak jauh darinya."Tolong! Saya diculik!" teriaknya putus asa.Petugas itu menoleh, matanya membesar saat melihat Tari yang berlari ketakutan.Namun, sebelum Tari sempat mencapai mereka, Arsen berhasil menangkap lengannya dan menariknya kembali dengan kasar. Tari menjerit."Jangan buat masalah, Tari!" desis Arsen marah. Dia menarik Tari lebih erat, hampir menyeretnya."Ada apa ini?!" salah satu petugas akhirnya bergerak mendekat.Arsen dengan cepat mengubah ekspresi dan tersenyum. "Ini istri saya, Pak. Dia hanya sedikit panik karena perjalanan jauh.""Tidak! Saya diculik! Tolong saya!" Tari meronta dengan panik.Petugas itu menatap Arsen dengan curiga. "Istri Anda b

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 161

    Fajar baru saja menyingsing ketika Tari dipaksa bangun oleh Arsen. Mata pria itu tajam, ekspresinya dingin tanpa kompromi. Jelas ada rasa takut jika Tari kabur dari sisinya. Lelaki itu seperti bukan dirinya lagi. Kegagalan berumah tangga dimasa lalu membuatnya terobsesi untuk mengulang kembali dengan perempuan yang sama. Namun, dia tidak menghitung konsekuensi atas tindakannya itu. Masa sudah berganti, kehidupan kian berlalu. Beralih ke masa depan yang seharusnya tidak ada dia disana."Bangun, Dek. Kita pergi sekarang," perintahnya singkat.Tari menggigit bibir. Dia tahu, usahanya kabur semalam membuat Arsen semakin waspada. Jika dia mencoba sesuatu lagi, risikonya lebih besar."Ke mana?" tanyanya, berusaha terdengar tenang.Arsen menarik napas dalam. "Sumatera aku punya saudara disana. Kita tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Terlalu berisiko."Jantung Tari berdegup kencang. Sumatra? Itu berarti dia akan dibawa lebih jauh dari keluarganya, dari anak-anaknya. Jika dia tidak bertind

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status