Share

Gosip (7)

Penulis: Mutiara Sukma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 09:47:53

"Ngapain kamu kesini?" Kedatanganku disambut tatapan tak bersahabat dari Mas Fatan. Aku mengulurkan tangan. Namun, Mas Fatan buang pandang seakan tak sudi berjabat denganku. Aku pun menurunkan kembali tangan yang menggantung di udara.

"Maaf, Mas. Tari dan anak-anak kemana, ya?" Tanyaku sembari melihat ke dalam rumah yang sepi.

"Tari ga ada!" Cetusnya.

"Kemana, Mas?" Buruku menahan rasa penasaran. Jam sudah menunjukkan angka delapan malam. Kemana Tari selarut ini? 

"Yang pasti tidak sedang mengubar aib ataupun mengadu pada orang lain atas lelahnya dia menjadi istri yang dituntut kuat dan tak boleh mengeluh!"

Degh!

Apa maksudnya? Belum sempat otakku mencerna ucapan Mas Fatan. Laki-laki itu masuk ke dalam tanpa berkata sepatah katapun padaku, pintu pun di tutup kasar. Aku terduduk di kursi rotan yang tersedia di teras rumah itu. Tak menyangka kedatanganku justru membuat sakit hati begini 

[Dek, kamu dimana? Aku ada dirumah, Ibu! Cepat pulang!] Aku mengirim pesan setelah beberapa kali panggilan telepon tak di jawab.

Pesan sudah dibaca tapi tak dijawab juga. Status terlihat online tapi perempuan itu sama sekali tak menggubris pesan yang ku kirim bertubi-tubi itu. Si4l! Tari sungguh keterlaluan. Tak ada bagus bagusnya jadi istri. Setelah lima belas menit menunggu Tari tak juga pulang, aku memutuskan pergi. Melihat pintu yang tertutup rapat dan sambutan Mas Fatan yang tak mengenakkan. Aku memilih meninggalkan rumah ini tanpa pamit. 

***

Sudah dua hari sejak kedatanganku ke rumah Ibunya Tari. Selama itu istriku sama sekali tak bisa dihubungi. Ponselnya bahkan tak aktif. Ingin mencari tau, tapi melihat tampang Mas Fatan aku jadi urung.

"Arsen, kemarin performa istri lu keren banget. Lu kenapa ga datang sih?" Remon tiba-tiba datang membuyarkan lamunanku pagi ini.

"Heh, bengong lu? Takut ya, jika penghasilan Tari lebih besar dari lu?" Ledeknya lagi. Aku makin muak mendengarnya. Penghasilan apa? Mimpi kali!.

"Ih, nih anak. Kesambet demit mana sih, jadi aneh!" Gerutu Remon sambil berjalan menjauh dari mejaku. Aku hanya mencebik dengan tangan masih menumpu wajah.

Ponselku tiba-tiba berdering. Gegas aku membukanya. Berharap itu pesan atau telepon dari Tari. Tapi , ternyata bukan. Rani.

[Mas, Mamamu minta kita segera menikah. Aku sudah menelepon orang tuaku. Mereka setuju.]

Aku membaca berulang-ulang pesan itu. Menikah lagi? Apa memang itu solusinya?

[Aku akan bicarakan pada Tari. Kamu sabar, ya?]

[Jangan lama-lama. Kalau misal aku ga ada harapan untuk menjadi istri kamu. Aku akan kembali ke Batam. Aku sudah punya pekerjaan disana.]

[Iya, tenang aja. Setelah pulang kerja nanti aku akan ke rumah Ibunya Tari. Tak akan lama. Kamu akan menjadi istriku.]

Suasana hati seketika cerah kembali. Ya udah lah, ga usah mikirin Tari lagi. Saatnya aku bahagia dengan Rani. Toh, aku tak kan menceraikan Tari. Kasian dia pasti akan sengsara tanpa aku yang mendukung perekonomiannya.

Jam kerja usai, aku segera berlari ke parkiran. Ingin segera menemui Tari di rumah ibunya dan mengatakan niatku untuk menikah lagi. Barangkali nanti Rani akan membantu Tari mengurus rumah. Lumayan kan, aku tak perlu mencari pembantu lagi. 

Baru saja motor masuk ke halaman rumah, aku dikagetkan dengan kehadiran Tari yang duduk di kursi teras sambil melihat anak-anak bermain mobil-mobilan. Syukurlah, aku tak perlu mendatangi rumah ibunya. Dia sendiri yang pulang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Ada Yang Disembunyikan Tari (8)

    "Papa ..." Alif dan Ammar meninggalkan mainan dan berlari ke arahku. Anak tampak begitu rindu. Hampir sebulan tak bertemu, wajar saja. Kami berpelukan. Tari berdiri sambil mengulas senyum. Ada yang beda, Tari kini terlihat lebih bersih dan cantik."Kamu sudah pulang, sayang?" Sapaku, Tari menyambut tanganku yang terulur padanya. Perempuan itu mengangguk. Matanya berbinar."Maafkan aku, Mas. Aku salah selama ini. Sekarang aku sadar, kamu benar. Mulai hari ini aku akan berubah. Dan aku punya kabar bahagia untuk kamu." Aku gemetar mendengar ucapan tari yang terlihat bersemangat. Tapi, dia juga harus tau kabar bahagia yang akan aku sampaikan. Mungkin bahagia untukku tak tau untuknya."Nanti kita ngobrol ya, Dek. Mas bersih bersih dulu." Tari mengangguk. Alif dan Ammar masih memegang kedua tanganku. Kami beriringan masuk ke dalam. Rumah rapi, wangi dan benar benar berubah 180 derjat. Semua hal itu makin membuat suasana hati membaik."Kamu pasti capek ya, seharian membereskan rumah?" ujark

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Yang Penting Istri Kedua Bahagia (10)

    "Tari sudah tau jika Arsen mau menikahi Rani, Ma." Ujarku di telpon pada Mama."Wah, bagus dong! Kamu bisa segera melamar Rani. Mama akan persiapkan semuanya. Kamu mau acara besar-besaran atau gimana?" Tanya Mama. Aku terdiam. Di kantor ini ada larangan karyawannya punya istri lebih dari satu. Jika aku membuat acara dan mengundang teman-teman di sini nyari ma_ti namanya."Acara biasa aja, Ma. Takut nanti ketauan sama orang kantor.""Oke lah. Kamu siapkan dananya biar Mama yang bereskan." "Makasih, ya, Ma.""Iya. Yang penting anak Mama bahagia. Ga capek melihat rumah yang selalu berantakan. Kamu ga salah pilih. Rani memang sudah sangat yang terbaik." Aku tersenyum. Meski ada bisikin yang mengatakan jika apa yang aku lakukan sekarang akan menjadi penyesalan yang teramat dalam nanti. Tapi, itu hanya felling saja. Tak mungkin terjadi. Pilihanku ini pasti benar.Jam sudah menunjukkan angka lima. Aku bergegas hendak pulang."Buru buru amat lu!" Sentak Remon."Iya, ada janji." Sahutku sing

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Abrar sakit (10)

    Aku menghela nafas panjang lalu bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Bersih bersih lalu keluar meninggalkan Rani yang masih dalam posisi yang sama."Arsen, itu saudara-saudara Rani kok masih pada disini sih?" bisik Mama begitu aku keluar kamar. Mataku langsung tertuju pada orang-orang yang masih pada tidur diruang tamu beralaskan karpet. Sebagian duduk diluar sambil membakar ro kok dengan santainya."Sabar, Ma. Hanya sebentar, nanti mereka pasti pulang." "Tapi, ga ada yang mau bantuin Mama. Lihat cucian piring menumpuk dan rumah berantakan, ya ampun!" Mama mengaruk kepalanya kasar."Rani belum bangun, ya?" tanya nya lagi. Aku menggeleng."Kamu ga bisa bilang sama mereka, yang muda muda itu lho. Bantuin Mama di dapur. Mama kan juga capek habis pesta kemarin." ujar mama memelas. Aku menoleh sekilas pada saudara-saudara Rani yang masih tidur pulas. Mereka terpaksa menumpang disini karena rumah Ibunya Rani tak muat. Rani pun sudah tidak ngekost lantaran mau tinggal dirumah Mama katanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Laki-laki Bersama Tari (11)

    Sekitar sejam aku sampai. Dengan modal bertanya-tanya pada perawat aku sampai diruangan dimana Abrar di rawat. Ruang VIP, gila! Tari, siapa yang mau bayar tagihannya? awas aja kalau sampai meminta padaku. Siapa suruh memesan ruangan mahal begitu. Aku mana punya uang? udah habis untuk pesta kemarin."Dek?" langkahku terhenti begitu melihat sepasang anak manusia berjalan bersisian di depanku. Aku tau persis siapa perempuan yang memakai dress biru selutut dengan rambut sepunggung dan bergelung itu, pasti Tari. Perempuan yang sedang ngobrol laki-laki berjas putih itu menoleh. Begitu juga dengan lelaki disebelahnya. Benar itu Tari. Wajahnya langsung berubah."Ya sudah, nanti kalau ada apa-apa kabari aku segera, ya." laki-laki yang kutebak adalah dokter yang menangani Abrar itu melempar senyum pada Tari. Tari membalas senyum itu sambil mengangguk. Hatiku kenapa terasa panas begini?Setelah dokter itu pergi, Tari dengan cuek melanjutkan langkah membuatku sedikit berlari mengejar."Kenapa kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 12

    "Ma, kita ke rumah baru aja. Alif ga mau disini, ga enak!" seru Alif, yang kutangkap. Aku masih belum memberanikan diri masuk, duduk di kursi teras, berharap Tari menghampiri dan menanyakan kabarku juga."Sabar ya, Sayang. Dedek baru sembuh. Nanti kalau dedek Abrar udah pulih, kita ke rumah baru lagi." bujuk Tari."Hore, sama Om Dokter juga ya, Ma. Alif mau main ke timezone lagi, sama Om dokter. Seru!" pekik Alif.Degh! pergi sama Om Dokter. Jangan-jangan benar laki-laki tadi itu selingkuhan Tari? lalu perempuan itu dibelikan mobil dan digratiskan bayar pengobatan Abrar?Rahangku mengeras. Kurang aj*r Tari! tanganku mengepal kuat. Tapi, tak berani masuk karena ada Mas Fatan, Ibu juga seorang perempuan yang kutebak adalah calon istri Mas Fatan."Iya dong, sama Om dokter. Kan Om dokter sekarang yang jagain Alif, Ammar, Abrar dan Mama Tari? ya kan, Tari?" kini suara Mas Fatan terdengar nyaring. Jelas dia sedang memanas-manasiku. Si*l!Dengan api cemburu yang masih sangat membara aku bang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 13

    "Selamat, ya!" Ucap Pak Hari begitu aku duduk di depannya. Aku mengernyitkan kening."Selamat untuk apa, Pak?" Tanyaku meski dada ini sudah berdebar kencang. Firasatku mengatakan hal yang buruk akan terjadi. Keringat dingin mulai mengucur dari dalam pori-pori."Selamat untuk kinerja Anda!" Pak Hari tersenyum. Aku menghela napas lega."Anda baru sembuh kan?" Aku mengangguk cepat. "Ini buktinya, Pak. Surat keterangan dari dokter." Aku menyerahkan amplop berisi keterangan bahwa aku memang sakit beberapa hari ini. Pak Hari menerima dengan senyum yang tak biasa. "Oh, diare." Lirihnya setelah membaca surat itu sambil mengangguk-anggukkan kepala."Iya betul, Pak." Sahutku. Ternyata tadi hanya sekedar ketakutan saja karena aku berbohong."Ini surat keterangan dari perusahaan. Silahkan anda buka sendiri. Semoga ga makin ber ak-ber ak, ya." Aku menerima amplop coklat yang diserahkan Pak Hari dengan bingung.."Maksudnya saya dikeluarkan, Pak?" Tanyaku setelah membuka dan membaca isi surat dal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    bab 14

    "Lho, kok gitu?""Kata mereka pernikahan dengan polemik poligami itu rawan kegaduhan yang akan menganggu kinerja karyawannya.""Astaghfirullah, trus gimana, Ar? Gimana dengan kita setelah ini? Kuliah adikmu juga gimana?" Tanya Mama panik. Tentu saja aku juga sama paniknya. Mau cari kemana uang 10juta sebulan untuk biaya Mama juga adikku. Belum lagi biaya untuk Tari dan anak-anak. Sekarang ditambah dengan adanya Rani. Duh, Tuhan. Kenapa setelah melaksanakan Sunnah nabi, hidupku jadi kacau begini."Eh, tutup botol! Elu bukan melaksanakan Sunnah Nabi, tapi memuaskan hawa na*su! Sunnah Nabi tidak mendzolimi makhluk Allah yang lain. Tapi, nyatanya elu, menyakiti Tari dan juga anak-anak lu. Kebayang ga betapa terlukanya dia. Dan lu ga mikir, gimana perasaan mertua lu? Saat anak perempuannya disakiti seperti itu. Mikir lu!!" Sentak Remon tadi sebelum berlalu. Aku mengusap wajahku kasar."Mas, aku habis cek out nih si shop*, tranf*rin dong!" Rani datang dengan ponsel ditangannya."Rani, Arsen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 15

    Mas Fatan yang masuk kembali ke dalam rumah tanpa memperdulikanku. Hah! Kenapa malah jadi begini. Aku akhirnya pulang. "Gimana? Dapat pekerjaannya?" Tanya Mama tak sabar."Ma, Arsen bukan melamar kerja, Tapi, ke rumah. mau ketemu Tari dan anak-anak. Mereka malah ga ada.""Ga ada? Emang pada kemana? Perempuan kampungan itu pasti pulang ke rumah ibunya." Aku menghela napas dalam dalam. "Ga ada, Ma. Tari ga kesana. Tadi, kata pembantunya, Tari pergi sama seorang laki-laki. Arsen ga tau siapa.""Pembantu? Ga salah kamu, Ar? Dih, ngimpi punya pembantu. Jangan jangan dia ngarepin kamu buat menggaji pembantu itu, Ar." Mama menatapku lekat."Katanya sih, bukan, Ma. Tari yang menggaji sendiri."Ya udah, kalau gitu kamu pulang sana. Ajak aw aww qw QQ QQ bunuh-bunuhgerepotin dia. Yang penting jangan sampai kamu yang disuruh menggaji pembantu itu." Aku kembali menarik napas dalam-dalam."Rani ga mau pindah, Ma. Dia nyaman disini." Ujarku memelas."Tapi, mama yang ga nyaman. Tadi, ibu sama bapakn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 136

    “Setidaknya beri aku waktu lebih lama untuk bicara dengannya,” pintaku pelan.Mas Nadhif menghela napas. “Baik. Tapi kalau dalam seminggu tidak ada perubahan, kita harus mempertimbangkan langkah lain.”Aku mengangguk, tapi hatiku tidak tenang. Bagaimana jika Alisa malah semakin menjauh? Dan bagaimana jika Rio belum benar-benar pergi dari hidupnya?***Keesokan harinya, setelah semua orang pergi, Saat aku berpikir keras, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku melihat nomor tak dikenal di layar. Dengan ragu, aku mengangkatnya.“Halo?”Suara seorang perempuan terdengar di seberang sana. “Bu Tari, saya harus bicara dengan Anda. Ini soal Rio dan Alisa.”Jantungku berdegup kencang. “Siapa ini?”“Saya Fina. Saya mantan pacar Rio. Dan saya punya sesuatu yang harus Ibu lihat.”Aku tercekat. Mantan pacar Rio? Apa lagi ini?“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanyaku waspada.“Saya nggak bisa bicara lewat telepon. Kita harus bertemu.”Aku ragu sejenak, tapi ada sesuatu di nada suara Fina yang membuatku y

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 135

    "Saya minta baik-baik, Rio. Tolong tinggalkan anak saya. Kejarlah hidupmu. Tanpa membawa serta putriku. Dia masih mau sekolah. Tak ada waktu untuk pacaran!" Ucapku tegas. Kali ini aku mulai muak.Aku melihat ekspresi Alisa berubah, antara marah dan panik. Dia menggenggam tangan Rio erat, seakan meminta perlindungan.Dari kejauhan dia pemuda datang mendekat. Aku dapat memastikan itu Ammar dah Abrar. Setelah dekat kedua anakku itu berdiri disampingku dengan wajah menatap tajam ke ada Rio."Lu pergi baik-baik atau gw paksa!" Sentak Ammar.“Kak, kalian nggak perlu ikut campur!” seru Alisa, matanya berkaca-kaca.Rio tersenyum tipis, seakan menikmati situasi ini. “Wah, keluarga yang overprotektif, ya?”Aku menatapnya tajam. “Bukan overprotektif, Rio. Kami hanya peduli dengan Alisa. Kami tahu apa yang terbaik untuknya.”Ammar menyilangkan tangannya di dada. “Kami sudah menyelidikimu, Rio. Teman-temanku tahu banyak soal jejak kelammu. Dan aku yakin, Alisa nggak akan percaya begitu saja kalau

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 134

    Alisa masih diam. Aku menatap Aleeya yang juga tampak cemas.“Aleeya, boleh Bunda bicara berdua dengan Alisa?” pintaku.Aleeya mengangguk menutup bukunya dan segera keluar, lalu menutup pintu pelan-pelan.Aku kembali menatap Alisa. “Nak, kamu tahu kan Bunda sayang sama kamu?”Alisa masih tidak menoleh.Aku menarik napas panjang. “Bunda dengar kamu masih dekat dengan Rio.”Saat itu juga Alisa langsung bangkit dan menatapku tajam. “Bunda udah nyuruh siapa buat nyari tahu urusan Alisa?” suaranya bergetar, entah marah atau takut.“Bunda hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja.”Alisa mendengus. “Bunda nggak suka sama Rio, kan? Karena dia nggak sekaya harapan bunda kan? Karena dia nggak punya masa depan?”Aku terhenyak. “Bukan begitu, Nak. Bunda hanya ingin yang terbaik buat kamu.”“Rio itu baik! Bunda aja yang nggak mau kenal dia,” katanya dengan suara yang lebih tinggi.Aku mengusap wajahku, berusaha menahan emosiku. “Alisa, kamu masih terlalu muda. Rio bukan orang yang baik, Nak. Dia

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 133

    Setelah kejadian itu Alisa mogok sekolah. Aku tidak mau memaksakan. Toh, itu juga lebih baik baginya sehingga dia tidak bisa bertemu lagi dengan lelaki berandal itu.Hari ini Mas Nadhif juga pulang. Aku dari pagi sibuk menyiapkan hidangan spesial untuknya dan Wildan. Diantara anak kami, hanya Wildan yang tidak mau kuliah. Dia memilih mengikuti jejak ayahnya sebagai produser."Bunda masak apa lagi? Biar aku bantu." Ammar yang libur kuliah menghampiriku. Tangannya mulai mengaduk-aduk spatula di atas penggorengan."Ga usah, udah mau selesai kok." Tolakku lembut."Bun, Alisa kenapa, Bunda sudah tau?" Tanyanya tiba-tiba.Aku menggeleng tapi mataku menatap Ammar untuk mencari jawaban."Kenapa dengannya? Anak itu menutup diri dari bunda. Entah apa salah Bunda, Bunda juga tidak tahu." Ammar menepuk pelan pundakku."Bunda tidak salah apa-apa, Bun. Bunda perempuan hebat yang Ammar miliki. Selamanya akan seperti itu. Bunda tidak boleh menyalahkan diri sendiri, apa yang terjadi pada Alisa sudah

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 132

    "Mas, Alisa sudah mengkhianati kepercayaan kita, Mas. Dan yang lebih menyakitkan lagi, dia hampir saja mencelakai Aleeya. Gimana kalau teman laki-laki nya itu bukan orang baik baik?" Aku mencurahkan isi hatiku pada Mas Nadhif lewat sambungan telepon."Iya, Mas juga ga percaya Alisa bisa senekat itu. Nanti Mas pulang, Alisa akan mas marahi, ya."aku menggeleng cepat. Walau ku tahu Mas Nadhif tidak bisa melihatnya."Jangan, Mas. Aku tidak meminta kamu memarahinya. Aku hanya meluahkan isi hatiku aja kok." Mas Nadhif tertawa kecil."Eh iya gimana Wildan? Apa dia bisa mengikuti arahan Mas dengan baik?" Aku mengalihkan pembicaraan."Alhamdulillah, Wildan juga cepat nangkap ilmu yang Mas ajarkan. Jadi, ga perlu khawatir. Kalau nanti Mas meninggal sudah ada Wildan yang akan mengurus jenazah Mas.""Huss, Mas! Ngomong apa sih!" Mas Nadhif tertawa lagi. Jujur aku tak bisa lagi mencari keburukan Mas Nadhif sejak kejadian waktu itu."Ya gapapa, kok. Kan memang sudah kepastian akan hal itu. Semua ya

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 131

    "Bunda kok ada di sini?" Wajah Aleeya pucat pasi. Pasti dia tidak menyangka aku akan ada di sini."Bunda yanga seharusnya nanya, kamu kenapa kesini? Dan laki-laki ini siapa?"Aku menunjuk laki-laki itu dengan dagu. "Maaf, Tante. Saya kesini ...""Saya tidak minta penjelasan dari kamu!" Cetusku membuat dia terdiam."Bunda, aku kesini karena disuruh Alisa. Aku sendiri tidak tahu untuk apa. Karena kata Alisa kalau aku tidak datang dia akan sangat marah pada ku, Bun.""Alisa?" Tanyaku heran. Aleeya mengangguk kuat. Aku menelisik wajah itu dengan seksama. Memang tidak ku dapati kebohongan. Tapi, aku masih tak habis pikir. Kenapa Alisa melakukan ini kepada saudara kembarnya. "Kamu kenal Alisa?" Ini pertanyaanku tertuju kepada laki-laki gondrong di sebelahku ini. Dia menunduk seakan enggan untuk menjawab pertanyaanku. "Kenal kan?"Dia mengangkat kembali kepalanya. Kini mata kami beradu."Saya bingung, Bu. Ini Alisa apa Aleeya?"Aku menghela napas panjang."Mas, saya ini Aleeya. Tadi Alis

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 130

    "Prinsip bunda masih sama. Tak ada pacaran sebelum pernikahan.""Tapi aku tak pacaran, Bun!" Pekiknya."Bunda percaya kok. Sekarang bawa sini hp nya. Bunda akan simpan sampai besok pagi. Biar malam ini kamu istirahat." Ujarku lembut.Dengan berat hati Alisa mengeluarkan ponsel dari bawah selimutnya dan menyerahkan padaku."Tenang, bunda gak akan melanggar kesepakatan kita." Mendengar itu Alisa tersenyum. Dia memelukku erat. Aku merasa ini pelukan rasa bersalah yang kini bersarang dalam hatinya karena menyembunyikan sesuatu yang tidak aku suka.Setelah memastikan Alisa tidur aku kembali ke kamar. Menaruh ponsel Alisa di atas meja. Hatiku terasa gundah. Antara ingin melihat pesan yang ada disana, atau amanah dengan perjanjian kami. Aku duduk di pinggir ranjang. Mata tetap terarah ke ponsel biru muda itu. Hingga tak lama ada pesan masuk dari kontak yang dinamai "Alex" yang terlihat di bar notifikasi.[Jangan lupa besok kita ketemuan di taman kota, ya. Aku jemput kamu jam 9.]Aku menaha

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 129

    Tak terasa sudah 10 tahun kami bersama. Usia tak lagi muda. Tapi, diri harus tetap berkarya. Aku masih menulis, meski tak seperti dulu lagi. Hanya semampuku saja. Beda dengan Mas Nadhif. Dia jarang ada dirumah karena harus keluar kota membersamai rumah produksi yang dia pegang."Nda, Ayah kenapa jarang pulang, ya?" Aleyaa menatapku sendu. Di usia nya yang kesepuluh dia mulai merasakan kurangnya perhatian dari ayahnya sendiri. Aku mengusap kepala gadisku itu lembut."Sayang, Ayah jarang pulang untuk kita. Demi memenuhi kebutuhan kita. Aleyaa jangan lupa selalu doakan Ayah. Agar rejekinya lancar, diberikan kesehatan dan dimudahkan semua urusannya." Aleyaa menunduk diam."Alisa mana, Sayang?" Aku menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka lebar."Alisa main hp, Nda." Aku langsung menatap mata Aleyaa. Karena seingatku kedua anak gadis yang beranjak remaja ini aku batasi megang ponsel jika dirumah."Aleyaa udah ingetin, Bun. Tapi, Alisa malah marah."Aleyaa menatapku. Ada sesuatu yang sedan

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 128

    "Ibu mau pakai baju seperti ini?"Ibu makin mengencangkan tawa. Mas Nadhif sampai terdiam melihat tawa ibunya yang begitu lepas. Baru kali ini aku melihat Ibu sebahagia ini. Mungkin karena penyakitnya yang tiba-tiba menghilang tanpa bekas. Luka di kaki Ibu yang sempat basah dan menjalar juga seketika mengering, Masyallah.Ibu pun sampai dengan mas Fathan. Mbak Rajma kali ini tidak bisa ikut. Karena bayinya lagi kurang sehat. Obrolan ibuku dengan ibu Mas Nadhif terasa begitu hangat. Apa saja mereka omongin. Lalu tertawa bersama. Masakan Ibu mertuaku itu juga sangat lezat. Bik Inah dan Bik Mira kami ajak makan dalam satu hidangan. Benar benar kekeluargaan.Jam sudah menunjukkan angka sebelas. Mas Nadhif dan Mas Fathan siap-siap hendak berangkat salat Jumat. Sedangkan kami para perempuan juga bersiap-siap untuk sholat Dzuhur di rumah. Sayang anak-anak sedang sekolah jadi tidak bisa merasakan kebersamaan ini seutuhnya.Aku yang paling muda ditunjuk menjadi Imam. Meski canggung aku tetap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status