Share

Kepergian Tari (6)

Author: Mutiara Sukma
last update Huling Na-update: 2024-12-12 17:01:42

"Mas, aku ke rumah Ibu. Ibu sakit." tanpa salam Tari langsung mengutarakan maksudnya.

"Oh, ya sudah. Hati-hati, ya." 

"Iya."

Sambungan langsung terputus. Aku mengernyit heran. Tumben dia ga minta u4ng. Biasanya pasti minta jatah jajan anak-anak atau untuk belanja selama tinggal di rumah Ibunya.

"Kenapa?" Rani menatapku lekat.

"Gapapa, istriku pamit mau ke rumah Ibunya. Biasa mertua lagi sakit."

"Oh ..." sahutnya sembari mengangguk-anggukkan kepala.

"Eh, istriku kamu yang buka toko kue itu bukan sih, Ar?"

"Toko kue? toko kue apaan? istriku jangankan bikin kue, menyapu rumah aja dia ga sempat." aku terkekeh.

"Hah? serius? tapi, toko kue Lestari Jingga itu punyamu kan?" aku makin melebarkan tawa.

Bagaimana mungkin mau punya toko kue. Walau nama toko itu hampir mirip dengan nama Tari, tapi mustahil. Mana mungkin.

"Tari itu kalau dirumah kerjaannya main hp. Setiap pulang kerja hal yang bikin kita selalu cekcok itu ga jauh-jauh karena urusan rumah yang ga keurus. Hah, aku udah capek, Ran. Anak-anak kotor, dekil. Kadang malah aku yang membantu pekerjaan istriku itu." Tari menyimak, wajahnya terlihat penuh empati. 

"Makanya, Mama suka kasian. Katanya lebih baik cari istri yang bisa mengurus rumah. Kasian akunya."

Rani menyesap jus didepannya perlahan.

"Kenapa kalian ga mencari pembantu aja sih? anak kamu tiga kan?"

"Tari nya ga mau. Katanya, hanya mengurangi pahala dia sebagai seorang istri." Rani menggeleng-gelengkan kepala. Terpaksa aku memberikan alasan seperti itu, kalau aku bilang yang sebenarnya, pasti Rani pun akan ilfeel padaku.

"Bagus sih alasannya. Tapi, ga logis. Secara dia aja keteteran. Dicarikan pembantu malah nolak. Aneh istri kamu itu!"

"Iya begitu lah. Aku terpaksa sabar, tapi sampai kapan? kamu lihatkan, aku sendiri udah seharian di kantor. Kalau harus bekerja lagi dirumah, capeknya dobel."

Rani meraih tanganku. Matanya juga menatap dalam mataku. Tak kusangka gadis ini begitu percaya dengan cerita yang kukarang dadakan itu. Namanya juga lagi nyari simpati kan?

"Kamu sabar, ya. Aku janji akan menjadi istri yang sempurna untuk kamu nanti."

Yees!!

***

Hari demi hari kedekatan ku dengan Rani makin intens. Setiap hari Rani mengajak ketemuan selepas jam kantor. Dihari libur dia selalu datang ke rumah Mama. Membawa kue yang katanya dibeli dari toko Lestari Jingga itu. Penasaran sih. Tapi masih belum ada waktu untuk kesana. Tari sendiri sibuk mengurus Ibunya. Tak masalah justru itu menguntungkanku.

Sudah hampir dua Minggu tari dan anak-anak menginap dirumah Ibunya. Sangat jarang perempuan itu menghubungiku. Jika, tidak aku yang menelepon maka dia tak akan ingat padaku. Keterlaluan.

"Dek, Ibu belum sembuh?" sore ini entah kenapa ada perasaan rindu pada Tari dan anak-anak.

"Belum." seperti biasa jawabnya singkat.

"Kan ada Mas Fatan? Kamu kan masih punya tanggung jawab mengurus suami?" bantahku.

"Iya, aku tahu. Tapi, saat ini ibu benar-benar tak bisa ditinggal." jawabnya biasa. Aku menghela nafas panjang. 

"Anak-anak sehat?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Sehat." 

"Aku pulang kerja ke rumah Ibu, ya?" aku sengaja memancing tanggapan Tari.

"Jangan ... Ga usah. Kamu langsung pulang ke rumah aja. Ibu kalau habis Maghrib udah harus istirahat. Aku takut Ibu terganggu."

"Kamu ga kangen sama aku, Dek?" 

"Mas, udah ya. Abrar bangun." sambungan terputus. Si4l. Tari kenapa berubah begitu sekarang. Apa dia benar-benar sudah bisa hidup tanpa suami? buktinya kemarin aku gajian, dia bahkan ga meminta uang padaku. Bagus sih, tapi aneh aja.

Malam ini baru ada rasa sepi. Tak ada Tari dan anak-anak sepi juga ternyata. Dari pada bengong. Aku menghubungi Rani. Hampir sejam aku ngobrol. padahal, tadi sore kami juga sudah bertemu. Tapi tetap candu. Malam ini aku berharap bisa tidur dan memimpikan punya istri sesempurna Rani. Semoga.

Keesokan harinya.

"Mama seneng liat hubungan kalian makin dekat. Sebentar lagi mama bakal punya mantu baru." seru Mama begitu melihatku datang. Aku membuka helm dan menaruh di atas motor.

"Mama, Arsen baru datang udah ngomongin Rani aja." sungutku pura-pura jengkel padahal seneng.

"Mama ga sabar." Mama berjalan di depanku langsung menuju meja makan. Mama tau aku belum sarapan.

"Tari mana mengijinkan, Ma. Arsen takut nanti malah mengecewakan Rani. Tapi, sejujurnya Arsen masih cinta sama dia." aku menyendok makanan ke dalam piring.

"Halah, ga usah mikirin Tari. Dia kan anak orang susah. Mana mungkin mau berpisah. Paling dia yang akan mengemis-ngemis biar kamu ga menceraikan dia."

"Iya juga sih, Ma. Bulan depan ada pemilihan manager baru. Arsen pasti menang. Dan kalau benar menang, Arsen akan segera melamar Rani."

"Terus kalau kalah?" aku menatap Mama.

"Kalau kalah tetap nikah lagi juga. Mau gimana lagi, Arsen sudah nyaman sama Rani."

Mama tertawa kencang. "Dasar kamu ih!" 

Sesampainya di kantor. Remon menepuk pundakku kencang.

"Seneng banget romannya Bro?" aku tertawa kecil.

"Biasa aja, Bro."

"Eh, istri lu hebat juga, ya?"

"Hebat apaan?" aku mengernyitkan kening.

 Remon memang teman yang paling dekat denganku juga Tari. Dia sering kerumah apalagi saat kelahiran anak-anakku, dia selalu yang pertama datang membawakan kado.

"Tulisannya viral. Buku-bukunya pasti laris manis."

"Tulisan? Buku? apaan sih lu! Tari ga nulis. Dia sibuk ngurus anak!" aku tertawa kencang. Mana mungkin Tari sehebat itu. Mana punya waktu dia

"Lah, masih merendah. Istri gw ngefans tuh sama. istri lu. Kapan lu open house? gw mau ajak Istri gw ketemu istri lu!" 

"Jangan becanda, Mon!" sentakku. Tapi, Remon hanya menggelengkan kepala lalu tertawa terbahak-bahak

"Masa lu ga percaya sama gw. Pernah ga gw bohong?" 

Aku terdiam. Kemarin Rani yang bilang Tari punya toko kue. sekarang malah Remon. Apakah keduanya sengaja nge-prank aku

?

Lagian, mustahil, mustahil Wei, Tari sehebat itu. Dia kalah jauh sama Rani. Istri yang hanya bisa mengeluh.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Gosip (7)

    "Ngapain kamu kesini?" Kedatanganku disambut tatapan tak bersahabat dari Mas Fatan. Aku mengulurkan tangan. Namun, Mas Fatan buang pandang seakan tak sudi berjabat denganku. Aku pun menurunkan kembali tangan yang menggantung di udara."Maaf, Mas. Tari dan anak-anak kemana, ya?" Tanyaku sembari melihat ke dalam rumah yang sepi."Tari ga ada!" Cetusnya."Kemana, Mas?" Buruku menahan rasa penasaran. Jam sudah menunjukkan angka delapan malam. Kemana Tari selarut ini? "Yang pasti tidak sedang mengubar aib ataupun mengadu pada orang lain atas lelahnya dia menjadi istri yang dituntut kuat dan tak boleh mengeluh!"Degh!Apa maksudnya? Belum sempat otakku mencerna ucapan Mas Fatan. Laki-laki itu masuk ke dalam tanpa berkata sepatah katapun padaku, pintu pun di tutup kasar. Aku terduduk di kursi rotan yang tersedia di teras rumah itu. Tak menyangka kedatanganku justru membuat sakit hati begini [Dek, kamu dimana? Aku ada dirumah, Ibu! Cepat pulang!] Aku mengirim pesan setelah beberapa kali pan

    Huling Na-update : 2024-12-18
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Ada Yang Disembunyikan Tari (8)

    "Papa ..." Alif dan Ammar meninggalkan mainan dan berlari ke arahku. Anak tampak begitu rindu. Hampir sebulan tak bertemu, wajar saja. Kami berpelukan. Tari berdiri sambil mengulas senyum. Ada yang beda, Tari kini terlihat lebih bersih dan cantik."Kamu sudah pulang, sayang?" Sapaku, Tari menyambut tanganku yang terulur padanya. Perempuan itu mengangguk. Matanya berbinar."Maafkan aku, Mas. Aku salah selama ini. Sekarang aku sadar, kamu benar. Mulai hari ini aku akan berubah. Dan aku punya kabar bahagia untuk kamu." Aku gemetar mendengar ucapan tari yang terlihat bersemangat. Tapi, dia juga harus tau kabar bahagia yang akan aku sampaikan. Mungkin bahagia untukku tak tau untuknya."Nanti kita ngobrol ya, Dek. Mas bersih bersih dulu." Tari mengangguk. Alif dan Ammar masih memegang kedua tanganku. Kami beriringan masuk ke dalam. Rumah rapi, wangi dan benar benar berubah 180 derjat. Semua hal itu makin membuat suasana hati membaik."Kamu pasti capek ya, seharian membereskan rumah?" ujark

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Yang Penting Istri Kedua Bahagia (10)

    "Tari sudah tau jika Arsen mau menikahi Rani, Ma." Ujarku di telpon pada Mama."Wah, bagus dong! Kamu bisa segera melamar Rani. Mama akan persiapkan semuanya. Kamu mau acara besar-besaran atau gimana?" Tanya Mama. Aku terdiam. Di kantor ini ada larangan karyawannya punya istri lebih dari satu. Jika aku membuat acara dan mengundang teman-teman di sini nyari ma_ti namanya."Acara biasa aja, Ma. Takut nanti ketauan sama orang kantor.""Oke lah. Kamu siapkan dananya biar Mama yang bereskan." "Makasih, ya, Ma.""Iya. Yang penting anak Mama bahagia. Ga capek melihat rumah yang selalu berantakan. Kamu ga salah pilih. Rani memang sudah sangat yang terbaik." Aku tersenyum. Meski ada bisikin yang mengatakan jika apa yang aku lakukan sekarang akan menjadi penyesalan yang teramat dalam nanti. Tapi, itu hanya felling saja. Tak mungkin terjadi. Pilihanku ini pasti benar.Jam sudah menunjukkan angka lima. Aku bergegas hendak pulang."Buru buru amat lu!" Sentak Remon."Iya, ada janji." Sahutku sing

    Huling Na-update : 2024-12-22
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Abrar sakit (10)

    Aku menghela nafas panjang lalu bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Bersih bersih lalu keluar meninggalkan Rani yang masih dalam posisi yang sama."Arsen, itu saudara-saudara Rani kok masih pada disini sih?" bisik Mama begitu aku keluar kamar. Mataku langsung tertuju pada orang-orang yang masih pada tidur diruang tamu beralaskan karpet. Sebagian duduk diluar sambil membakar ro kok dengan santainya."Sabar, Ma. Hanya sebentar, nanti mereka pasti pulang." "Tapi, ga ada yang mau bantuin Mama. Lihat cucian piring menumpuk dan rumah berantakan, ya ampun!" Mama mengaruk kepalanya kasar."Rani belum bangun, ya?" tanya nya lagi. Aku menggeleng."Kamu ga bisa bilang sama mereka, yang muda muda itu lho. Bantuin Mama di dapur. Mama kan juga capek habis pesta kemarin." ujar mama memelas. Aku menoleh sekilas pada saudara-saudara Rani yang masih tidur pulas. Mereka terpaksa menumpang disini karena rumah Ibunya Rani tak muat. Rani pun sudah tidak ngekost lantaran mau tinggal dirumah Mama katanya.

    Huling Na-update : 2024-12-25
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Laki-laki Bersama Tari (11)

    Sekitar sejam aku sampai. Dengan modal bertanya-tanya pada perawat aku sampai diruangan dimana Abrar di rawat. Ruang VIP, gila! Tari, siapa yang mau bayar tagihannya? awas aja kalau sampai meminta padaku. Siapa suruh memesan ruangan mahal begitu. Aku mana punya uang? udah habis untuk pesta kemarin."Dek?" langkahku terhenti begitu melihat sepasang anak manusia berjalan bersisian di depanku. Aku tau persis siapa perempuan yang memakai dress biru selutut dengan rambut sepunggung dan bergelung itu, pasti Tari. Perempuan yang sedang ngobrol laki-laki berjas putih itu menoleh. Begitu juga dengan lelaki disebelahnya. Benar itu Tari. Wajahnya langsung berubah."Ya sudah, nanti kalau ada apa-apa kabari aku segera, ya." laki-laki yang kutebak adalah dokter yang menangani Abrar itu melempar senyum pada Tari. Tari membalas senyum itu sambil mengangguk. Hatiku kenapa terasa panas begini?Setelah dokter itu pergi, Tari dengan cuek melanjutkan langkah membuatku sedikit berlari mengejar."Kenapa kamu

    Huling Na-update : 2024-12-27
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 12

    "Ma, kita ke rumah baru aja. Alif ga mau disini, ga enak!" seru Alif, yang kutangkap. Aku masih belum memberanikan diri masuk, duduk di kursi teras, berharap Tari menghampiri dan menanyakan kabarku juga."Sabar ya, Sayang. Dedek baru sembuh. Nanti kalau dedek Abrar udah pulih, kita ke rumah baru lagi." bujuk Tari."Hore, sama Om Dokter juga ya, Ma. Alif mau main ke timezone lagi, sama Om dokter. Seru!" pekik Alif.Degh! pergi sama Om Dokter. Jangan-jangan benar laki-laki tadi itu selingkuhan Tari? lalu perempuan itu dibelikan mobil dan digratiskan bayar pengobatan Abrar?Rahangku mengeras. Kurang aj*r Tari! tanganku mengepal kuat. Tapi, tak berani masuk karena ada Mas Fatan, Ibu juga seorang perempuan yang kutebak adalah calon istri Mas Fatan."Iya dong, sama Om dokter. Kan Om dokter sekarang yang jagain Alif, Ammar, Abrar dan Mama Tari? ya kan, Tari?" kini suara Mas Fatan terdengar nyaring. Jelas dia sedang memanas-manasiku. Si*l!Dengan api cemburu yang masih sangat membara aku bang

    Huling Na-update : 2024-12-29
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 13

    "Selamat, ya!" Ucap Pak Hari begitu aku duduk di depannya. Aku mengernyitkan kening."Selamat untuk apa, Pak?" Tanyaku meski dada ini sudah berdebar kencang. Firasatku mengatakan hal yang buruk akan terjadi. Keringat dingin mulai mengucur dari dalam pori-pori."Selamat untuk kinerja Anda!" Pak Hari tersenyum. Aku menghela napas lega."Anda baru sembuh kan?" Aku mengangguk cepat. "Ini buktinya, Pak. Surat keterangan dari dokter." Aku menyerahkan amplop berisi keterangan bahwa aku memang sakit beberapa hari ini. Pak Hari menerima dengan senyum yang tak biasa. "Oh, diare." Lirihnya setelah membaca surat itu sambil mengangguk-anggukkan kepala."Iya betul, Pak." Sahutku. Ternyata tadi hanya sekedar ketakutan saja karena aku berbohong."Ini surat keterangan dari perusahaan. Silahkan anda buka sendiri. Semoga ga makin ber ak-ber ak, ya." Aku menerima amplop coklat yang diserahkan Pak Hari dengan bingung.."Maksudnya saya dikeluarkan, Pak?" Tanyaku setelah membuka dan membaca isi surat dal

    Huling Na-update : 2025-01-03
  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    bab 14

    "Lho, kok gitu?""Kata mereka pernikahan dengan polemik poligami itu rawan kegaduhan yang akan menganggu kinerja karyawannya.""Astaghfirullah, trus gimana, Ar? Gimana dengan kita setelah ini? Kuliah adikmu juga gimana?" Tanya Mama panik. Tentu saja aku juga sama paniknya. Mau cari kemana uang 10juta sebulan untuk biaya Mama juga adikku. Belum lagi biaya untuk Tari dan anak-anak. Sekarang ditambah dengan adanya Rani. Duh, Tuhan. Kenapa setelah melaksanakan Sunnah nabi, hidupku jadi kacau begini."Eh, tutup botol! Elu bukan melaksanakan Sunnah Nabi, tapi memuaskan hawa na*su! Sunnah Nabi tidak mendzolimi makhluk Allah yang lain. Tapi, nyatanya elu, menyakiti Tari dan juga anak-anak lu. Kebayang ga betapa terlukanya dia. Dan lu ga mikir, gimana perasaan mertua lu? Saat anak perempuannya disakiti seperti itu. Mikir lu!!" Sentak Remon tadi sebelum berlalu. Aku mengusap wajahku kasar."Mas, aku habis cek out nih si shop*, tranf*rin dong!" Rani datang dengan ponsel ditangannya."Rani, Arsen

    Huling Na-update : 2025-01-06

Pinakabagong kabanata

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 136

    “Setidaknya beri aku waktu lebih lama untuk bicara dengannya,” pintaku pelan.Mas Nadhif menghela napas. “Baik. Tapi kalau dalam seminggu tidak ada perubahan, kita harus mempertimbangkan langkah lain.”Aku mengangguk, tapi hatiku tidak tenang. Bagaimana jika Alisa malah semakin menjauh? Dan bagaimana jika Rio belum benar-benar pergi dari hidupnya?***Keesokan harinya, setelah semua orang pergi, Saat aku berpikir keras, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku melihat nomor tak dikenal di layar. Dengan ragu, aku mengangkatnya.“Halo?”Suara seorang perempuan terdengar di seberang sana. “Bu Tari, saya harus bicara dengan Anda. Ini soal Rio dan Alisa.”Jantungku berdegup kencang. “Siapa ini?”“Saya Fina. Saya mantan pacar Rio. Dan saya punya sesuatu yang harus Ibu lihat.”Aku tercekat. Mantan pacar Rio? Apa lagi ini?“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanyaku waspada.“Saya nggak bisa bicara lewat telepon. Kita harus bertemu.”Aku ragu sejenak, tapi ada sesuatu di nada suara Fina yang membuatku y

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 135

    "Saya minta baik-baik, Rio. Tolong tinggalkan anak saya. Kejarlah hidupmu. Tanpa membawa serta putriku. Dia masih mau sekolah. Tak ada waktu untuk pacaran!" Ucapku tegas. Kali ini aku mulai muak.Aku melihat ekspresi Alisa berubah, antara marah dan panik. Dia menggenggam tangan Rio erat, seakan meminta perlindungan.Dari kejauhan dia pemuda datang mendekat. Aku dapat memastikan itu Ammar dah Abrar. Setelah dekat kedua anakku itu berdiri disampingku dengan wajah menatap tajam ke ada Rio."Lu pergi baik-baik atau gw paksa!" Sentak Ammar.“Kak, kalian nggak perlu ikut campur!” seru Alisa, matanya berkaca-kaca.Rio tersenyum tipis, seakan menikmati situasi ini. “Wah, keluarga yang overprotektif, ya?”Aku menatapnya tajam. “Bukan overprotektif, Rio. Kami hanya peduli dengan Alisa. Kami tahu apa yang terbaik untuknya.”Ammar menyilangkan tangannya di dada. “Kami sudah menyelidikimu, Rio. Teman-temanku tahu banyak soal jejak kelammu. Dan aku yakin, Alisa nggak akan percaya begitu saja kalau

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 134

    Alisa masih diam. Aku menatap Aleeya yang juga tampak cemas.“Aleeya, boleh Bunda bicara berdua dengan Alisa?” pintaku.Aleeya mengangguk menutup bukunya dan segera keluar, lalu menutup pintu pelan-pelan.Aku kembali menatap Alisa. “Nak, kamu tahu kan Bunda sayang sama kamu?”Alisa masih tidak menoleh.Aku menarik napas panjang. “Bunda dengar kamu masih dekat dengan Rio.”Saat itu juga Alisa langsung bangkit dan menatapku tajam. “Bunda udah nyuruh siapa buat nyari tahu urusan Alisa?” suaranya bergetar, entah marah atau takut.“Bunda hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja.”Alisa mendengus. “Bunda nggak suka sama Rio, kan? Karena dia nggak sekaya harapan bunda kan? Karena dia nggak punya masa depan?”Aku terhenyak. “Bukan begitu, Nak. Bunda hanya ingin yang terbaik buat kamu.”“Rio itu baik! Bunda aja yang nggak mau kenal dia,” katanya dengan suara yang lebih tinggi.Aku mengusap wajahku, berusaha menahan emosiku. “Alisa, kamu masih terlalu muda. Rio bukan orang yang baik, Nak. Dia

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 133

    Setelah kejadian itu Alisa mogok sekolah. Aku tidak mau memaksakan. Toh, itu juga lebih baik baginya sehingga dia tidak bisa bertemu lagi dengan lelaki berandal itu.Hari ini Mas Nadhif juga pulang. Aku dari pagi sibuk menyiapkan hidangan spesial untuknya dan Wildan. Diantara anak kami, hanya Wildan yang tidak mau kuliah. Dia memilih mengikuti jejak ayahnya sebagai produser."Bunda masak apa lagi? Biar aku bantu." Ammar yang libur kuliah menghampiriku. Tangannya mulai mengaduk-aduk spatula di atas penggorengan."Ga usah, udah mau selesai kok." Tolakku lembut."Bun, Alisa kenapa, Bunda sudah tau?" Tanyanya tiba-tiba.Aku menggeleng tapi mataku menatap Ammar untuk mencari jawaban."Kenapa dengannya? Anak itu menutup diri dari bunda. Entah apa salah Bunda, Bunda juga tidak tahu." Ammar menepuk pelan pundakku."Bunda tidak salah apa-apa, Bun. Bunda perempuan hebat yang Ammar miliki. Selamanya akan seperti itu. Bunda tidak boleh menyalahkan diri sendiri, apa yang terjadi pada Alisa sudah

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 132

    "Mas, Alisa sudah mengkhianati kepercayaan kita, Mas. Dan yang lebih menyakitkan lagi, dia hampir saja mencelakai Aleeya. Gimana kalau teman laki-laki nya itu bukan orang baik baik?" Aku mencurahkan isi hatiku pada Mas Nadhif lewat sambungan telepon."Iya, Mas juga ga percaya Alisa bisa senekat itu. Nanti Mas pulang, Alisa akan mas marahi, ya."aku menggeleng cepat. Walau ku tahu Mas Nadhif tidak bisa melihatnya."Jangan, Mas. Aku tidak meminta kamu memarahinya. Aku hanya meluahkan isi hatiku aja kok." Mas Nadhif tertawa kecil."Eh iya gimana Wildan? Apa dia bisa mengikuti arahan Mas dengan baik?" Aku mengalihkan pembicaraan."Alhamdulillah, Wildan juga cepat nangkap ilmu yang Mas ajarkan. Jadi, ga perlu khawatir. Kalau nanti Mas meninggal sudah ada Wildan yang akan mengurus jenazah Mas.""Huss, Mas! Ngomong apa sih!" Mas Nadhif tertawa lagi. Jujur aku tak bisa lagi mencari keburukan Mas Nadhif sejak kejadian waktu itu."Ya gapapa, kok. Kan memang sudah kepastian akan hal itu. Semua ya

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 131

    "Bunda kok ada di sini?" Wajah Aleeya pucat pasi. Pasti dia tidak menyangka aku akan ada di sini."Bunda yanga seharusnya nanya, kamu kenapa kesini? Dan laki-laki ini siapa?"Aku menunjuk laki-laki itu dengan dagu. "Maaf, Tante. Saya kesini ...""Saya tidak minta penjelasan dari kamu!" Cetusku membuat dia terdiam."Bunda, aku kesini karena disuruh Alisa. Aku sendiri tidak tahu untuk apa. Karena kata Alisa kalau aku tidak datang dia akan sangat marah pada ku, Bun.""Alisa?" Tanyaku heran. Aleeya mengangguk kuat. Aku menelisik wajah itu dengan seksama. Memang tidak ku dapati kebohongan. Tapi, aku masih tak habis pikir. Kenapa Alisa melakukan ini kepada saudara kembarnya. "Kamu kenal Alisa?" Ini pertanyaanku tertuju kepada laki-laki gondrong di sebelahku ini. Dia menunduk seakan enggan untuk menjawab pertanyaanku. "Kenal kan?"Dia mengangkat kembali kepalanya. Kini mata kami beradu."Saya bingung, Bu. Ini Alisa apa Aleeya?"Aku menghela napas panjang."Mas, saya ini Aleeya. Tadi Alis

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 130

    "Prinsip bunda masih sama. Tak ada pacaran sebelum pernikahan.""Tapi aku tak pacaran, Bun!" Pekiknya."Bunda percaya kok. Sekarang bawa sini hp nya. Bunda akan simpan sampai besok pagi. Biar malam ini kamu istirahat." Ujarku lembut.Dengan berat hati Alisa mengeluarkan ponsel dari bawah selimutnya dan menyerahkan padaku."Tenang, bunda gak akan melanggar kesepakatan kita." Mendengar itu Alisa tersenyum. Dia memelukku erat. Aku merasa ini pelukan rasa bersalah yang kini bersarang dalam hatinya karena menyembunyikan sesuatu yang tidak aku suka.Setelah memastikan Alisa tidur aku kembali ke kamar. Menaruh ponsel Alisa di atas meja. Hatiku terasa gundah. Antara ingin melihat pesan yang ada disana, atau amanah dengan perjanjian kami. Aku duduk di pinggir ranjang. Mata tetap terarah ke ponsel biru muda itu. Hingga tak lama ada pesan masuk dari kontak yang dinamai "Alex" yang terlihat di bar notifikasi.[Jangan lupa besok kita ketemuan di taman kota, ya. Aku jemput kamu jam 9.]Aku menaha

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 2 bab 129

    Tak terasa sudah 10 tahun kami bersama. Usia tak lagi muda. Tapi, diri harus tetap berkarya. Aku masih menulis, meski tak seperti dulu lagi. Hanya semampuku saja. Beda dengan Mas Nadhif. Dia jarang ada dirumah karena harus keluar kota membersamai rumah produksi yang dia pegang."Nda, Ayah kenapa jarang pulang, ya?" Aleyaa menatapku sendu. Di usia nya yang kesepuluh dia mulai merasakan kurangnya perhatian dari ayahnya sendiri. Aku mengusap kepala gadisku itu lembut."Sayang, Ayah jarang pulang untuk kita. Demi memenuhi kebutuhan kita. Aleyaa jangan lupa selalu doakan Ayah. Agar rejekinya lancar, diberikan kesehatan dan dimudahkan semua urusannya." Aleyaa menunduk diam."Alisa mana, Sayang?" Aku menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka lebar."Alisa main hp, Nda." Aku langsung menatap mata Aleyaa. Karena seingatku kedua anak gadis yang beranjak remaja ini aku batasi megang ponsel jika dirumah."Aleyaa udah ingetin, Bun. Tapi, Alisa malah marah."Aleyaa menatapku. Ada sesuatu yang sedan

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Bab 128

    "Ibu mau pakai baju seperti ini?"Ibu makin mengencangkan tawa. Mas Nadhif sampai terdiam melihat tawa ibunya yang begitu lepas. Baru kali ini aku melihat Ibu sebahagia ini. Mungkin karena penyakitnya yang tiba-tiba menghilang tanpa bekas. Luka di kaki Ibu yang sempat basah dan menjalar juga seketika mengering, Masyallah.Ibu pun sampai dengan mas Fathan. Mbak Rajma kali ini tidak bisa ikut. Karena bayinya lagi kurang sehat. Obrolan ibuku dengan ibu Mas Nadhif terasa begitu hangat. Apa saja mereka omongin. Lalu tertawa bersama. Masakan Ibu mertuaku itu juga sangat lezat. Bik Inah dan Bik Mira kami ajak makan dalam satu hidangan. Benar benar kekeluargaan.Jam sudah menunjukkan angka sebelas. Mas Nadhif dan Mas Fathan siap-siap hendak berangkat salat Jumat. Sedangkan kami para perempuan juga bersiap-siap untuk sholat Dzuhur di rumah. Sayang anak-anak sedang sekolah jadi tidak bisa merasakan kebersamaan ini seutuhnya.Aku yang paling muda ditunjuk menjadi Imam. Meski canggung aku tetap

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status