Share

BAB 20

Penulis: Rora Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 11:00:16

"Ya Allah, Mbak. Pasti ini hanya berita hoax, Mbak!"

"Aku sudah mendengar langsung dari mulut Mar dan Danang. Sekarang kamu tanyakan langsung pada putramu. Assalamu'alaikum."

Bu Sartini langsung memutuskan panggilan. Air matanya jatuh berderai deras. Kasihan sekali dia pada putrinya. Tak sanggup ia membayangkan nanti saat Safira tahu fakta ini. Apalagi dia sendiri yang akan memberitahu putrinya, sungguh dia kehilangan kemampuannya untuk bicara.

"Awas saja, jika sampai tiga hari Danang masih memperistri wanita setan itu, aku yang akan mencincangnya langsung. Tidak akan kubiarkan putriku menderita."

Di sisi lain, Bu Andin langsung duduk dengan sekujur tubuh yang terasa dingin. Ia menggeleng berkali-kali. Tidak mungkin, tidak mungkin putranya menikah lagi. Pak Rahmat yang baru pulang dari masjid, langsung bergegas menghampiri istrinya yang sedang menangis dengan wajah yang pucat.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 21

    FLASH BACK! Megan sedikit mendekat ke arah satpam yang baru kali pertama dia temui. "Bapak mau duit satu juta dengan cara cepat tanpa capek-capek, gak?" "Ya jelaslah, Mbak! Memang kerjaan apa itu yang gak capek dapat satu juta?" tanggap satpam itu dengan serius, seperti tidak mau percaya. "Bapak kenal Pak Danang? Manager di sini?" Seketika pria di depannya itu mengangguk makin penasaran. Megan pun mengatakan bahwa Danang memiliki ponsel rahasia di dalam ruangannya yang selalu disimpan di dalam laci. Itu yang pernah dia dengar. Ia menawarkan satpam itu untuk meletakkan ponsel itu di dalam tas Danang tanpa sepengetahuan pria itu. "Jadi gimana, Pak? Setuju?" "Hmmm ... tambah lagi lah, Mbak. Pasalnya saya tidak pernah masuk ruangan kerja. Akan sangat mencurigakan jika sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 22

    Nyeeees hati Safira. Wanita itu merasa kepalanya terasa seperti sudah tidak di tempatnya. Sesuatu yang berusaha dia sangkal ternyata benar-benar terjadi. Suaminya sudah menggadaikan kesucian pernikahan mereka. Janji suci mereka telah luntur dan habis. "Maafkan aku, Bunda," lirih Rio menatap tanpa kedip pada ibunya. Safira mengangguk sembari mengusap pipi putranya. "Tidak apa-apa, Nak. Tidak apa-apa." "Aku gak mau Bunda sedih." Safira menanggapi putranya dengan berusaha tersenyum. "Aku gak mau Bunda bertengkar dengan Papa." Safira menggeleng. "Tidak. Kami tidak akan bertengkar. Bunda pastikan itu," lirih Safira terus mengelus pipi Rio. Bukan waktunya dia menjadi lemah dan meratap terus. 'Kalian berdua tel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 23

    Uuuppps! Safira menutup mulutnya seolah kaget ponselnya jatuh. Secepat kilat dia langsung memungut benda pipih itu. Tak luput, Danang juga refleks bergerak akan meraih hpnya namun Safira tentu saja lebih dulu berhasil. "Maaf, Mas! Hp rahasiamu sampai jatuh begini." "Bagaimana bisa hp itu ada di tanganmu, Fir?" Safira mencebik mengejek, menutupi sakit hatinya. Begitu sangat panik, sampai-sampai pria itu menyebut namanya langsung. Sesuatu yang jarang sekali dia dengar dari mulut suaminya. "Loh kenapa? Kan suamiku juga yang punya." Safira pura-pura mengaktifkan layar ponsel itu. Untung saja tidak menggunakan kunci jadi mudah dia mengaksesnya. Seperti kilat, Danang langsung mencoba merampasnya namun Safira tentu saja tidak membiarkan itu dengan mudah. "Berikan hp itu!" "Tidak," jawab Safira menatap tajam. "Safira!" Danang mengangkat tangannya seperti akan menampar wanita itu. Safira justru menengadahkan wajah seperti menantang. Pak Rahmat dan Bu Andin tegang luar biasa. Se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 24

    "Megan adalah istriku dan dia berhak menjadi bagian dari keluarga ini. Jadi kalian harus menerimanya jadi menantu juga. Aku sudah menikahinya bukan menzinahinya seperti yang kalian duga. Aku bukan pezina!" "Danang!" teriak Pak Rahmat benar-benar marah. "Ooh ya Allah. Anakku sudah gila," jerit Bu Andin memukul dadanya. Pak Rahmat panik melihat istrinya drop. Ia langsung mendekati Bu Andin dan merangkulnya. Tiba-tiba terdengar suara teriakan Rio memanggil ibunya. "Bunda!" "Den! Den Rio! Jangan Den!" seru Mimi mencoba mengejar Rio yang mendekati ibunya. Amira juga sedang digendongnya. Namun langkah Mimi terhenti dan dia terpaksa menjauh dari arena itu. Rio sudah sampai pada ibunya. "Bunda, jangan nangis, Bunda. Jangan cerai, Bunda," ucap Rio menghambur memeluk Safira. Anak laki-laki itu sesegukan. Tangis Safira makin pecah. Sekarang rumah tangganya di ambang kehancuran dan tentu saj

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 25

    "Bun, aku minta maaf. Tolong lihat sisi lainnya jangan hanya sisi yang membuat kamu merasa tersakiti." Safira melototkan matanya saat Danang mencoba meraih lengannya. Keduanya berhenti di garasi mobil mereka yang cukup luas, yang diisi dengan tiga mobil. Mobil Danang, Safira dan satu mobil fasilitas kantor untuk Danang. "Aku tidak sampai berzina, Bun. Aku menempuhnya dengan cara halal." "Halal katamu, Mas? Dengan menyembunyikan pernikahanmu di belakangku, menikah tanpa meminta izinku. Masih bisa dikatakan halal? Kamu sudah zolim padaku, Mas!" "Oke, aku minta maaf tapi kalau aku izin pun, kamu pasti tidak akan memberikan izin." "Kamu laki-laki memuakkan, Mas. Jijik aku sama kamu." "Bun .... ayolah. Aku janji akan lebih mementingkan kamu daripada Megan. Aku minta maaf banget lo!" Danang mencoba mengiba. M

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 26

    Belum sempat Megan berteriak, tubuhnya yang sudah tersudutkan di dinding kos-kosan itu sudah lebih dulu ditangkap Pak Burhan. Sekuat tenaga, Megan berusaha memberontak. Mulutnya ingin berteriak keras namun sudah tak mampu. Pria itu langsung menutup mulut Megan dengan sapu tangan yang dia punya bahkan tak segan dia memukul kepala Megan hingga wanita itu lemas tak berdaya untuk memberontak. Dengan cepat, kedua tangan Megan diplintir ke belakang lalu diikat dengan kain panjang tipis yang sudah disiapkan. "Andai aku bisa mengulang waktu, aku akan membunuhmu sebelum kamu menjadi dewasa seperti ini. Ternyata anak yang selalu menjadi alasan Mar mendapatkan belas kasihanku justru menggerogoti kebahagiaan putriku sendiri. Memang kurang ajar kamu, Megan." "Akkkh! Akkkkh!" Hanya suara erangan yang keluar dari mulut Megan. Wanita itu berusaha memberontak sekuat tenaga. Megan pasrah saat tubuhnya diseret mendek

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 27

    "Pak Burhan! Lepaskan istrinya Mas Danang!" Pak Burhan gelagapan. "Cepat, Pak!" lanjut Safira. Pak Burhan langsung mendekati Megan dan melepaskan ikatan di tangan juga kain di mulut wanita itu. Megan berusaha berdiri namun pandangannya bukan hanya buram tapi gelap bersamaan dengan telinganya terasa berdenging hebat. Megan ambruk. Ia tak sadarkan diri. "Megan!" seru Danang langsung menepis tangan Safira lalu mendekati istri keduanya itu. Danang panik luar biasa melihat darah yang terus mengucur di hidung Megan. Ia mengangkat kepala wanita itu lalu mengusap wajah Megan dengan kasar. "Megan! Megan! Bangun! Aku sudah datang!" Mendapati istri keduanya tidak merespon, Danang langsung memapahnya keluar. Pak Burhan refleks mengikuti mereka dan membuka pintu mobil Danang. Setelah meletakkan Megan di belakang, Danang menoleh pada mertua dan istrinya. "Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya, aku akan membawa ini ke ranah hukum. Ini adalah tindakan kriminal." Bu Sartini hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 28

    Satu Minggu Megan dirawat, kondisinya jauh membaik. Ia semakin manja dan tak mau jauh dari suaminya. Danang full menginap menemani Megan. Sama sekali dia tak pulang ke rumah. Di kantor pun dia hanya sebentar lalu kembali ke rumah sakit karena Megan selalu mengeluh sakit. "Mas, janji sama aku, kamu gakkan meninggalkanku." "Iya, Sayang. Sekali lagi, Maaf, kemarin aku datang terlambat." "Gak apa-apa, Mas. Aku seneng kamu datang. Ikatan batin kita ternyata kuat. Aku bahagia." "Ibu mertuaku kelewatan. Rasanya ingin kubawa saja ini ke pengadilan," ujar Danang memburu. "Jangan, Mas. Aku dan anak kita baik-baik saja. Kuanggap ini sebagai resikoku merebut menantunya," ujar Megan. Sebenarnya ia pun ingin melaporkan Bu Sartini ke polisi tapi dia takut, justru akan menyulut emosi ibunya. Mbok Mar sudah memperingatinya dan memintanya untuk bersabar. **"

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27

Bab terbaru

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 50

    Sedangkan di sisi lain, Danang sedang berbinar senang karena proyek yang dia kejar bersama teamnya akhirnya berhasil goal. Ia tersenyum puas melihat secarik kertas pemberitahuan atas keberhasilan perusahaan. Ini artinya, uang puluhan juta akan segera masuk ke rekening barunya. "Aku akan segera membawa Megan keluar dari rumah agar tidak terjadi konflik dengan Safira," lirihnya membayangkan semua akan baik-baik saja. Saat dia asik dengn khayalannya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Diana muncul dengan wajah tegang. "Permisi, Pak." "Ya, Diana. Masuk saja. Bagaimana? Apa acara menyambut kesuksesan kita di proyek kali ini?" Makin tegang wajah Diana melihat pendar binar kebahagiaan terpancar dari atasannya itu. "Pak, maaf, ini titipan dari Pak Boss." "Baiklah. Letakkan saja di situ. Oh ya, atur saja aca

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 49

    "Apa katamu, Mas?!!!" Memilih tak menjawab, Danang mendengkus dan membawa Amira ke kamar Megan. Dengan wajah merah padam, Safira sudah melangkah satu langkah berniat mengejar, tapi ia menarik kembali kakinya. Ia melihat Amira tersenyum pada Megan, saat wanita itu meraih Amira dari pelukan suaminya. 'Amira ...," desis hatinya sedih bersamaan dengab emosinya yang langsung mereda. Pandangan Safira berkeliling karena gelisah tak tahu harus berkata dan berbuat apa. Ia mengusap wajahnya kasar lalu menghembuskan napasnya berkali-kali. "Ini gila. Setelah mengambil suamiku, wanita itu mengambil putriku. Ini tidak bisa dibiarkan," lirih Safira sendirian. Tiba-tiba sesuatu terpikirkan di dalam otaknya. Segera dia menelpon nomor mertuanya. "Kenapa, Fir?" "Mama gak ke Cemara Indah?" "Ka

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 48

    "Kalau kamu menentangku, kita bisa bicara di pengadilan biar jelas. Ibu bapakmu sudah menganggapku anak jadi jangan macam-macam kamu. Aku masih bertahan dalam pernikahan ini karena mereka. Tapi jika aku sudah tak sanggup, tak ada seorang pun bisa mencegahku. Aku wanita merdeka, Mas. Ingat itu." Safira meraih handuk yang bersusun di laci tempel di dinding dekat kamar mandi. Ia lalu meletakkannya di atas dada suaminya dengan sentakan hingga pria itu sedikit terdorong. Danang hanya bisa menangkap handuk itu dan berusaha berdiri tegak. Pria itu menoleh pada Safira yang melenggang keluar kamar. 'Ooh Allah, seharusnya semua berjalan mulus. Aku memilih poligami daripada berzina. Aku memilih yang halal tapi kenapa makin dipersulit?' batin Danang mengerutu masih mematung. Pria itu tidak sadar bahwa pertanyaan hatinya itu bukan hanya dua itu yang menjadi pilihan. Tapi ada yang ke-tiga. Mengapa tidak menundukkan pandangan?

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 47

    "Safira!" seru Danang tak terima dengan ucapan istri pertamanya itu. "Jangan berteriak memanggil namaku, Mas. Kalau kamu tidak setuju dengan perintahku, silahkan bawa dia pergi dari sini." "Jangan asal kamu bicara. Ini juga rumahku dan aku berhak untuk menentukan siapa saja yang boleh tinggal di sini." "Ooh jelas. Tapi ingat, ada uangku di rumah ini juga. Posisiku lebih kuat di sini karena aku lah istri pertamamu dan sudah 13 tahun berada di rumah ini. Kamu mau bawa ke pengadilan? Ayo. Aku jabanin." "Pakailah hatimu, Safira," desis Danang berusaha melembut. Dia sungguh nelangsa. "Kan kamu yang mengajariku tak punya hati, Mas. Andai kamu punya hati, tak akan kamu seperti ini. Dan satu lagi, jika kamu menentangku maka aku akan mengadukan ini pada kedua orang tuamu. Menurutmu bagaimana?" Danang kikuk kebingungan. Melawan Safira saat

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 46

    Rio langsung menggeret tangan adiknya agar mau masuk ke dalam kamar. Meski terpaksa, Amira mau mengikuti langkah Abangnya. Bell rumah berdenting dan Safira sudah berada di depan pintu. Ia menarik napasnya kuat-kuat. Safira membuka pintu dengan wajah yang datar. "Assalamu'alaikum, Bun." "Waalaikumsalam." Danang menoleh ke belakang, ke arah mobil. "Bun ...." "Tak ada tempat dia di sini. Pergi bawa gundikmu dari sini, Mas." "Aku minta tolong, Bun. Aku gak pegang uang sama sekali dan semua uang, kamu yang pegang. Aku gak bisa sewain Megan tempat tinggal." "Ya itu urusanmu. Kamu yang punya istri, kok bebani aku?" Safira langsung menutup pintu. Danang segera menahannya dengan tangannya. "Bund ... Jangan gini apa, Bun. Please." "Pergi kamu, Mas! Jangan mentang-mentang kemarin kita tidur bersama, kamu merasa aku nerima kamu apalagi nerima pelacur itu. Tidak seperti yang kamu pikirkan." "Ya. Aku sudah tahu. Kamu gak tulus layanin aku. Kamu sengaja, hanya buat manasin Megan. Dia

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 45

    "Jangan pergi Safira. Papa mohon. Bertahanlah demi Rio dan Amira. Mereka butuh orang tua yang utuh. Melihat kamu dan Danang satu kamar lagi, mereka senang sekali. Tidur mereka pun nyenyak." "Tapi aku tak pernah tidur nyenyak sejak Mas Danang ketahuan menikah lagi, Pa." Safira menengadah menatap langit-langit ruang tamu. Dia sedang di rumah mertuanya, menjemput kedua anaknya yang ingin bermain di rumah mbah. "Kami paham perasaanmu, Nak. Mungkin kalau Mama di posisimu tak akan setegar kamu. Bisa langsung gila, Mama. Tapi Mama minta banget sama kamu, Safira. Pertahankan putraku jadi suamimu." Bu Andin ikut bicara menahan kesedihan. Salah satu do'anya adalah melihat anak-anaknya harmonis tapi justru doanya jadi ujiannya. Pernikahan putra kesayangannya di ambang kehancuran. Ia tahu, menjadi Safira memang sangat sulit. "Aku gak bisa, Ma. Aku akan tetap melaya

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 44

    "Kenapa kamu marah-marah padaku, Mas? Kamu yang gila! Kenapa gak peduli padaku lagi?! Sekedar menelpon atau membalas cepat WA ku kamu gak bisa. Biarkan saja aku mati. " "Sinting. Benar-benar sinting. Aku sibuk mencari nafkah! Kamu tahu kondisiku saat ini. Uangku di Safira, sekarang aku harus mendapatkan uang baru untuk memenuhi kebutuhan kita semua. Kamu malah seperti anak kecil begini!" Sekali lagi, Danang meraih kursi plastik hijau itu lalu melemparkannya ke arah dinding lagi hingga menimbulkan suara yang cukup memekak. Sekarang, dia baru ingat, dia telah meninggalkan rapat yang penting dan dia tahu, banyak konsekuensi buruk yang sedang dia timbulkan. Hanya karena istri mudanya yang merajuk tanpa pikir. Danang frustasi dan dia merasa sangat nelangsa. "Kamu tega sama aku, Mas. Teganya kamu mengabaikanku!" "Aku kerja! Paham bahasa tidak?" "Tidak! Kamu sibuk tidur sama Mbah Safira. Ini fotomu! Apa maksudnya i

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 43

    Bergetar bibir Megan membaca pesan itu. Dia langsung membuang hp itu, bersamaan dengan jantungnya yang bergemuruh hebat. Hanya gemeletuk giginya yang terdengar karena menahan amarah. Bagaimana bisa Mas Danangnya bisa sepulas itu tidur? Servis seperti apa yang kakak madunya telah berikan. "Kurang ajar. Tak ada malu. Perempuan sialan!" Hati Megan benar-benar seperti dibakar hidup-hidup. Panas luar biasa. Sakit luar biasa sakit, sampai-sampai merah matanya. Menggenang air mata Megan menahan sakit hati. Logikanya tahu bahwa Safira adalah istri Danang, tapi melihat pria itu telanjang begitu membuatnya membara. Dia merasa sedang dikhianati, sedang dipermainkan dan diejek. "Seharusnya aku tak perlu sesakit ini. Seharusnya ...." Megan berusaha mengafirmasi dirinya bahwa semua itu bukan menjadi masalah namun susah sekali baginya. Kelebat bayangan saat Danang sangat bernafsu mencumbunya tanpa jeda, membuat M

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 42

    "Abang jangan mikir yang aneh-aneh. Abang fokus sembuh aja ya, Nak. Biar cepat bisa main sama teman-temannya lagi," ucap Safira sekuat tenaga menahan perasaannya yang hancur. "Kami baik-baik saja, Nak. Tidak ada yang berubah," tambah Danang. "Kalian tidur bersama-sama lagi. Jangan pisah kamar lagi." "Iya. Nanti Papa tidur sama Bundamu. Kamu tenang saja." "Tidur di sini," ucap Rio lagi. "Bunda harus temani adek, kan, Nak? Adek juga lagi sakit." Safira menyanggah dengan cepat. Sama sekali tak ada minatnya seranjang lagi dengan suaminya. Malah ia merasa jijik karena tubuh Danang sudah tersentuh Megan. Bahkan membayangkan dirinya disentuh suaminya lagi, itu cukup membuatnya mual. "Adek bawa ke sini. Kita tidur sama-sama lagi." Tak punya pilihan, Danang dan Safira mengikuti keinginan putra mereka. Mereka menggelar hamb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status