Share

BAB 26

Penulis: Rora Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 07:00:43

Belum sempat Megan berteriak, tubuhnya yang sudah tersudutkan di dinding kos-kosan itu sudah lebih dulu ditangkap Pak Burhan. Sekuat tenaga, Megan berusaha memberontak. Mulutnya ingin berteriak keras namun sudah tak mampu. Pria itu langsung menutup mulut Megan dengan sapu tangan yang dia punya bahkan tak segan dia memukul kepala Megan hingga wanita itu lemas tak berdaya untuk memberontak. Dengan cepat, kedua tangan Megan diplintir ke belakang lalu diikat dengan kain panjang tipis yang sudah disiapkan.

"Andai aku bisa mengulang waktu, aku akan membunuhmu sebelum kamu menjadi dewasa seperti ini. Ternyata anak yang selalu menjadi alasan Mar mendapatkan belas kasihanku justru menggerogoti kebahagiaan putriku sendiri. Memang kurang ajar kamu, Megan."

"Akkkh! Akkkkh!"

Hanya suara erangan yang keluar dari mulut Megan. Wanita itu berusaha memberontak sekuat tenaga.

Megan pasrah saat tubuhnya diseret mendek
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Faith
gini amat......lepasin saja toh mereka saling mencintai......mau bagaimana pun dia sedang kasmaran pasti punya byk akal......daripada lebih sakit hati mendingan pisah dan fokus buat masa depan anak"nya......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 27

    "Pak Burhan! Lepaskan istrinya Mas Danang!" Pak Burhan gelagapan. "Cepat, Pak!" lanjut Safira. Pak Burhan langsung mendekati Megan dan melepaskan ikatan di tangan juga kain di mulut wanita itu. Megan berusaha berdiri namun pandangannya bukan hanya buram tapi gelap bersamaan dengan telinganya terasa berdenging hebat. Megan ambruk. Ia tak sadarkan diri. "Megan!" seru Danang langsung menepis tangan Safira lalu mendekati istri keduanya itu. Danang panik luar biasa melihat darah yang terus mengucur di hidung Megan. Ia mengangkat kepala wanita itu lalu mengusap wajah Megan dengan kasar. "Megan! Megan! Bangun! Aku sudah datang!" Mendapati istri keduanya tidak merespon, Danang langsung memapahnya keluar. Pak Burhan refleks mengikuti mereka dan membuka pintu mobil Danang. Setelah meletakkan Megan di belakang, Danang menoleh pada mertua dan istrinya. "Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya, aku akan membawa ini ke ranah hukum. Ini adalah tindakan kriminal." Bu Sartini hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 28

    Satu Minggu Megan dirawat, kondisinya jauh membaik. Ia semakin manja dan tak mau jauh dari suaminya. Danang full menginap menemani Megan. Sama sekali dia tak pulang ke rumah. Di kantor pun dia hanya sebentar lalu kembali ke rumah sakit karena Megan selalu mengeluh sakit. "Mas, janji sama aku, kamu gakkan meninggalkanku." "Iya, Sayang. Sekali lagi, Maaf, kemarin aku datang terlambat." "Gak apa-apa, Mas. Aku seneng kamu datang. Ikatan batin kita ternyata kuat. Aku bahagia." "Ibu mertuaku kelewatan. Rasanya ingin kubawa saja ini ke pengadilan," ujar Danang memburu. "Jangan, Mas. Aku dan anak kita baik-baik saja. Kuanggap ini sebagai resikoku merebut menantunya," ujar Megan. Sebenarnya ia pun ingin melaporkan Bu Sartini ke polisi tapi dia takut, justru akan menyulut emosi ibunya. Mbok Mar sudah memperingatinya dan memintanya untuk bersabar. **"

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 29

    Flash Back Chat via WA [Tolong aku, Cit. Aku benar-benar butuh bantuanmu. Apa pun resikonya, aku tanggung. Ini demi anak-anakku.] Safira [Ini beresiko, Fir. Aku gak berani] [Aku akan bayar kamu, Cit. 10 juta.] Cukup lama tak ada balasan dari Citra dan itu membuat Safira mondar mandir, menarik napasnya tak lega. Ia harus bisa mengalihkan isi rekening Danang ke rekeningnya. Meskipun dengan cara yang culas. Yah, seperti dia menganggap pria itu sudah mati dan meninggalkan warisan. Sejauh itu Safira berani bertindak. Tiba-tiba ponselnya bergetar. [Asal kamu bisa menyiapkan semua berkasnya. Aku siap, Fir.] Citra [Oke. Kirimkan saja berkas apa saja yang dibutuhkan.] balas Safira dengan penuh semangat. Ia tahu, Citra akan sulit menolak tawarannya. [KTP ahli waris dan KTP pemilik rekening, buku tabungan, surat kematian, dan surat keterangan ahli waris.] Citra Safira mengangguk-angguk membaca berkas-berkas yang dia butuhkan untuk memindahkan isi rekening suaminya ke rekeningnya. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 30

    "Mana ini, dimana buku itu?" tanya Danang pada dirinya sendiri. Dia tahu, Safira belum pulang. Kedua anaknya pasti di rumah nenek mereka. Ia melihat jam tangannya. Sudah jam dua siang. Bank tutup biasanya jam 4 sore. Tanpa buku rekening, ia tidak akan bisa mengadukan keluhan. Semua isi laci dihamburkan oleh Danang, tumpukan buku, pernak pernik bahkan di setiap kantung tas ranselnya ia cek, namun nihil. Dingin kulit tubuh Danang membayangkan uang hampir setengah milyar miliknya tak bisa diakses. "Dimana buku rekeningku?" Tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Seharusnya di laci ini, memang ada buku rekeningnya dan .... "Rekening Safira. Dimana? Dimana rekening Safira? Apa itu artinya ...?" Danang berpikiran cepat tapi ia menyangkal. Safira tidak akan bisa melakukan apa pun dengan buku rekeningnya. Namun terlepas dari itu, ia harus memastikannya. Segera Danang menelpon nomor istrinya itu. Be

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 31

    "Apa hubunganmu dengan pria itu?" "Dia bosku," jawab Safira mantap. "Jadi begini aslinya, ya. Kamu ada main dengan bosmu sendiri. Memalukan." "Jaga ucapanmu, Mas!" "Oh ya?! Dengan menggenggam lengan pria itu, kamu meminta aku untuk berpikir bahwa itu biasa-biasa saja?" Safira mengabaikan ucapan suaminya. Percakapan itu baginya sangat lucu. Pria yang menikahinya berlagak sok cemburu sedangkan dia sendiri sudah jelas-jelas buat hamil seorang pembantu. Safira makin dibuat hambar. Ia memilih melangkah mendekati mobilnya. Danang langsung menarik bahu istrinya itu. "Jangan belajar untuk terus kurang ajar pada suamimu, Safira!" "Baiklah. Karena statusmu masih suamiku, jadi aku jelaskan bahwa aku tidak ada hubungannya dengan pria itu. Hari ini aku dihukum. Gajiku akan dipotong 20% dan aku barusan sedang berusah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 32

    *Esok pagi* "Bu, Mbah Akung dan Mbah Utynya anak-anak sudah di depan!" Safira mengulum kedua bibirnya sembari memperhatikan dandananya di depan kaca. Sejak semalam dia tidak mau keluar kamar meskipun suaminya memaksanya. Memang di dalam kamarnya sudah tersedia aneka buah dan roti. Di ruang tamu, Danang mondar-mandir gelisah. Semalaman ia tak tidur nyenyak apalagi hari ini bank juga tidak beroperasi karena hari Minggu. Ketenangannya terenggut sangat cepat. Di dalam otaknya hanya tentang isi rekeningnya. Ia tak punya nyali untuk menceritakan itu pada ayah dan ibunya yang sekarang duduk tak jauh darinya. Sedangkan Bu Andin, hanya bisa mendengkus, masih kesal dengan putranya itu. "Jadi kamu belum ceraikan anak pembantu itu?" "Megan, namanya. Dia istriku. Menantu Mama juga." "Menantuku hanya Safira. Tak sudi aku punya menantu lain apalagi anak dari babu."

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 33

    "Kembalikan uangku atau kita tidak pernah saling kenal lagi?" Safira tersenyum sinis. "Cepat jatuhkan talakmu padaku, Mas. Bila perlu, talak tiga sekaligus!" Bergetar mulut Danang namun tiba-tiba tubuhnya diseret ayahnya. "Tahan emosimu. Jangan terbawa! Ingat Rio dan Amaira!" "Istri tidak tahu adab! Kamu mengalihkan saldo rekeningku dengan cara licik!" "Kamu juga suami biadab. Tak sudi aku bersuamikan laki-laki sepertimu, Mas." "Cukup, Safira! Kamu, juga! Tutup dulu mulutmu! Apa kamu tidak memperhatikan nasib anak-anak kalian hah?! Berhenti bicara kataku!" Pak Rahmat melotot pada menantu kesayangannya itu. Safira membuang wajah, mengusap cepat air matanya. Ibu mana yang tak mau anak-anaknya tumbuh dengan orang tua yang lengkap. Tapi kenyataannya, kepala rumah tangga yang telah berkhianat. "Kalau dia mau menyelamatkan rumah tangga ini, dia harus mengembalikan uangku tanpa kurang sepersen pun. "Memangnya berapa saldomu yang dipindahkan?" tanya Bu Andin menyelah. "Kurang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 34

    "Dalam hidup berumah tangga, tidak ada uang istri dan uang suami. Semua sama-sama. Aku juga begitu dengan suamiku," sambut Bu Andin. "Ya ... kalau suaminya kayak Pak Rahmat boleh lah. Sepertinya tak akan ada masalah. Tapi anak gak mesti sama dengan bapaknya. Bapaknya lurus, anaknya bisa bengkok kemana-mana. Enak-enak pake uang istri, dia asik umpan pelakor," timpal Bu Sartini tanpa rasa takut. "Kalian sendiri yang undang pelakor itu ke rumah ini. Jangan lupakan itu. Kalau begini caranya, aku tidak ridho!" seru Bu Andin marah. "Ya aku juga tak ridho anakku dipoligami setelah diperas suaminya!" timpal Bu Sartini tak kalah beringasnya. "Tidak begitu konsepnya! Jangan melebihkan. Dalam rumah tangga, semua milik bersama. Termasuk harta yang diusahakan Safira juga. Itu semua milik mereka bersama meskipun atas nama Danang!" Baru saja mulut Bu Sartini akan terbuka untuk menimpali Bu Andin, tiba-tiba Pak Burhan ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04

Bab terbaru

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 76

    "Silahkan, Mas. Urusanmu sekarang hanya dengan Rio dan Amira." Safira merentangkan tangan kanannya menegaskan sikapnya. Tak punya pilihan, Danang terpaksa keluar membawa kekecewaan yang pekat. Cukup lama dia terpekur menatap langit taman rumah sakit itu. Suara kaki ke sana kemari para pengunjung sama sekali tak bisa mengusik pikirannya. Ia mengingat-ingat bagaimana berwibawanya dia saat hidup bersama Safira. Sekarang, ia bahkan mendatangi orang lain untuk mencari peluang. "Aku dipecat, karena sayangku pada Megan. Aku juga kehilangan keluarga sempurnaku, kehilangan kepercayaan putraku karena cintaku pada Megan. Sekarang aku akan punya anak cacat karena menikahi Megan. Apa yang telah merasukiku hingga bisa sejauh ini? Jika benar-benar cinta, kenapa sekarang aku bahkan malas untuk menemuinya? Apa yang kemarin itu nafsu?Tapi tak mungkin aku melepaskan Megan begitu saja sebab janjiku pada ibunya. " gumam Danang sendirian. Tiba-tiba ponselnya berdering dan nampak yang memanggilnya a

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 75

    "Malam ini, aku akan mengajak Safira rujuk." "Mas!" "Apa? Kenapa?" Danang mengangkat rahangnya. "Kamu jangan gila! Aku gak mau dimadu!" Seperti hilang rasa sakit di tubuh Megan. Dia berusaha bangkit dan duduk di ranjang. Matanya tajam melihat ke arah Danang. Sedangkan pria itu terus saja memperbaiki rambutnya. Sama sekali dia tak menoleh pada istrinya itu. "Kamu mabuk, ya, Megan? Yang belakangan datang dalam kehidupanku siapa?" "Tapi, Mas. Kamu bilang kamu mencintaiku ...." Megan tergugu. Sakit sekali di dalam batinnya. Dia tidak terima dimadu. Memang wanita itu sudah tak memiliki isi otak. Entah tertinggal di mana. "Aku memang mencintaimu, Sayang. Tapi aku butuh Safira. Aku malah heran, kenapa aku mencintai kamu padahal kamu tidak bisa memberikan aku apa-apa. Giliran dapat anak, malah cacat. Jadi jangan was-was, aku tetap mencintaimu meskipun nanti rujuk dengan Safira." "Mas, kalimatmu itu menyakitiku," lirih Megan mengusap pipinya yang basah. "Kok sakit? Harus

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 74

    Sedangkan di sisi lain. Saat perjalanan pulang, David menoleh pada Tasya yang sedang asik memainkan ponselnya. "Gimana? Masih setia kan kamu sama suamimu?" tanya David. "Ya iyalah. Nanti kalau suamiku berhenti berlayar, aku mau resign. Jadi ibu rumah tangga full." "Ah yang bener kamu, Sya? Janganlah dulu." Tasya cekikikan senang melihat bosnya itu serius panik. "Bilang aja, Bapak mau kasih aku tugas jadi mak jomblang." David mengelus tengkuknya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya fokus memegang kemudi. Tasya seolah bisa membaca pikirannya. "Gimana ya, Sya. Aku mau sembunyikan juga, cuman kamu yang cocok tempatku bicara. Jadi menurutmu, kira-kira Safira mau gak terima aku?" Bukannya menjawab, Tasya justru melongo. Alhasil, buku catatan kecil di atas dashboard terlempar di atas paha Tasya. "Masuk lalat dua mangkuk tuh di mulutmu!" "Ish Bapak! Aku shock aja. Kirain kecurigaanku gak bener. Rupanya ...." "Aku gak punya pilihan selain jujur. Aku sudah jatu

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 73

    "Dia juga melambangkan cinta dan kebahagiaan," sanggah Tasya yang membuat David jadi salah tingkah. Safira terhenyak. "Loh! Kok pada ngobrol di depan pintu? Ayo! Masuk!" seru Danang. Tasya dan David pun masuk, langsung duduk di sofa. Safira meletakkan bunga itu di laci samping Rio. Danang mengusap hidungnya mencoba menetralkan perasaannya. Tiba-tiba dia menjadi sangat benci pria yang sudah memberikan mantan istrinya itu bunga. 'Kampungan' umpat hati Danang. "Jadi Rio sakit apa, Fir?" tanya Tasya saat Safira memperbaiki selimut Rio. Safira terdiam. "Jatuh di rumah. Tapi tepat mengenai saraf belakangnya," jawab Danang dengan cepat. "Oooh sayang. Kasihan. Mudahan lekas sembuh. Ngomong-ngomong Adeknya mana? Kangen sama cuitannya yang menggemaskan." "Kan anak kecil gak boleh masuk sini, Sya. Jadi, dia dibawa sama pengasuhnya di rumah mertuaku." Tasya mengangguk-angguk sembari mencuri pandang terhadap Danang yang terlihat datar. Ia jadi sungkan pada pria itu seba

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 72

    Sekarang bahkan wanita tua itu sudah berdiri di depan pintu dan Megan hanya bisa menahan napas. Seolah ia benar-benar takut untuk menghirup udara. "Susul Mbokmu, Megan. Kehadiranmu mengancam keselamatan cucu-cucuku!" "Maafkan saya, Nyai. Maafkan saya. Saya khilaf. Saya hanya ingin Rio makan. Saya salah." "Jangan bicara kamu." Bu Sartini mendekat dengan ekspresi menakutkan. Urat-urat di wajah tuanya mengeras dengan bola mata seperti akan melompat untuk menggerogoti Megan. "Ibuk! Please, Buk! Tolong jangan buat kegaduhan di sini!" seru Danang menarik keras Bu Sartini. "Lepaskan aku!" "Buk! Tolong." Danang bertahan dengan seluruh kekuatannya meski terdorong keras oleh Bu Sartini. Namun wanita itu berhasil meraih lengan Megan. Ditariknya tangan wanita itu hingga tubuh Megan jatuh. "Aaaakh!" Megan mengerang kesakitan. Danang semakin kuat menarik bahu Sartini yang mencoba untuk kembali meraih istrinya. "Berhenti! Ini bukan tempat untuk membuat kegaduhan!" seru sa

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 71

    "Apa Down Syndrome maksudnya, Dok?" tanya Danang tercekat. Dokter mengangguk pasti. Gerakan kepala pria berseragam putih itu seperti hantaman meteor terbesar pada dunia Megan yang bergelar sebagai calon ibu. "Gugurkan saja, Dok," ucap Danang tanpa segan. Tak bernapas Megan mendengarnya. "Terkait itu, kami tidak bisa asal ambil keputusan seperti itu. Lagi pula kita perlu melakukan pemeriksaan lanjutan melalui tes darah. Pemeriksaan ini untuk memastikan kromosom janin positif trisomi 21 atau tidak." "Tapi saya tidak mau memiliki anak yang cacat mental, Dok! Dua anak saya sebelumnya normal, kok. Ganteng dan cantik. Pintar-pintar juga. Saya gak bisa!" Menetes deras air mata Megan, tanpa ada isakan, tanpa ada suara sedikit pun. Sakit di tubuhnya lebih sakit mendengar berita yang sekarang dia dengar. Apalagi ucapan suaminya, bagai belati setiap kalimatnya. "Untuk tindakan terminasi atau aborsi, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan di trimester kedua melalui USG untuk melihat

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 70

    "Ma-maafkan saya, Mbak! Lepaskan!" Safira justru menekan kakinya hingga Megan semakin sulit untuk menarik napas. "Kenapa kamu menjadi hama yang menggerogoti keluargaku, ha? Sudah kamu rebut suamiku sekarang kamu siksa anakku. Dimana hati nuranimu, perempuan?!" "Tak ada yang merebut siapa pun, Mbak. Mas Danang yang datang pada saya!" "Sebelum itu pasti ada kesepakatan kan? Jangan coba-coba berdalih kamu." Kaki Safira yang masih menggunakan sendal slop dengan highheels yang cukup tinggi, sekarang naik tepat di atas leher Megan. Wanita muda itu gemetar. Tangannya mencoba melepaskan kaki Safira namun Safira semakin menekannya keras. Itulah kekuatan seorang ibu yang sedang murka. Bpahkan Megan tak kuasa menggeser tubuhnya sendiri. "Saya emosi karena Rio tak mau makan, Mbak! Saya sayang anak-anak!" Byuuuuur! Safira menyiram wajah Megan dengan centong yang pecah itu. Megan refleks memiringkan wajahnya namun itu tentu saja sudah terlambat. Banyak air yang sudah masuk dalam

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 69

    Flash back! "Bunda, aku kangen Abang!" seru Amira lewat telepon. "Ya sudah, nanti siang ke rumah Papa aja sama Mimi. Kalian naik grab." "Boleh saya pengetin paha ayam sekilo gak, Nyah?" sambung Mimi. "Ada ayam di kulkas? Nanti aku jemput pulang dari sana sekalian ajak anak-anak jalan ke hypermart." "Nanti saya beli duluan. Biasa nanti ada lewat dagang ayam, Nyah." "Oke!" Siang itu, setelah masak 1 kg paha ayam full, Mimi bersama Amira langsung ke rumah Cemara Indah. "Pasti Abang sudah pulang sekolah. Nanti adek janji, kalau diajak nginap juga, jangan mau. Oke?" ucap Mimi sembari memangku Amira. Amira mengangguk tanda mengerti. Setelah sampai rumah, Mimi terkejut mendengar suara tangisan Rio yang sangat kecang. Ia langsung melepaskan Amira dan berlari mencari sumber suara. Bagai tersambar ribuat kilatan petir, Mimi melihat Rio diperlakukan sangat jahat oleh ibu tirinya. Membuncah hebat isi dada Mimi. Tanpa pikir panjang, dia langsung mendorong Megan ke arah dindi

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 68

    "Makan," ucap Megan ketus meletakkan begitu saja piring berisi nasi dan ikan nila goreng di depan Rio yang baru pulang sekolah. "Aku kan gak suka ikan nila. Aku mau ayam." "Papamu tidak kasih uang banyak! Dia cuman kasih 50 ribu! Jangan banyak permintaan." "Aku gak mau. Aku mau pulang saja ke bunda," ucap Rio meninggalkan makanannya, masuk ke dalam kamar. Megan menggigit giginya sendiri menahan amarah. Di matanya, Rio anak kecil yang kurang ajar. Tak bisa menghargainya. Anak itu tak pernah tersenyum padanya. Benar-benar keturunan Safira yang mengesalkan hati. "Dia dan ibunya sama-sama spesies makluk menyebalkan!" Terlihat Danang sudah rapi dengan kemeja batik dan tas jinjing. "Mau kemana, Mas, siang-siang gini?" "Bahas bisnis itu sama temen. Rio sudah makan?" "Tuh, nasinya ditinggalin. Katanya mau makan ayam goreng." "Lah, kenapa kamu gak belikan ayam? Kamu kan tahu bagaimana selera Rio. Gak sehari dua hari kamu asuh dia sebelumnya. Tahu ada Rio mau datang, kam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status