SIDE OF NEVANDRA
‘Aaaagghh’Suara seorang perempuan bisa kami dengar dari dalam ruang Osis, kegiatan rapat yang sedang berlangsung sedikit gaduh karena suasana di luar sana, tanpa sadar kami semua berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Aku tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi karena di lapangan sudah sangat ramai dengan semua siswa membentuk lingkaran.
"Kenapa, loe selalu cari gara-gara sama gue?"
Aku mengenal suaranya. Suara Toni teman lamaku.
Aku mendorong paksa siswa-siswi yang menghalangiku agar aku bisa melihat apa yang terjadi, setelah berdesak-desakan, aku bisa melihat Toni dengan amarahnya di tengah lapangan, dan Salsha yang menangis dengan wajah sembab.
Apa yang mereka lakukan ?
"Sialan !!" Toni menarik kasar tangan Salsha.
Tidak ada yang berani melerai, mereka hanya menonton kekerasan yang di lakukan Toni pada Salsha, sampai akhirnya....
"Ton, jangan !!"
Aku berhasil menangkis tangan Toni, tanpa sadar aku berlari menghampiri mereka.
"Gak usah ikut campur masalah pribadi gue !!" Toni menarik kerah bajuku.
Bugh.. Tubuhku terhuyung ke belakang saat Toni dengan kasar memukul wajahku, belum sempat aku berdiri, Toni masih menarik kasar kerah bajuku, aku memejamkan mata sebelum pukulan kedua mendarat di wajahku.Sampai akhirnya suara guru-guru kami menghentikan kekerasan ini.
Aku belum sempat menyadari apa yang terjadi sampai akhirnya ada beberapa dari siswa membantuku bangun, aku bisa mendengar suara Rio yang terdengar khawatir.
Aku tidak peduli karena kepalaku masih pusing.
/// "Ngapain loe ikut-ikutan masalah mereka ?" Tanya Rio sambil mengompres luka dipelipisku."Gue, gak bisa lihat mereka seperti itu, Salsha perempuan", Jawabku, sambil menahan perih.
"Loe, bisa panggil guru, gak perlu ikut campur."
"Kalo guru lihat, Toni bisa di drop out dari sekolah."
"Wajar, dia siswa bermasalah, udah layak di drop out."
Aku diam menanggapi Rio, ada perasaan tidak rela dengan perkataan Rio bahwa Toni layak di drop out, aku tahu dia siswa yang bengal, dan banyak masalah di sekolah, tetapi dulu kami sangat dekat, aku tidak bisa melihatnya seperti ini.
"Gue, senang loe berubah Van." Rio berkata di tengah lamunanku tentang Toni.
"Tetap jadi Nevan yang seperti ini, jangan salah pergaulan." Lanjutnya.
Aku mendongakan wajahku menatap Rio, tersenyum samar, aku bisa melihat ketulusan dari ucapannya.
Braak…
Pintu uks terbuka kasar...
"Beb. kenapa loe berantem lagi ?" Teriak Alvino berlari ke brankar uks yang aku tiduri.
"Bisa gak loe gunakan fasilitas sekolah dengan baik, bisa rusak itu pintu loe dobrak gitu." sahut Rio kesal.
"Mana yang sakit, beb? apa perlu kita ke rumah sakit? gue bakal minta ijin sama Pak Ardi buat bawa loe ke rumah sakit rujukan terdekat."
Alvino mengelus pelipisku yang membiru, mengabaikan sahutan Rio.
"Ck, lebay loe." aku menepis tangan Alvino pelan.
"Gue kan perhatian sama sahabat, loe kok bete gitu sih tampangnya." Alvino memanyunkan bibirnya.
"Karena loe ngerusak suasana yang lagi serius." Kata Rio mencela.
"Gue harap loe dengar kata-kata gue barusan, Van." lanjutnya sambil membereskan obat-obatan di nakas.
"Apaan sih ? kok kayanya gue ketinggalan sesuatu hal penting." Alvino mengerutkan keningnya bingung.
"Hmm, nggak kok, loe datang di waktu yang tepat, sekarang antar gue ke ruang osis, Alin sama Aldo pasti lagi nunggu gue." Kataku sambil tersenyum culas.
Tanpa banyak kometar Alvino dan Rio membantuku untuk ke ruang Osis, aku tetap harus melanjutkan kegiatan MOS ini hingga selesai, tidak mungkin dihentikan ditengah jalan.
/// "Astagfirullah." Alvino terjingkat kaget.Baru saja Rio menekan pedal pintu uks, sosok perempuan sudah berdiri di hadapan kami tanpa ekspresi, kami mengenal perempuan itu, dia siswi berparas dingin yang aku temui sedang bengong di lorong koridor menuju kamar mandi di lantai dua tadi pagi.
Andira, siswi yang mengalami pembullyan di kelas satu tahun lalu.
"Mau ngapain, loe?" Tanya Rio bingung.
Kami menunggunya menjawab pertanyaan Rio, aku bisa melihat wajah dinginnya walaupun tertunduk, dan dengan pelan tangannya menyodorkan sebuah buku dan alat tulis kepadaku.
"Terima kasih." Katanya pelan, seperti berbisik.
"Hah ?" Suara Alvino menyahut dengan nyaring.
Andira masih diam tak menggubris, tangannya masih menyodorkan alat tulis yang belum aku ambil, aku masih penasaran apa yang akan dia lakukan dengan suasana yang seperti ini.
"Kenapa sih suara loe itu kayak hantu ?" Alvino mencodongkan wajahnya kearah Andira.
"Dingin dan bisik-bisik, kita gak bakal dengar tahu." lanjutnya.
"Ck, gak usah dekat-dekat, nafas loe pasti bau", Rio menarik kerah Alvino kebelakang.
Andira masih diam, aku bisa melihat tangannya bergetar menunggu aku meraih pemberiannya, tanpa banyak pikir aku mengambil buku dan alat tulis itu.
"Sama-sama, jangan ke lantai dua sendirian, kegiatan sekolah pasti sampai sore." Kataku menasihati.
Andira tidak menjawab petuahku.
"Sok care loe, Van." Rio menjambak rambutku pelan.
"Ayo cepat !!!" Mereka menarikku menjauh dari Andira.
Aku masih bisa menoleh ke belakang, melihat Andira yang menunduk, aku tidak pernah tahu apa yang gadis itu pikirkan sampai selalu melamun seperti itu.
/// "Yang gue dengar dari guru, Toni akan di drop out dari sekolah." Aldo memberikan kabar ini padaku, setelah rapat yang sempat tertunda tadi selesai."Lalu Salsha ?" tanyaku penasaran.
"Dia itu korban, jelas dia gak kena sanksi, mungkin pemanggilan orangtua saja, itu yang gue dengar." Jelas Aldo.
"Tetap aja, Salsha pasti akan merasa malu berada di sekolah ini karena kejadian itu." Aku menunduk memikirkan bagaimana nasib salsha selanjutnya di sekolah.
"Kalo salsha di bully atau di ejek, yah jalan satu-satunya hanya pindah sekolah." Kata Aldo memberi pendapatnya.
Aku menggeleng pelan, sedikit tidak terima dengan pendapat itu, Salsha tidak boleh menjadi bahan gunjingan, apalagi bahan bully di sekolah ini.
Tidak boleh, aku sudah mengenal Salsha sejak sekolah dasar, dulu kami sangat dekat, seperti seorang kakak adik, bahkan aku masih merasa bersalah karena sudah menjodohkannya dengan Toni, aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan sangat mencintai pria itu, walaupun apa yang sudah dilakukan kepadanya.
"Loe, tahukan apa yang sudah sering terjadi di sekolah ini ?" Aldo menatapku.
"Pembullyan sudah menjadi hal biasa, bukan guru menutup mata, tetapi tindakan bully itu tidak akan di lakukan para oknum di depan guru-guru mereka." lanjut Aldo dengan nada menyesal.
"Gue, sebagai ketua osis gak akan membiarkan kebiasaan buruk ini terus terjadi." Sanggahku dengan berani.
Aku yakin Tuhan mempunyai maksud lain dibalik perubahanku ini.
Aku memilih jalanku sendiri, menjauh dari Salsha dan mengakhiri pertemananku dengan Toni, walau diam-diam aku masih peduli pada mereka.
///
Karena kepala sekolah menyuruhku mencari keberadaan Toni jadilah aku mengitari setiap penjuru sekolah, termasuk di lantai dua ini.
Aku sudah tidak bisa memahami sikap Toni sekarang, kemana perginya anak itu ? kenapa sikapnya semakin brutal, jika sekolah tidak memandang Ayahnya sebagai pemberi donatur di sekolah, aku yakin dia sudah di drop out sejak kami kelas satu.
Sebenarnya di lantai dua ini tidak terlalu mencekam, masih ada para petugas kebersihan yang sering membersihkan koridor dan kelas yang kosong untuk dipakai besok, aku juga yakin masih ada penjaga perpustakaan yang sedang bekerja walaupun perpustakaan belum bisa dikunjungi para siswa.
Hanya saja aku harus tetap melewati ujung koridor itu, ujung koridor dekat kamar mandi yang tampak hening dan kumuh itu, aku tidak paham kenapa ujung koridor itu seperti tidak pernah terjamak oleh petugas kebersihan.
Walaupun ada sedikit ketakutan aku harus tetap ke sana untuk mencari keberadaan Toni, dengan sedikit kesal dan mencela Toni dalam hati karena pesan dan panggilanku tidak dijawab olehnya, aku memberanikan diri berjalan mendekati koridor yang tampak hening itu.
Aku berniat mencari Toni di kamar mandi siswa, mungkin saja siswa brutal itu sedang merokok di kamar mandi, mungkin sajakan?
Di tengah perjalananku ke sana, aku harus melewati kamar mandi siswi, mitos yang ku dengar, sering tercium bau amis di kamar mandi itu, dan aku mencoba tidak peduli.
Sungguh bulu kuduk ku meremang saat mitos yang sering ku dengar dari kakak kelas itu terjadi nyata kepadaku, bau amis itu membuat perutku sedikit mual.
Sialnya, aku merasakan kepalaku sedikit sakit, apa mungkin akibat dari pukulan Toni tadi ? dengan sedikit menyesal, akhirnya aku ke kamar mandi siswa di ujung koridor yang menyeramkan itu.
/// Tidak ada hal menyeramkan yang ku alami di kamar mandi siswa, aku juga tidak menemukan Toni seperti yang ku harapkan.
Setelah merasa sakit di kepalaku sedikit mereda, aku putuskan untuk keluar dan melanjutkan pencarian, atau mungkin aku bilang saja pada kepala sekolah bahwa aku tidak bisa menemukan keberadaan Toni.
Aku mendongak saat aku melihat Salsha keluar dari kamar mandi siswi yang tadi aku lewati, dengan perasaan menyesal aku memanggilnya.
"Sha.." teriakku.
Salsha menghentikan langkahnya, menoleh kepadaku, dan menungguku menghampirinya, aku bisa melihat matanya sembab, seperti habis menangis.
"Kenapa sendirian ?" Tanyaku pelan.
Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah, memperhatikan koridor sekolah yang sangat sepi, hanya kami berdua.
"Loe, gak lihat Toni ?" Tanyaku lagi, tidak peduli Salsha yang masih diam.
Setelah beberapa detik, Salsha akhirnya menggeleng pelan, sambil menghapus sisa-sisa airmata di pipinya.
"Jangan sendirian" Kataku pelan.
"Loe, yang jangan sok peduli, jangan peduli sama gue ataupun Toni, pergi dari kami." Salsha menjawab masih sambil menangis.
Aku tidak paham apa maksudnya, apa dia marah padaku karena aku menjauh dari mereka berdua?
Jika iya maka aku ingin minta maaf padanya, belum sempat aku meminta maaf, Salsha sudah berlari meninggalkanku di koridor depan kamar mandi siswi ini.
Aku masih belum sadar suasana ini, aku mencoba mengejar Salsha, dan masih meneriaki namanya.
"Salshaaa, tunggu…!!" kataku lantang.
Belum sempat aku melangkah, tanganku digenggam oleh seseorang dari arah belakang.
Aku bisa merasakan tangannya yang lembut, dan kulitnya yang dingin, saking dinginnya sampai aku merasa tanganku yang digenggamnya ikut membeku.
Aku menoleh.....
Wajah dingin itu tidak seperti biasa yang seperti kulihat, sedikit berbeda….
"Andira, ngapain loe disini ?"
Bersambung…
SIDE OF ANDIRASuara teriakan dari tengah lapangan itu ternyata Salsha, siswi tercantik yang populer di sekolah kami.Selain ceria, salsha sangat popular karena kisah percintaannya dengan Toni, siswa bengal yang sering membully para siswa yang dia anggap bodoh.Aku tidak tahu kenapa perilaku Toni yang sangat buruk di sekolah ini seperti kasat mata dari para guru.Sudah banyak korban bully dari Toni, seringnya mereka akan putus sekolah karena tidak akan tahan, korban bully Toni pasti akan dijauhi oleh para siswa di sekolah ini, sepertinya hanya aku satu-satunya korban bully dari Toni yang tetap bertahan melanjutkan sekolah disini.Salsha juga dikenal sebagai sahabat karib Nevan, dulu mereka seperti tiga serangkai yang selalu bersama dimana-mana, Salsha seperti seorang puteri manja yang dikawal oleh dua pria yang sangat ditakuti disekolah ini, tetapi
SIDE OF NEVANDRA"Gak usah dipikirin terlalu berlebihan." Suara Alin membuyarkan lamunanku tentang Andira.Dia baru saja masuk ke ruang Osis membawa setumpuk buku yang tidak aku tahu judulnya, kemudian menarohnya diatas meja yang menjadi tumpuan tanganku untuk menopang wajah.Aku meliriknya sekilas dan menggeser kursi disebelahku untuk ia duduki."Kayaknya itu efek dari pukulan Toni.’’, Lanjutnya, setelah dia duduk menghadapku. Wajahnya ia condongkan untuk melihat pelipisku yang memar."Yah, semoga saja", Aku menarik nafas berat.Sebenarnya aku masih meragukan pernyataan Andira yang tidak mengakui pertemuan kami di koridor itu, tetapi tidak ada saksi mata yang melihat jika aku bertemu Andira disana. Aku menyesali kenapa aku harus pingsan saat itu. Apa benar karena efek dari pukulan Toni ? jika benar aku sungguh payah."Gue bilang jangan dipikirin, masih bengong saja." dengan kesal Alin memukul pelan wajahku."Loe, lihat di mana Andira ?" Aku mengabaikan ucapan Alin, fokusku sekarang t
SIDE OF ALVINOMalam ini rasanya aku akan sulit tertidur, aku masih memikirkan masalah yang terjadi di sekolah.Banyak pertanyaan dalam kepalaku tentang mitos kamar mandi di lantai dua itu, jika itu benar maka salah satu teman diangkatan kami akan menjadi korban.Memikirkan hal itu membuatku merinding. "Huh", Aku menarik nafas pelan.Menatap keluar jendela kamar yang sudah gelap. Sebenarnya bukan hanya di lantai dua yang memiliki suasana mencekam jika masih kosong, ternyata gedung sekolah jika sudah kami tinggalkan juga terasa senyap.Aku jadi teringat dengan Nevan, jelas-jelas aku melihat dari jendela kalau ruang guru itu sudah tidak berpenghuni, tidak ada barang-barang guru yang tertinggal kecuali buku-buku atau alat mengajar yang memang sengaja mereka tinggalkan. Aku raih handphoneku diatas nakas, mencari nomor Nevan untuk menghubunginya, sepertinya malam ini aku berniat menginap di rumahnya, daripada memikirkan hal yang tidak-tidak dan membuatku takut untuk berangkat sekolah bes
SIDE OF NEVANDRA Pagi ini aku dan Alvino menapaki koridor lantai dua dengan suasana yang sudah ramai dengan siswa, wajar saja kami datang ke sekolah lima menit sebelum bel berbunyi, bukan tanpa sebab, tetapi itu permintaan Alvino.Semalaman dia tidak tidur karena memikirkan tragedi di sekolah kemarin, dia takut datang ke sekolah terlalu pagi.Karena tidak bisa tidur, kami banyak bercerita tentang sekolah kami, sebenarnya ada hal yang membuat perasaanku sedikit tidak nyaman dengannya, pertanyaannya tentang hubunganku dengan Toni semalam.Bukan aku tidak ingin bercerita banyak pada dia, tetapi rasanya terlalu jahat jika aku mengungkapkan alasan yang sebenarnya ingin aku kubur dalam-dalam. "Van, menurut loe aneh gak sih jika di persimpangan koridor itu selalu sepi dari kumpulan siswa ?" , Alvino berucap seraya menunjuk koridor kamar mandi kumuh itu. "Loe tahu mitos jaman dulu?", Jawabku sambil meliriknya sekilas."Apaan?", Tanya Alvino penasaran. "Kata orang jaman dulu, kalau kita nun
SIDE OF ANDIRAPagi ini kelasku dihebohkan dengan mawar putih yang sudah membusuk di tas Nevan, tidak ada yang berani mengambilnya, mereka hanya berbisik-bisik siapa seseorang yang menaroh mawar itu ditas Nevan.Awalnya aku tidak peduli, aku tetap duduk dibangkuku dengan membuka buku pelajaran hari ini, sampai sorotan mata beberapa siswa mengarah kepadaku, apa-apa’an mereka ? dari tatapan matanya aku bisa menebak ada rasa curiga mereka kepadaku.Sebenarnya saat masuk kelas ini aku sudah curiga, tercium bau tidak sedap dari arah bangku Nevan, hanya saja karena terlalu banyak kejadian aneh dikelas ini, aku jadi tidak begitu peduli."Siapa anak iseng yang melakukan hal ini ? bukannya ini sudah kelewatan ya".Kata Amira sambil memperhatikan teman-teman dan suasana kelas, aku bisa melihat raut ketakutan dari wajahnya.Kehebohan terus berlang
SIDE OF NEVANDRAMalam ini aku benar-benar ingin sendirian, rasanya kejadian yang kualami semakin membuat pikiranku terasa kosong.Berkali-kali suara Ibuku memanggil dari balik pintu kamar, tetapi aku seperti tidak memiliki tenaga untuk menjawab, jawaban terakhirku hanya pamit tidur.Aku masih memandangi mawar putih yang layu ditanganku, Aldo bilang mawar ini mengeluarkan bau busuk, tetapi aku tidak bisa mencium bau itu.Siapa pemberi mawar ini, benarkah hanya sekedar siswa iseng, aku tidak sempat bertanya pada gadis pemilik wajah dingin itu, karena Alvino mengalami sesuatu yang aneh.Kejadian-kejadian janggal itu membuatku frustasi memikirkannya. Membuatku sulit tertidur. ///"Apa ini ada hubungannya dengan candaan kita tadi pag
SIDE OF TONIDengan langkah tegas yang terkesan sombong, aku menapaki lantai sekolah lagi.Sejak kejadian dimana aku menampar kekasihku itu, aku tidak lagi datang ke sekolah, aku tahu tindakan itu akan berpengaruh besar untukku disekolah ini."Itu, Toni kan"."Eh, lihat dia datang lagi ke sekolah".Dengan satu lirikan mata yang mematikan, aku berhasil menutup mulut mereka yang berbisik-bisik dibelakangku.Langkahku terhenti didepan ruang kepala sekolah, walaupun disekolah ini aku terkesan sebagai siswa yang brutal dan nakal, tetapi aku masih memiliki rasa sopan santun untuk mengetuk pintu sebelum masuk. ///"Ayahmu, sudah datang ke sekolah dan berbicara dengan Bapak".Pak Arif, kapala seko
SIDE OF ANDIRAPagi ini kelasku sangat berisik dengan berbagai gosip yang dibicarakan teman-teman dikelasku.Mulai dari kejadian jari Alvino yang membiru karena bercanda hal yang tidak wajar tentang kamar mandi angker itu, Salsha yang masuk rumah sakit akibat percobaan bunuh diri, Nevan yang tidak masuk sekolah karena mendadak sakit, sampai Toni yang hadir kembali ke sekolah ini.Diantara gosip-gosip itu tentu saja yang menarik perhatianku adalah kehadiran Toni, jujur saja aku merasa lega saat mendengar Toni akan dikeluarkan dari sekolah ini, tetapi entah kenapa seperti ada yang mengganjal dihatiku.Terlebih saat dia mendatangiku dan meminta maaf atas semua perlakuan dia padaku."Gue mau minta maaf sama loe"."Hah", Aku terperangah menatap dirinya yang sedang menghisap sebatang rokok."Loe termasuk perempuan hebat, bi
SIDE OF NEVANDRA Aku terbangun dengan tubuh yang tertutup selimut tebal, kepalaku tidak lagi terasa sakit. Ini aneh, seingatku semalam aku terjatuh dan terbentur dengan cukup keras, tetapi pagi ini badanku terasa ringan. aku lihat kaca jendela yang tertutup gorden putih yang tipis, di luar masih gelap. “Huh,” aku bangkit dan bersandar pada kepala ranjang, melirik jam di atas nakas. Masih jam empat pagi, tak sengaja mataku tertuju pada bantal disampingku, mawar putih itu tergeletak tepat di atas bantal itu, aku meneguk salivaku dengan susah payah saat aku merasakan bulu kudukku meremang, dengan keberanian yang hampir menciut aku meraih mawar putih i
SIDE OF SALSHA Tubuhku bergetar… Rasanya aku ingin menjerit sekeras mungkin, seluruh tubuhku terasa sakit dan kaku, suster dan dokter itu hanya menusuk tubuhku dengan jarum suntik yang tajam, mereka menyangka aku sakit. Bukan hanya mereka yang memegangi tubuhku yang berontak, tetapi dua manusia yang ku kenal dengan baik ikut serta memegangi tubuhku dengan erat membuat tubuhku semakin sakit. “Aku…gak sakit…aaaghhh,” Aku mencoba mengeluarkan suaraku dengan keras, aku sangat berharap mereka mengerti da
SIDE OF NEVANDRASinar matahari yang menembus dari celah-celah jendela kamarku sedikit mengusik, perlahan aku mencoba membuka kedua mataku, keningku sedikit berkerut, rasa pening langsung menyergap kepalaku membuat mataku terpejam lagi."Shhh", desisku pelan.Bukan hanya kepalaku yang pening, tetapi rasanya semua badanku terasa sakit, aku mencoba menggerakan badanku, tetapi rasanya sangat lemas seperti tak bertulang.Aku mencoba mengingat apa yang terjadi padaku semalam.Kreeek…Lamunanku terganggu dengan kehadiran ibu ke kamarku."Van, sudah bangun?", Ibu menghampiri dan membantuku untuk duduk bersandar.Walau badanku terasa sakit tetapi aku memaksakan diri."Apa yang terjadi Bu?", tanyaku bingung.Aku melirik jam di nakas meja, sudah jam empat sore, aku tidak sekolah dan baru bangun dari tidur.
SIDE OF ANDIRAPagi ini kelasku sangat berisik dengan berbagai gosip yang dibicarakan teman-teman dikelasku.Mulai dari kejadian jari Alvino yang membiru karena bercanda hal yang tidak wajar tentang kamar mandi angker itu, Salsha yang masuk rumah sakit akibat percobaan bunuh diri, Nevan yang tidak masuk sekolah karena mendadak sakit, sampai Toni yang hadir kembali ke sekolah ini.Diantara gosip-gosip itu tentu saja yang menarik perhatianku adalah kehadiran Toni, jujur saja aku merasa lega saat mendengar Toni akan dikeluarkan dari sekolah ini, tetapi entah kenapa seperti ada yang mengganjal dihatiku.Terlebih saat dia mendatangiku dan meminta maaf atas semua perlakuan dia padaku."Gue mau minta maaf sama loe"."Hah", Aku terperangah menatap dirinya yang sedang menghisap sebatang rokok."Loe termasuk perempuan hebat, bi
SIDE OF TONIDengan langkah tegas yang terkesan sombong, aku menapaki lantai sekolah lagi.Sejak kejadian dimana aku menampar kekasihku itu, aku tidak lagi datang ke sekolah, aku tahu tindakan itu akan berpengaruh besar untukku disekolah ini."Itu, Toni kan"."Eh, lihat dia datang lagi ke sekolah".Dengan satu lirikan mata yang mematikan, aku berhasil menutup mulut mereka yang berbisik-bisik dibelakangku.Langkahku terhenti didepan ruang kepala sekolah, walaupun disekolah ini aku terkesan sebagai siswa yang brutal dan nakal, tetapi aku masih memiliki rasa sopan santun untuk mengetuk pintu sebelum masuk. ///"Ayahmu, sudah datang ke sekolah dan berbicara dengan Bapak".Pak Arif, kapala seko
SIDE OF NEVANDRAMalam ini aku benar-benar ingin sendirian, rasanya kejadian yang kualami semakin membuat pikiranku terasa kosong.Berkali-kali suara Ibuku memanggil dari balik pintu kamar, tetapi aku seperti tidak memiliki tenaga untuk menjawab, jawaban terakhirku hanya pamit tidur.Aku masih memandangi mawar putih yang layu ditanganku, Aldo bilang mawar ini mengeluarkan bau busuk, tetapi aku tidak bisa mencium bau itu.Siapa pemberi mawar ini, benarkah hanya sekedar siswa iseng, aku tidak sempat bertanya pada gadis pemilik wajah dingin itu, karena Alvino mengalami sesuatu yang aneh.Kejadian-kejadian janggal itu membuatku frustasi memikirkannya. Membuatku sulit tertidur. ///"Apa ini ada hubungannya dengan candaan kita tadi pag
SIDE OF ANDIRAPagi ini kelasku dihebohkan dengan mawar putih yang sudah membusuk di tas Nevan, tidak ada yang berani mengambilnya, mereka hanya berbisik-bisik siapa seseorang yang menaroh mawar itu ditas Nevan.Awalnya aku tidak peduli, aku tetap duduk dibangkuku dengan membuka buku pelajaran hari ini, sampai sorotan mata beberapa siswa mengarah kepadaku, apa-apa’an mereka ? dari tatapan matanya aku bisa menebak ada rasa curiga mereka kepadaku.Sebenarnya saat masuk kelas ini aku sudah curiga, tercium bau tidak sedap dari arah bangku Nevan, hanya saja karena terlalu banyak kejadian aneh dikelas ini, aku jadi tidak begitu peduli."Siapa anak iseng yang melakukan hal ini ? bukannya ini sudah kelewatan ya".Kata Amira sambil memperhatikan teman-teman dan suasana kelas, aku bisa melihat raut ketakutan dari wajahnya.Kehebohan terus berlang
SIDE OF NEVANDRA Pagi ini aku dan Alvino menapaki koridor lantai dua dengan suasana yang sudah ramai dengan siswa, wajar saja kami datang ke sekolah lima menit sebelum bel berbunyi, bukan tanpa sebab, tetapi itu permintaan Alvino.Semalaman dia tidak tidur karena memikirkan tragedi di sekolah kemarin, dia takut datang ke sekolah terlalu pagi.Karena tidak bisa tidur, kami banyak bercerita tentang sekolah kami, sebenarnya ada hal yang membuat perasaanku sedikit tidak nyaman dengannya, pertanyaannya tentang hubunganku dengan Toni semalam.Bukan aku tidak ingin bercerita banyak pada dia, tetapi rasanya terlalu jahat jika aku mengungkapkan alasan yang sebenarnya ingin aku kubur dalam-dalam. "Van, menurut loe aneh gak sih jika di persimpangan koridor itu selalu sepi dari kumpulan siswa ?" , Alvino berucap seraya menunjuk koridor kamar mandi kumuh itu. "Loe tahu mitos jaman dulu?", Jawabku sambil meliriknya sekilas."Apaan?", Tanya Alvino penasaran. "Kata orang jaman dulu, kalau kita nun
SIDE OF ALVINOMalam ini rasanya aku akan sulit tertidur, aku masih memikirkan masalah yang terjadi di sekolah.Banyak pertanyaan dalam kepalaku tentang mitos kamar mandi di lantai dua itu, jika itu benar maka salah satu teman diangkatan kami akan menjadi korban.Memikirkan hal itu membuatku merinding. "Huh", Aku menarik nafas pelan.Menatap keluar jendela kamar yang sudah gelap. Sebenarnya bukan hanya di lantai dua yang memiliki suasana mencekam jika masih kosong, ternyata gedung sekolah jika sudah kami tinggalkan juga terasa senyap.Aku jadi teringat dengan Nevan, jelas-jelas aku melihat dari jendela kalau ruang guru itu sudah tidak berpenghuni, tidak ada barang-barang guru yang tertinggal kecuali buku-buku atau alat mengajar yang memang sengaja mereka tinggalkan. Aku raih handphoneku diatas nakas, mencari nomor Nevan untuk menghubunginya, sepertinya malam ini aku berniat menginap di rumahnya, daripada memikirkan hal yang tidak-tidak dan membuatku takut untuk berangkat sekolah bes