SIDE OF ANDIRA
Suara teriakan dari tengah lapangan itu ternyata Salsha, siswi tercantik yang populer di sekolah kami.
Selain ceria, salsha sangat popular karena kisah percintaannya dengan Toni, siswa bengal yang sering membully para siswa yang dia anggap bodoh.
Aku tidak tahu kenapa perilaku Toni yang sangat buruk di sekolah ini seperti kasat mata dari para guru.
Sudah banyak korban bully dari Toni, seringnya mereka akan putus sekolah karena tidak akan tahan, korban bully Toni pasti akan dijauhi oleh para siswa di sekolah ini, sepertinya hanya aku satu-satunya korban bully dari Toni yang tetap bertahan melanjutkan sekolah disini.
Salsha juga dikenal sebagai sahabat karib Nevan, dulu mereka seperti tiga serangkai yang selalu bersama dimana-mana, Salsha seperti seorang puteri manja yang dikawal oleh dua pria yang sangat ditakuti disekolah ini, tetapi tidak tahu apa sebabnya Nevan menjauh dari mereka, dan sejak saat itu banyak yang berubah dari mereka. Nevandra pria dingin yang selalu membantu Toni dalam segala aksi nakalnya berubah menjadi siswa yang mengabdikan diri untuk sekolah, dia ikut dalam organisasi Osis dan terpilih menjadi ketua osis, dia juga menjelma menjadi siswa manis yang sering membantu guru dan para murid dalam pelajaran. Begitu juga dengan Salsha, ntah apa sebabnya aku sering melihat dia menangis seorang diri di kamar mandi sekolah, juga sering terlihat murung.Wajah ceria yang dulu sering dia pamerkan kepada kami seolah-olah hilang dan dia kurung seorang diri.
Kurasa hanya Toni saja yang tidak berubah, ah… tidak, Toni juga berubah.
Dia berubah semakin brutal disekolah ini, buktinya dia bisa mendorong Salsha hingga tersungkur dihadapan para siswa.
///
Karena keperluan mengambil dompet yang tertinggal didalam tas, akhirnya aku mengingkari janjiku kepada Nevan untuk tidak naik ke lantai dua sendirian.Biarkan saja lagipula dia tidak akan mendengar janji yang ku ucapkan didalam hati.
Aku sudah mendengar mitos tentang kamar mandi siswi di lantai dua itu dari bisikan-bisikan kakak kelas.Mitos tentang kamar mandi itu membuat suasana dilantai dua begitu berbeda jika masih kosong, dan ntah karena kepribadianku yang sedikit aneh, aku seperti tidak peduli dengan kejadian yang kualami tadi pagi di kelas, aku yakin dihari yang hampir mendekati sore ini pasti sudah ada para petugas kebersihan yang menapaki lantai itu.
Aku telusuri lantai koridor dengan menundukan kepala, ternyata benar kata Nevan, sama sekali tidak ada siswa yang ingin kesini jika ada kegiatan sekolah dilantai dasar.Aku tetap berjalan tidak ingin merutuki diri karena keputusanku ini.
Saat ingin berbelok kearah kelasku, tak sengaja aku melihat Salsha yang menangis dan pergi ke kamar mandi siswi yang terkenal menyeramkan itu.
Sebenarnya aku ingin tidak peduli, tetapi rasa penasaranku seperti mengalahkan rasa ketakutan akan mitos itu, dengan berani aku mengikuti Salsha ke kamar mandi itu.
///Saat pertama kali membuka pintu yang berderit ini, aku benar-benar terperangah untuk kesan pertama yang aku lihat.Benar-benar berbeda dari mitos yang kudengar, tidak ada yang menakutkan di dalam sini, sebagai kamar mandi yang memiliki mitos yang menyeramkan, justru bentuk ruangan di dalam kamar mandi ini seperti kamar mandi hotel bintang lima.
Berbeda dari kamar mandi di dua lantai lainnya.
Di sekolah ini setiap jenjang kelas memang dibedakan dengan lantai sekolah, untuk siswa kelas satu berada dilantai dasar, kelas dua berada dilantai dua, dan kelas tiga ada dilantai paling atas.Saat menjadi adik kelas aku sama sekali tidak pernah masuk kesini, aku juga tidak tahu kenapa kakak kelas lebih memilih turun ke lantai dasar jika ingin ke kamar mandi, mereka selalu menghindari kamar mandi di lantai dua karena mitos itu.
"Ngapain Loe bengong disitu?", Salsha memandangku dari balik cermin besar. Aku tersadar dari lamunanku tentang suasana didalam kamar mandi ini."Mau buang air kecil", Jawabku pelan. Segera aku memasuki satu bilik yang paling dekat denganku, aku sempat melihat wajah Salsha dari cermin besar itu, sangat sembab, seperti bukan Salsha yang ceria dulu. ///Aku hanya mengintip dari bilik yang tidak aku tutup rapat, ntah tindakan bodoh apa yang kulakukan, aku hanya berdiam diri dibilik ini, mengamati Salsha yang menunduk didepan cermin besar itu, tidak ada kegiatan yang dia lakukan selain menangis, hingga aku melihat dia keluar dari kamar mandi ini. Setelah kurasa Salsha tidak ada disini, aku putuskan untuk keluar dari bilik, awalnya aku tidak merasakan apapun...Hingga hawa dingin dari arah belakang mampu menghentikan langkahku...
Suarabtangisan perempuan dari bilik kamar mandi itu membuat bulu kudukku meremang.
Dalam beberapa detik aku dengar, akhirnya aku memberanikan diri untuk menoleh kearah bilik itu, bilik nomor dua, yang berada ditengah-tengah bilik lainnya.
Kenapa aku baru menyadarinya saat aku sendirian sekarang?.
Ada yang berbeda dari kamar mandi ini.
Disini ada tiga bilik, tetapi satu bilik itu terlihat kumuh, pintu dari bilik itu terlihat kusam dan rapuh, berbeda dari dua bilik lainnya yang terkesan mewah dan bersih.
Dan suara tangisan itu berada dari dalam bilik itu.
Sangat menyedihkan sampai membuat jantungku berdegub kencang, tubuhku bergetar hebat, membayangkan siapa perempuan yang menangis didalam bilik itu?.
Hingga…."Van....Nevan…", Suara teriakan dari luar sana menyadarkan diriku.
Aku berlari, membuka pintu kamar mandi ini dengan tergesa-gesa dan kasar.
///
"Nevan, Loe kenapa?"Rio menopang kepala Nevan.
Nevan sudah pingsan didepan koridor kamar mandi ini, ada apa ? apa yang sedang terjadi, aku terdiam di depan pintu yang aku tutup dengan kencang. "Loe, ngapain disini?", Alvino terjingkat kaget dengan kehadiranku. Aku ingin bertanya apa yang terjadi pada Nevan, sebelum akhirnya banyak dari para siswa dan beberapa petugas kebersihan datang menghampiri kami, dan membantu membawa Nevan ke UKS. "Ngapain Loe bengong disitu ? ikut kita ke lantai dasar", Rio menarik tanganku kasar. Dengan langkah yang sedikit berlari aku mengikuti mereka, sedikit menoleh kearah koridor kamar mandi itu. Sunyi, seperti tidak ada kehidupan disana. ///Aku masih berdiri didepan pintu UKS, beberapa teman Nevan ada didalam, bodoh untuk apa aku bertahan berdiri disini dalam waktu yang cukup lama? apa urusanku dengannya ? tidak ada.Tetapi rasanya hatiku cukup penasaran dengan apa yang terjadi pada Nevan, jadi kuputuskan untuk duduk dikursi tunggu.
"Bisa loe masuk?", Alin membuka pintu UKS dan memintaku untuk masuk.
Aku mendongak menatap Alin, sulit menjawab permintaannya."Nevan yang minta loe masuk", lanjutnya.
Aku hanya mengangguk untuk menjawabnya, dan Alin sedikit menyingkir dari depan pintu, memberikan ruang untuk masuk. Aku berjalan ragu menghampiri Nevan di brankar UKS itu, wajahnya mengisyaratkan kebingungan, bukan hanya Nevan, tetapi teman-teman disekitar brankarnya, Alvino, Rio, dan Aldo, aku menoleh dan mendapati Alin yang tersenyum kaku kepadaku."Apa maksud perkataan loe tadi?", Nevan bertanya padaku, setelah aku berada dihadapannya. "Perkataan? perkataan apa?", Aku balik bertanya, tidak mengerti maksud Nevan. "Loe bilang gue harus jauhin Salsha", Jelas Nevan.Aku mengerutkan keningku, semakin bingung dengan penjelasan Nevan, aku tidak pernah mengatakan itu padanya. "Loe yang pegang tangan gue didepan koridor kamar mandi, tadi", Lanjut Nevan menjelaskan lagi. "Aku gak nemuin kamu didepan koridor itu, bahkan aku keluar dari kamar mandi itu karena teriakan teman-teman", Aku menjelaskan sebisaku. Rio mengangguk mantap membenarkan perkataanku, dan semua teman-teman Nevan yang lain saling bertatap.
Aku melihat alis Nevan berkerut dalam, dan wajahnya tertunduk seperti memikirkan sesuatu yang serius.
Aku benar-benar tidak mengerti yang terjadi sebenarnya, apa kejadian didalam kamar mandi yang kualami tadi berkaitan dengan Nevan yang pingsan didepan koridor?.Ini sangat membingungkan.
Aku tidak mau ada korban lain dikoridor itu seperti tahun lalu, apa yang dialami kakak kelas kami.
Aku tidak ingin mitos mengerikan itu terus terjadi, dan angkatan kami sekarang yang harus mengalaminya.
Bersambung.
SIDE OF NEVANDRA"Gak usah dipikirin terlalu berlebihan." Suara Alin membuyarkan lamunanku tentang Andira.Dia baru saja masuk ke ruang Osis membawa setumpuk buku yang tidak aku tahu judulnya, kemudian menarohnya diatas meja yang menjadi tumpuan tanganku untuk menopang wajah.Aku meliriknya sekilas dan menggeser kursi disebelahku untuk ia duduki."Kayaknya itu efek dari pukulan Toni.’’, Lanjutnya, setelah dia duduk menghadapku. Wajahnya ia condongkan untuk melihat pelipisku yang memar."Yah, semoga saja", Aku menarik nafas berat.Sebenarnya aku masih meragukan pernyataan Andira yang tidak mengakui pertemuan kami di koridor itu, tetapi tidak ada saksi mata yang melihat jika aku bertemu Andira disana. Aku menyesali kenapa aku harus pingsan saat itu. Apa benar karena efek dari pukulan Toni ? jika benar aku sungguh payah."Gue bilang jangan dipikirin, masih bengong saja." dengan kesal Alin memukul pelan wajahku."Loe, lihat di mana Andira ?" Aku mengabaikan ucapan Alin, fokusku sekarang t
SIDE OF ALVINOMalam ini rasanya aku akan sulit tertidur, aku masih memikirkan masalah yang terjadi di sekolah.Banyak pertanyaan dalam kepalaku tentang mitos kamar mandi di lantai dua itu, jika itu benar maka salah satu teman diangkatan kami akan menjadi korban.Memikirkan hal itu membuatku merinding. "Huh", Aku menarik nafas pelan.Menatap keluar jendela kamar yang sudah gelap. Sebenarnya bukan hanya di lantai dua yang memiliki suasana mencekam jika masih kosong, ternyata gedung sekolah jika sudah kami tinggalkan juga terasa senyap.Aku jadi teringat dengan Nevan, jelas-jelas aku melihat dari jendela kalau ruang guru itu sudah tidak berpenghuni, tidak ada barang-barang guru yang tertinggal kecuali buku-buku atau alat mengajar yang memang sengaja mereka tinggalkan. Aku raih handphoneku diatas nakas, mencari nomor Nevan untuk menghubunginya, sepertinya malam ini aku berniat menginap di rumahnya, daripada memikirkan hal yang tidak-tidak dan membuatku takut untuk berangkat sekolah bes
SIDE OF NEVANDRA Pagi ini aku dan Alvino menapaki koridor lantai dua dengan suasana yang sudah ramai dengan siswa, wajar saja kami datang ke sekolah lima menit sebelum bel berbunyi, bukan tanpa sebab, tetapi itu permintaan Alvino.Semalaman dia tidak tidur karena memikirkan tragedi di sekolah kemarin, dia takut datang ke sekolah terlalu pagi.Karena tidak bisa tidur, kami banyak bercerita tentang sekolah kami, sebenarnya ada hal yang membuat perasaanku sedikit tidak nyaman dengannya, pertanyaannya tentang hubunganku dengan Toni semalam.Bukan aku tidak ingin bercerita banyak pada dia, tetapi rasanya terlalu jahat jika aku mengungkapkan alasan yang sebenarnya ingin aku kubur dalam-dalam. "Van, menurut loe aneh gak sih jika di persimpangan koridor itu selalu sepi dari kumpulan siswa ?" , Alvino berucap seraya menunjuk koridor kamar mandi kumuh itu. "Loe tahu mitos jaman dulu?", Jawabku sambil meliriknya sekilas."Apaan?", Tanya Alvino penasaran. "Kata orang jaman dulu, kalau kita nun
SIDE OF ANDIRAPagi ini kelasku dihebohkan dengan mawar putih yang sudah membusuk di tas Nevan, tidak ada yang berani mengambilnya, mereka hanya berbisik-bisik siapa seseorang yang menaroh mawar itu ditas Nevan.Awalnya aku tidak peduli, aku tetap duduk dibangkuku dengan membuka buku pelajaran hari ini, sampai sorotan mata beberapa siswa mengarah kepadaku, apa-apa’an mereka ? dari tatapan matanya aku bisa menebak ada rasa curiga mereka kepadaku.Sebenarnya saat masuk kelas ini aku sudah curiga, tercium bau tidak sedap dari arah bangku Nevan, hanya saja karena terlalu banyak kejadian aneh dikelas ini, aku jadi tidak begitu peduli."Siapa anak iseng yang melakukan hal ini ? bukannya ini sudah kelewatan ya".Kata Amira sambil memperhatikan teman-teman dan suasana kelas, aku bisa melihat raut ketakutan dari wajahnya.Kehebohan terus berlang
SIDE OF NEVANDRAMalam ini aku benar-benar ingin sendirian, rasanya kejadian yang kualami semakin membuat pikiranku terasa kosong.Berkali-kali suara Ibuku memanggil dari balik pintu kamar, tetapi aku seperti tidak memiliki tenaga untuk menjawab, jawaban terakhirku hanya pamit tidur.Aku masih memandangi mawar putih yang layu ditanganku, Aldo bilang mawar ini mengeluarkan bau busuk, tetapi aku tidak bisa mencium bau itu.Siapa pemberi mawar ini, benarkah hanya sekedar siswa iseng, aku tidak sempat bertanya pada gadis pemilik wajah dingin itu, karena Alvino mengalami sesuatu yang aneh.Kejadian-kejadian janggal itu membuatku frustasi memikirkannya. Membuatku sulit tertidur. ///"Apa ini ada hubungannya dengan candaan kita tadi pag
SIDE OF TONIDengan langkah tegas yang terkesan sombong, aku menapaki lantai sekolah lagi.Sejak kejadian dimana aku menampar kekasihku itu, aku tidak lagi datang ke sekolah, aku tahu tindakan itu akan berpengaruh besar untukku disekolah ini."Itu, Toni kan"."Eh, lihat dia datang lagi ke sekolah".Dengan satu lirikan mata yang mematikan, aku berhasil menutup mulut mereka yang berbisik-bisik dibelakangku.Langkahku terhenti didepan ruang kepala sekolah, walaupun disekolah ini aku terkesan sebagai siswa yang brutal dan nakal, tetapi aku masih memiliki rasa sopan santun untuk mengetuk pintu sebelum masuk. ///"Ayahmu, sudah datang ke sekolah dan berbicara dengan Bapak".Pak Arif, kapala seko
SIDE OF ANDIRAPagi ini kelasku sangat berisik dengan berbagai gosip yang dibicarakan teman-teman dikelasku.Mulai dari kejadian jari Alvino yang membiru karena bercanda hal yang tidak wajar tentang kamar mandi angker itu, Salsha yang masuk rumah sakit akibat percobaan bunuh diri, Nevan yang tidak masuk sekolah karena mendadak sakit, sampai Toni yang hadir kembali ke sekolah ini.Diantara gosip-gosip itu tentu saja yang menarik perhatianku adalah kehadiran Toni, jujur saja aku merasa lega saat mendengar Toni akan dikeluarkan dari sekolah ini, tetapi entah kenapa seperti ada yang mengganjal dihatiku.Terlebih saat dia mendatangiku dan meminta maaf atas semua perlakuan dia padaku."Gue mau minta maaf sama loe"."Hah", Aku terperangah menatap dirinya yang sedang menghisap sebatang rokok."Loe termasuk perempuan hebat, bi
SIDE OF NEVANDRASinar matahari yang menembus dari celah-celah jendela kamarku sedikit mengusik, perlahan aku mencoba membuka kedua mataku, keningku sedikit berkerut, rasa pening langsung menyergap kepalaku membuat mataku terpejam lagi."Shhh", desisku pelan.Bukan hanya kepalaku yang pening, tetapi rasanya semua badanku terasa sakit, aku mencoba menggerakan badanku, tetapi rasanya sangat lemas seperti tak bertulang.Aku mencoba mengingat apa yang terjadi padaku semalam.Kreeek…Lamunanku terganggu dengan kehadiran ibu ke kamarku."Van, sudah bangun?", Ibu menghampiri dan membantuku untuk duduk bersandar.Walau badanku terasa sakit tetapi aku memaksakan diri."Apa yang terjadi Bu?", tanyaku bingung.Aku melirik jam di nakas meja, sudah jam empat sore, aku tidak sekolah dan baru bangun dari tidur.
SIDE OF NEVANDRA Aku terbangun dengan tubuh yang tertutup selimut tebal, kepalaku tidak lagi terasa sakit. Ini aneh, seingatku semalam aku terjatuh dan terbentur dengan cukup keras, tetapi pagi ini badanku terasa ringan. aku lihat kaca jendela yang tertutup gorden putih yang tipis, di luar masih gelap. “Huh,” aku bangkit dan bersandar pada kepala ranjang, melirik jam di atas nakas. Masih jam empat pagi, tak sengaja mataku tertuju pada bantal disampingku, mawar putih itu tergeletak tepat di atas bantal itu, aku meneguk salivaku dengan susah payah saat aku merasakan bulu kudukku meremang, dengan keberanian yang hampir menciut aku meraih mawar putih i
SIDE OF SALSHA Tubuhku bergetar… Rasanya aku ingin menjerit sekeras mungkin, seluruh tubuhku terasa sakit dan kaku, suster dan dokter itu hanya menusuk tubuhku dengan jarum suntik yang tajam, mereka menyangka aku sakit. Bukan hanya mereka yang memegangi tubuhku yang berontak, tetapi dua manusia yang ku kenal dengan baik ikut serta memegangi tubuhku dengan erat membuat tubuhku semakin sakit. “Aku…gak sakit…aaaghhh,” Aku mencoba mengeluarkan suaraku dengan keras, aku sangat berharap mereka mengerti da
SIDE OF NEVANDRASinar matahari yang menembus dari celah-celah jendela kamarku sedikit mengusik, perlahan aku mencoba membuka kedua mataku, keningku sedikit berkerut, rasa pening langsung menyergap kepalaku membuat mataku terpejam lagi."Shhh", desisku pelan.Bukan hanya kepalaku yang pening, tetapi rasanya semua badanku terasa sakit, aku mencoba menggerakan badanku, tetapi rasanya sangat lemas seperti tak bertulang.Aku mencoba mengingat apa yang terjadi padaku semalam.Kreeek…Lamunanku terganggu dengan kehadiran ibu ke kamarku."Van, sudah bangun?", Ibu menghampiri dan membantuku untuk duduk bersandar.Walau badanku terasa sakit tetapi aku memaksakan diri."Apa yang terjadi Bu?", tanyaku bingung.Aku melirik jam di nakas meja, sudah jam empat sore, aku tidak sekolah dan baru bangun dari tidur.
SIDE OF ANDIRAPagi ini kelasku sangat berisik dengan berbagai gosip yang dibicarakan teman-teman dikelasku.Mulai dari kejadian jari Alvino yang membiru karena bercanda hal yang tidak wajar tentang kamar mandi angker itu, Salsha yang masuk rumah sakit akibat percobaan bunuh diri, Nevan yang tidak masuk sekolah karena mendadak sakit, sampai Toni yang hadir kembali ke sekolah ini.Diantara gosip-gosip itu tentu saja yang menarik perhatianku adalah kehadiran Toni, jujur saja aku merasa lega saat mendengar Toni akan dikeluarkan dari sekolah ini, tetapi entah kenapa seperti ada yang mengganjal dihatiku.Terlebih saat dia mendatangiku dan meminta maaf atas semua perlakuan dia padaku."Gue mau minta maaf sama loe"."Hah", Aku terperangah menatap dirinya yang sedang menghisap sebatang rokok."Loe termasuk perempuan hebat, bi
SIDE OF TONIDengan langkah tegas yang terkesan sombong, aku menapaki lantai sekolah lagi.Sejak kejadian dimana aku menampar kekasihku itu, aku tidak lagi datang ke sekolah, aku tahu tindakan itu akan berpengaruh besar untukku disekolah ini."Itu, Toni kan"."Eh, lihat dia datang lagi ke sekolah".Dengan satu lirikan mata yang mematikan, aku berhasil menutup mulut mereka yang berbisik-bisik dibelakangku.Langkahku terhenti didepan ruang kepala sekolah, walaupun disekolah ini aku terkesan sebagai siswa yang brutal dan nakal, tetapi aku masih memiliki rasa sopan santun untuk mengetuk pintu sebelum masuk. ///"Ayahmu, sudah datang ke sekolah dan berbicara dengan Bapak".Pak Arif, kapala seko
SIDE OF NEVANDRAMalam ini aku benar-benar ingin sendirian, rasanya kejadian yang kualami semakin membuat pikiranku terasa kosong.Berkali-kali suara Ibuku memanggil dari balik pintu kamar, tetapi aku seperti tidak memiliki tenaga untuk menjawab, jawaban terakhirku hanya pamit tidur.Aku masih memandangi mawar putih yang layu ditanganku, Aldo bilang mawar ini mengeluarkan bau busuk, tetapi aku tidak bisa mencium bau itu.Siapa pemberi mawar ini, benarkah hanya sekedar siswa iseng, aku tidak sempat bertanya pada gadis pemilik wajah dingin itu, karena Alvino mengalami sesuatu yang aneh.Kejadian-kejadian janggal itu membuatku frustasi memikirkannya. Membuatku sulit tertidur. ///"Apa ini ada hubungannya dengan candaan kita tadi pag
SIDE OF ANDIRAPagi ini kelasku dihebohkan dengan mawar putih yang sudah membusuk di tas Nevan, tidak ada yang berani mengambilnya, mereka hanya berbisik-bisik siapa seseorang yang menaroh mawar itu ditas Nevan.Awalnya aku tidak peduli, aku tetap duduk dibangkuku dengan membuka buku pelajaran hari ini, sampai sorotan mata beberapa siswa mengarah kepadaku, apa-apa’an mereka ? dari tatapan matanya aku bisa menebak ada rasa curiga mereka kepadaku.Sebenarnya saat masuk kelas ini aku sudah curiga, tercium bau tidak sedap dari arah bangku Nevan, hanya saja karena terlalu banyak kejadian aneh dikelas ini, aku jadi tidak begitu peduli."Siapa anak iseng yang melakukan hal ini ? bukannya ini sudah kelewatan ya".Kata Amira sambil memperhatikan teman-teman dan suasana kelas, aku bisa melihat raut ketakutan dari wajahnya.Kehebohan terus berlang
SIDE OF NEVANDRA Pagi ini aku dan Alvino menapaki koridor lantai dua dengan suasana yang sudah ramai dengan siswa, wajar saja kami datang ke sekolah lima menit sebelum bel berbunyi, bukan tanpa sebab, tetapi itu permintaan Alvino.Semalaman dia tidak tidur karena memikirkan tragedi di sekolah kemarin, dia takut datang ke sekolah terlalu pagi.Karena tidak bisa tidur, kami banyak bercerita tentang sekolah kami, sebenarnya ada hal yang membuat perasaanku sedikit tidak nyaman dengannya, pertanyaannya tentang hubunganku dengan Toni semalam.Bukan aku tidak ingin bercerita banyak pada dia, tetapi rasanya terlalu jahat jika aku mengungkapkan alasan yang sebenarnya ingin aku kubur dalam-dalam. "Van, menurut loe aneh gak sih jika di persimpangan koridor itu selalu sepi dari kumpulan siswa ?" , Alvino berucap seraya menunjuk koridor kamar mandi kumuh itu. "Loe tahu mitos jaman dulu?", Jawabku sambil meliriknya sekilas."Apaan?", Tanya Alvino penasaran. "Kata orang jaman dulu, kalau kita nun
SIDE OF ALVINOMalam ini rasanya aku akan sulit tertidur, aku masih memikirkan masalah yang terjadi di sekolah.Banyak pertanyaan dalam kepalaku tentang mitos kamar mandi di lantai dua itu, jika itu benar maka salah satu teman diangkatan kami akan menjadi korban.Memikirkan hal itu membuatku merinding. "Huh", Aku menarik nafas pelan.Menatap keluar jendela kamar yang sudah gelap. Sebenarnya bukan hanya di lantai dua yang memiliki suasana mencekam jika masih kosong, ternyata gedung sekolah jika sudah kami tinggalkan juga terasa senyap.Aku jadi teringat dengan Nevan, jelas-jelas aku melihat dari jendela kalau ruang guru itu sudah tidak berpenghuni, tidak ada barang-barang guru yang tertinggal kecuali buku-buku atau alat mengajar yang memang sengaja mereka tinggalkan. Aku raih handphoneku diatas nakas, mencari nomor Nevan untuk menghubunginya, sepertinya malam ini aku berniat menginap di rumahnya, daripada memikirkan hal yang tidak-tidak dan membuatku takut untuk berangkat sekolah bes