Home / Pernikahan / KESAKSIAN PUTRI KECILKU / bab 12. Arif Kecelakaan?

Share

bab 12. Arif Kecelakaan?

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mami tersenyum puas. "Baiklah. Kalau begitu pesankan saja Gocar untuk dia sekarang! Biar Sumi tahu, jadi pelakor itu enggak enak!"

Dengan berat hati, Arif meraih ponsel dan memesan GoCar untuk Sumi sesuai perintah dari mami.

"Rif, aku takut pulang sendiri." Sumi merajuk seraya menarik lengan baju Arif.

"Duh, dasar aneh. Nyolong suami orang aja berani. Masa pulang sendiri aja takut. Jangan Cemen. Kamu sudah berani berbuat harus berani bertanggung jawab!"

Mendengar jawaban Rini, Sumi semakin memegang erat lengan Arif.

"Tenang ya Sayang. Aman kok. Aku dan Nastiti juga pernah beberapa kali naik GoCar. Aman dan selamat."

Arif mengulas senyum lalu membelai rambut Sumi.

"Astaghfirullahal adziim. Lebih baik mami masuk saja ke dalam rumah. Daripada di sini melihat adegan sinetron nggak bermutu!"

Mamipun membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah. Sejenak mami berhenti dan menoleh ke arah Arif.

"Begitu GoCar nya datang, kamu juga harus segera masuk ke dalam rumah, Rif!"

Arif mengangguk perlah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 13. Mempermalukan Pelakor

    Nastiti tertawa. "Maaf Mas. Aku tidak bisa. Aku mau kerja sekarang. Kenapa kamu tidak minta Sumi untuk nungguin kamu? Bukan kah semalam kamu begitu membela dia?""Ayolah Nas. Sumi katanya takut liat darah. Jadi dia nggak bisa kesini untuk merawat aku. Lagipula kamu kan makmum? Harusnya nurut sama imam dong!"Nastiti melihat kantung plastik kosong entah bekas apa yang tergantung di paku dinding garasi.Segera diraihnya kantung plastik itu dan dire mas-re masnya di dekat ponsel. "Duh, sinyalnya buruk nih. Keburu kerja juga. Sudah ya. Assalamualaikum."Tanpa menunggu jawaban dari Arif, Nastiti mematikan ponsel dan memblokir nomor Arif. "Maaf Mas, aku ingin fokus bekerja. Lagipula sudah ada Sumi yang kamu pilih."Tanpa pikir panjang, Nastiti segera melajukan motornya menuju rumah sakit. *Arif terdiam di kamarnya. "Ck, ternyata Nastiti sudah tidak perhatian padaku lagi. Dan ini, kenapa nomor ku diblokir?" gumamnya kesal. "Arif."Arif menoleh dan mendapati ibunya mendekat kearahnya.

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 14. Ucapan itu Doa

    "Wah, kalau begitu mbak Sumi, anaknya Bu Tatik dan mas Arif, suami saya, harus dirajam juga dong pak Ustadz? Mereka selingkuh dan sudah pernah menikah lho?" tanya Nastiti membuat Arif dan Sumi langsung berdiri. "Heh, Nas! Tolong jaga bicaramu!" seru Sumi mendelik. Dia melompat ke arah Nastiti. Sedangkan Arif berdiri dan seakan membeku menatap wajah tamu undangan yang ada di ruang tamu rumah Sumi. "Kenapa? Apa aku salah bicara? Kamu sudah melakukan hubungan suami istri dengan suami saya di luar ikatan pernikahan yang sah. Dan sekarang, kamu justru mengadakan pengajian? Mau pencitraan?" tanya Nastiti. "Apa?!"Sumi mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi ke arah pipi Nastiti. Tetapi Nastiti dengan sigap menangkap tangan Sumi dan menepisnya kasar. "Jangan mimpi bisa menamparku, Sum! Jadi balasanmu terhadap kebaikan yang telah kulakukan adalah selingkuh dengan suami ku?""Jangan sembarangan memfitnah di depan orang banyak, kamu! Kami, aku dan mas Arif itu saling mencintai!""Cinta kok

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 15. Dipecat dari Pekerjaan

    Beberapa saat sebelumnya,Mami menerima surat dari pengadilan agama atas nama Arif yang dialamatkan ke rumah nya dengan hati campur aduk. Tiga hari lagi Arif dan Nastiti dijadwalkan untuk datang memenuhi panggilan pengadilan agama atas tanggapan berkas gugatan cerai yang telah dilayangkan oleh Nastiti. Mami Arif segera memotret surat itu dan mengirimkannya melalui whatsapp pada sang anak. [Rif, kamu dapat surat dari pengadilan agama tiga hari lagi.][Kalau saran Mami, kamu lebih baik tidak usah datang. Mami malu punya anak seperti kamu.][Lebih baik kamu segera bertobat, menjauhi Sumi, dan fokus bekerja. Percaya pada Mami. Dia bukan perempuan baik-baik. Dia terlihat tidak tulus, Rif.]Terbaca, langsung centang biru. Tapi Arif tak membalasnya. Mami menelepon Arif berkali-kali, namun anak lelakinya itu tidak merespon panggilan nya. Akhirnya mami Arif hanya bisa menghela nafas panjang. "Kamu pasti akan menyesal pernah berselingkuh, Rif. Seperti almarhum papimu."*Baru saja Mami Ari

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 16. Akal-Akalan Sumi

    Sumi dan Tatik mendelik mendengar kata-kata pemecatan orang itu terhadap Arif. "Apa?!""Buk, ayo kita pergi dari sini. Ibu dengar sendiri kan kalau Arif dipecat?! Ayo kita pulang, Bu!"Tatik hanya termangu di depan ruang rawat inap Arif. "Duh, kenapa dipecat sih? Padahal ibu kemarin baru saja pamer pada para tetangga kalau kamu akan menikah dengan lelaki yang pekerjaannya bagus dan ganteng."Sumi menghela nafas. "Ya, gimana dong, Bu. Sumi juga sebenarnya nggak mau kalau kejadian nya seperti ini." Sumi mengerucutkan bibirnya. "Kita tunggu dulu di sini. Ibu ingin tahu apa jawaban Arif."Sumi dan ibunya semakin menempelkan telinganya ke pintu ruangan yang sedikit terbuka. "Pak, nggak bisa begini dong! Saya saja sudah mengabdikan diri saya bertahun-tahun di kantor. Saya kan kepala bagian promosi terbaik. Apa bapak lupa kalau kelompok saya pernah memecahkan rekor penjualan terbanyak."Kepala HRD yang sedang mengunjungi Arif hanya menghela nafas panjang. "Maaf, ini sudah keputusan bers

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 17. Resmi Berpisah

    Flash back on.Baru saja Nastiti turun dari motornya, bundanya segera menyambut sang anak dengan pertanyaan. "Gimana sidang keduanya tadi, Nak? Lancar?" tanya bunda Nastiti. Nastiti tersenyum manis. "Alhamdulillah, lancar. Mas Arif tidak datang lagi. Sama seperti saat mediasi, mas Arif juga tidak datang saat pembacaan keputusan.""Hm, Arif ini aneh ya. Dia tidak mau menceraikan kamu, tapi tidak mau datang saat dipanggil sidang."Nastiti mengedikkan bahunya. "Yah, Nastiti tidak tahu kenapa mas Arif tidak datang. Tapi Nastiti bersyukur kalau mas Arif tidak datang, karena sidangnya bisa selesai lebih cepat.""Tapi kan sebenarnya Arif maunya bertahan dengan pernikahan kalian kan?""Ya sih, Bun. Tapi siapa yang mau bertahan kalau sudah dikhianati?" tanya Nastiti retoris. "Ya, kamu benar, Nas. Bunda akan selalu mendukung kamu. Oh ya, apa rencana kamu tentang rumah ini?"Nastiti mengedarkan pandangan matanya ke seluruh penjuru rumah. "Rumah ini .., akan kujual, Bun. Dan uang nya bisa u

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 18. Ketahuan Berbohong

    "Sumi?! Ngapain kamu kesini?! Tidak ada tempat bagimu di sini!""Tapi Mi, saya ingin bertemu dengan Arif.""Buat apa lagi? Kan kamu kemarin sudah tidak mempedulikan lagi pesan dari Arif, ya kan? Lalu kenapa mendadak kamu kemari? Apa kamu tidak malu kalau selama Arif di rumah sakit, kamu tidak pernah menengok nya. Dan sekarang mendadak kamu datang ke sini. Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran kamu, Sum?!""Kemarin mas Arif mengirim pesan padaku?! Kapan, Mi? Kemarin pagi, hp ku hilang." Wajah Sumi tampak memelas. "Jangan alasan kamu! Bilang saja dengan jujur kalau kamu mendekati Arif hanya karena uangnya saja. Benarkan?!""Mi, berikan aku kesempatan untuk bicara lima menit saja," pinta Sumi menghiba. "Ada apa ini, Mi?" tanya Arif yang baru mandi dari arah belakang."Kamu tampak sehat, Mas!" seru Sumi seraya menghambur ke arah Arif, hendak memeluk lelaki itu.Arif terdiam sementara itu, mami langsung geser dan pasang badan di depan anaknya. "Heh, Sumi. Dengarkan baik-baik ya. Selama

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 19. Senjata Makan Sumi

    Arif sempat menoleh beberapa saat ke arah Sumi. Sampai dia melihat Sumi mendadak pingsan di tengah poli. "Hei, ada yang pingsan! Ada yang pingsan!" seru beberapa orang dan mereka mengelilingi Sumi. Arif menarik tangan maminya. "Mami, Sumi pingsan!" seru Arif sambil mengajak maminya untuk kembali ke tempat Sumi tergeletak. "Rif, dia pasti hanya pura-pura saja.""Tapi Arif tidak tega, Mi. Paling tidak ayo kita tolong dulu. Nggak enak juga dengan keluarga pasien yang lain."Mami hanya menghela nafas kesal. Belum jadi menantu nya saja, Sumi sudah penuh dengan drama. Apalagi saat menjadi menantu. Bisa-bisa membuat mertuanya darah tinggi. Hiiy, amit-amit!Mami segera berjongkok mendekati kaki Sumi. Digelitiknya kaki Sumi. Sumi refleks menjauhkan kakinya dari Mami dan tertawa kegelian. Membuat orang-orang di sekitar nya heran dan bingung. Sumi terduduk lalu menatap sekeliling nya. Beberapa orang menatap Sumi dengan pandangan aneh. "Astaga, kamu tadi hanya pura-pura pingsan?""Kenapa kam

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 20. Berkelahi dalam Penjara

    Motor Sumi menabrak tukang es cendol itu. Dan dia terjerembab mencium aspal. Sumi berusaha bangkit berdiri dengan susah payah. Tapi kakinya keseleo. Begitu pula gerobak es cendol yang ditabraknya menjadi terguling. Seluruh isinya, mulai dari toples kaca isi cendol, cincau, gula merah, dan baskom besarnya berisi santan tumpah dan berhamburan di jalanan. "Astaghfirullah, Mbak kalau naik motor hati-hati dong. Ini gimana dagangan saya," keluh pria pedagang es cendol itu. Ia kebingungan dan mengusap keringatnya dengan handuk kecil yang tersampir di lehernya, mengamati barang jualannya yang tak bisa diselamatkan. Sumi terdiam dan mengambil ancang-ancang untuk lari saat melihat Arif dan beberapa lelaki yang mengejar nya sudah mendekat. "Mbak! Ganti rugi, Mbak!"Sumi terus berlari dan tidak menghiraukan teriakan pedagang es cilok itu. "Astaghfirullah, kok ada perempuan seperti itu! Keterlaluan sekali. Awas ya Mbak, semoga perbuatan jahatmu dibalas oleh Allah setimpal!"Beberapa orang te

Latest chapter

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 37. Akhir dari Angkara Murka (tamat)

    Nastiti hanya mengedikkan bahunya. "Entahlah, Mas. Aku juga tidak tahu. Aku tidak mengundang mereka kemari. Kita tunggu saja mereka. Aku juga ingin tahu ada perlu apa mereka kemari," sahut Nastiti lirih. "Bagus sekali ya klinik dan rumah baru kamu," ucap Sumi saat dia dan Arif sudah sampai di hadapan Narendra dan Nastiti. Nastiti tersenyum. "Terimakasih. Ayo silakan duduk di dalam dulu. Karena masih dalam acara syukuran," sahut Nastiti ramah. "Hm, ada acara syukuran? Kok kamu nggak ngundang aku, Nas? Mana Ana?" sela Arif. "Iya. Kami tidak mengundang kalian. Karena rumah kalian kan jauh di luar kabupaten sini. Selain itu acara ini juga untuk syukuran lamaran," sahut Narendra yang lalu berjalan dan menuju ke arah Nastiti lalu berada di depan calon istri nya. Tampak wajah Sumi dan Arif yang tercengang. "Wah, sudah lamaran? Syukur deh. Semoga lancar sampai hari H, ya?" ujar Sumi terdengar tulus. "Terima kasih, ayo masuk dulu. Kita ngobrol di dalam sambil menikmati suguhan. Aku yakin

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 36. Syukuran Rumah Baru

    "Iya. Nastiti bermimpi salat berdua dengan diimami oleh mas Narendra selama 3 kali," sahut Nastiti membuat semua orang yang ada di ruang tamunya mengucap hamdalah. "Kalau begitu ayo kita menikah," ajak Narendra membuat Nastiti mendelik. "Tidak secepat itu, Mas Rendra.""Kenapa enggak? Kita sama-sama sudah siap dan sudah berumur juga. Apa menunggu rumah dan tempat praktik kamu selesai? Sekalian untuk acara syukuran?""Itu lebih, Mas. Daripada terburu-buru.""Baiklah. Aku setuju.""Bunda juga setuju.""Kamu ingin acaranya dibuat sederhana atau meriah?""Yang sederhana saja. Yang pentin khidmat.""Lalu kapan acara pernikahan nya?"Nastiti mendelik mendengar kan ucapan Narendra. "Ya Allah, Mas. Belum aja lamaran, kamu udah nanyain tanggal pernikahan," ucap Nastiti tertawa. Narendra tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Yah, gimana ya. Kan sudah duda 4 tahun. Jadi rasanya kalau sudah menemukan yang pas, lebih baik, langsung akad," seloroh nya disambut cubitan bunda. "W

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 35. Kemantapan Hati Nastiti

    Tatik menerima vonis dari hakim dengan kepala tertunduk. Dikumpulkannya semua rasa semua rasa dendam dalam hatinya. "Oke. Mungkin saat ini aku kalah. Tapi aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan balas dendam setelah aku keluar dari penjara," gumam Tatik dalam hati. *"Bagaimana tadi sidangnya, Sum?" tanya Arif yang duduk di teras rumah Sumi. "Alhamdulillah, lancar."Sumi pun menceritakan tentang sidang yang terjadi di pengadilan tadi. Arif terlihat manggut-manggut. "Baguslah kalau begitu. Sekarang kamu bisa fokus mencari kebahagiaan kamu."Sumi mengangguk. "Oh ya, kalau kita menikah, kita akan tinggal dimana, Rif?" tanya Sumi. Arif menghela nafas panjang. "Aku juga kepikiran hal itu. Kalau aku menikah dan tinggal di rumah kamu, aku merasa kasihan pada mami.Tapi kalau kamu ikut aku ke rumah mami, kasihan anak-anak kamu. Masa setahun pindah sekolah dua kali. Lagipula warung kamu hampir jadi," sahut Arif lirih sambil menatap bangunan mungil di depan teras rumah Sumi. Rumah waris

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 34. Vonis untuk Tatik

    Mata Sumi membulat. "Benarkah, Rif?"Arif mengangguk meskipun dia juga ragu membuat Sumi menjadi ragu dan tidak percaya. "Rif, aku serius. Aku benar-benar ingin mempunyai imam yang menerima aku dan anak-anak ku. Yang bisa membimbing, menafkahi, dan mengayomi. Aku terima semua keadaan kamu. Kita juga pernah berbuat sesuatu yang haram kan? Aku ingin kita sama-sama memperbaiki nya, Rif." Sumi tertunduk. Arif menjadi tidak tega saat melihat mantan pacarnya itu. "Sum, aku bilang kan aku mau menerima perasaan kamu. Aku mau menerima kelemahan dan kelebihan kamu. Baiklah, ayo kita mulai dari awal ya."Sumi mengangguk. Matanya berkaca-kaca. "Tapi aku ingin kamu berjanji satu hal padaku, Rif.""Apa itu, Sum?""Jangan pernah menghadirikan pihak ketiga dalam rumah tangga kita. Termasuk mbak Nastiti. Kamu mau kan?"Arif mengangguk pelan. Dia juga heran, dulu saat masih menikah dengan Nastiti, dia justru ingin bersama Sumi. Sekarang saat Sumi sudah di depan matanya dan dalam kondisi yang lebih

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 33. Arif versus Narendra

    Flash back on. Arif menutup teleponnya dengan perasaan yang campur aduk. Ini kesekian kalinya, Ana menelepon nya dan menanyakan kapan Arif pulang. Dan Arif juga sudah kesekian kalinya berbohong bahwa Arif masih sangat sibuk dengan pekerjaannya dan belum bisa pulang. "Kenapa kamu?" tanya maminya sambil membawa piring besar berisi ayam dan tahu krispi. Arif menghela nafas panjang dan menatap mamanya dengan pandangan bingung. "Aku kangen Ana, Mi."Maminya menarik kursi di hadapan Arif dan menduduki nya."Ya sudah. Kalau begitu kamu jenguk saja anak kamu. Ayo, mami juga ikut."Arif menopang dagunya dengan tangan. "Apa mami pikir akan semudah itu untuk menjenguk Ana? Arif bisa berbohong kalau lewat telepon. Tapi kalau bertemu langsung dengan Ana, Arif tidak akan berani berbohong. Arif tidak tega untuk mengatakan bahwa ayah dan ibunya sudah bercerai."Maminya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Terus kamu maunya apa? Itu kan semua menjadi salah kamu. Seharusnya sebelum kamu selingk

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 32. Pendekatan Narendra

    Arrgh! Tatik menjerit dan tubuhnya lemas seketika di samping ransum makanan nya. "Heh, dia pingsan beneran?" tanya salah seorang pengeroyoknya. "Ah, dia pasti pura-pura pingsan karena takut akan dikeroyok lagi!""Kita ambil saja makanan nya!""Kalau nanti kita dimarahi petugas gimana?""Salah sendiri. Coba dia nggak pelit buat bagi makanannya. Pasti dia nggak akan jadi seperti ini."Beberapa pengeroyok Tatik mulai mendekat ke arah Tatik. Dan mulai mengerubuti makanan yang ada di depan nya. "Heh, kalian!! Jangan ribut-ribut saat makan!" Sebuah suara menghentikan para pengeroyok Tatik yang sedang makan. Mendadak, Tatik terbangun dan menghambur ke arah petugas yang datang."Tolong! Tolong saya, Bu! Ini ada orang-orang gila yang mau merebut makanan saya!" seru Tatik sambil berpegangan pada tiang besi penjara yang dingin. Petugas itu terkejut saat melihat kondisi tubuh Tatik yang penuh dengan luka lebam. "Hm, ini pasti ulah kalian. Kalian harus menerima sanksi disiplin!" sahut petug

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 31. Perkelahian dalam Penjara

    "Ceritanya panjang, tapi siapa bapak dan ibu ini? Kenapa ada di makam ibu saya?""Dewi Setyorini itu saudara kami. Kami empat bersaudara. Kami dulu punya sopir pribadi bernama Syarif Kasim. Ya, kuburannya berada di sana." Salah seorang peziarah itu menunjuk ke arah kuburan bapaknya Sumi. "Jadi bapak saya itu adalah sopir pribadi kalian?" tanya Sumi dengan suara tercekat. Ketiga peziarah itu mengangguk. "Ceritanya panjang, apa kamu sudah makan? Sepertinya kita harus bicara secara khusus. Apa kamu ada waktu untuk makan siang bersama kami?" Sumi berpikir sejenak. "Baiklah. Tapi jangan lama-lama, Bu. Karena saya mempunyai dua anak yang saya tinggal sendirian di rumah.""Wah, jadi kamu sudah punya anak?" Sumi mengangguk."Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke kafe resto sekarang. Daripada kesiangan nanti. Kamu bawa kendaraan? Apa ikut mobil kami?""Saya bawa kendaraan, Bu.""Ya sudah, ikuti mobil kami ya. Di dekat sini ada kafe resto yang enak banget."*"Jadi Dewi adalah kakak sulung kam

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 30. Pertemuan yang Tidak Terduga

    Tatik tersenyum meledek melihat Sumi yang datang menjenguknya."Datang juga kamu. Aku pikir kamu tidak akan kesini dan menjadi anak durhaka," ucap Tatik menatap wajah Sumi. Sumi duduk di depan ibu tirinya dengan tenang. "Hm, Bu, saya kesini dengan dua kemungkinan. Bisa mengusahakan uang untuk sewa pengacara. Tapi bisa juga untuk membuat ibu dipenjara lebih lama lagi."Mata Tatik membulat. "Apa maksudmu?""Ehm, mungkin ibu akan langsung mengerti kalau aku mengatakan tentang Rina."Tatik tercengang, mulutnya menganga. "Kamu tidak akan bisa memenjarakan ku lebih lama. Kamu kan sudah kurawat dari bayi?"Sumi tertawa. "Ibu salah. Aku bisa melakukan ancamanku membuat ibu dipenjara lebih lama. Caranya sederhana saja. Aku telah memeriksa kamar ibu. Hal yang selama ini tidak pernah kulakukan. Dan aku telah menemukan akta kelahiran ku yang asli. Kalau ibu tidak mau menunjukkan dimana makam ibu kandung ku, akan kulaporkan ibu telah memalsukan dokumen.""Kamu mengancamku? Dasar anak tidak ta

  • KESAKSIAN PUTRI KECILKU    bab 29. Mencintai Nastiti

    "Astaghfirullah. Aku sedang ada perlu urusan rumah Mas. Kamu share loct rumah sakitnya ya. Aku ke sana sekarang!""Ada apa, Mbak?" tanya Narendra saat melihat Nastiti yang menyelempangkan tasnya dengan panik. "Kakak lelaki ku menelepon kalau bunda kecelakaan dan butuh darah," sahut Nastiti seraya berdiri. "Pak Rendra, karena urusan rumah kita sudah selesai, saya pamit dulu akan ke rumah sakit.""Tunggu! Saya ikut, Mbak!"Nastiti menoleh dan terkejut dengan ucapan Narendra. "Ini sudah tidak ada urusan nya dengan rumah yang saya jual, Pak. Ini urusan keluarga saya.""Ya saya tahu. Saya hanya ingin mengenal mbak dan keluarga lebih dekat."Nastiti melongo. "Tapi ..,""Ayo kita berangkat, Mbak. Kan tadi mbak bilang kalau bundanya butuh darah. Ayo kita berangkat sekarang."Narendra berdiri dan berjalan terlebih dahulu ke arah kasir. Dan setelah dia menyelesaikan pembayaran, Narendra mengikuti Nastiti menuju ke mobilnya. *Nastiti dan Narendra berjalan tergesa di lorong rumah sakit yang

DMCA.com Protection Status