Share

Bab 9

Author: Lerina
last update Huling Na-update: 2025-01-31 22:47:22

Bulu mata Ruyi bergerak perlahan.

Mata yang terpejam perlahan - lahan terbuka dengan lebar. Di hadapannya dia melihat hutan yang sangat lebat. Dia mulai mengingat apa yang terjadi padanya.

Dan dia tersadar, bahwa ada sesosok laki - laki penyelamatnya di sampingnya.

Dia tersenyum canggung.

Dia sangat malu, karena tertidur begitu saja dan bahkan membiarkan orang yang menolongnya menjaganya.

"Maafkan saya karena tertidur begitu saja Tuan Luhan, "sambil memasang wajah memelas Ruyi berbicara pada Luhan.

"Tidak apa - apa, aku tau kau lelah," jawab Luhan sekenanya. "Kalau kau sudah bangun, ayo kita cari rombonganmu, berpeganganlah padaku.!!"

Dengan posisi berjongkok, Luhan mulai menggendong Ruyi.

Ruyi melingkarkan tangannya di leher Luhan, saat sudah di gendong oleh Luhan.

Luhan mulai berjalan menyusuri hutan, untuk mencari rombongan Ruyi.

Mereka menuju ke arah luar hutan.

Samar - samar terdengar suara beberpa orang yang berteriak - teriak.

"Nona Ruyi.....!!!! "

"Nona Ruyi.....!!!! "

"Nona Ruyi.....!!!! di mana anda....!!!

Beberapa orang berteriak teriak memanggil nama Ruyi.

Ruyi mendengarnya. Dia melihat Luhan, dan Luhan memberikan isyarat padanya untuk berteriak.

"Semuanya.... aku di sini......!! Teriak Ruyi.

Dari arah depan berlari beberapa orang menghampiri Ruyi yang di gendong oleh Luhan. Salah seorang yang berlari adalah wanita dengan wajah penuh air mata.

" Nona Ruyi....... anda sudah ketemu, hamba benar - benar kawatir pada keadaan nona," seorang pelayan menghampiri Ruyi dengan air mata masih membasahi wajahnya.

"Maaf membuatmu kawatir Rina, aku tadi berlari menghindari kejaran babi hutan dan tanpa sadar masuk ke dalam hutan. Untung saja ada Tuan Luhan yang menyelamatkanku, "ucap Ruyi menenangkan pelayannya.

"Tuan Luhan bisa anda turunkan aku, aku sudah baik - baik saja."

Dalam diam Luhan menurunkan Ruyi dari gendongannya. Pelayan Ruyi, Nina membantu Ruyi untuk menopang tubuhnya.

"Terima kasih banyak Tuan Luhan..... anda benar - benar adalah dewa penolong, seandainya anda tidak menolong nona, aku tidak tau apa yang akan terjadi," tanpa berani membayangkan Nina berbicara.

"Tidak apa - apa, lagi pula aku hanya lewat, " ucap Luhan.

"Kalau begitu sekarang kau sudah aman, aku pamit untuk meneruskan perjalananku."

Luhan berpamitan pada Ruyi dan rombongannya dan dia berjalan meninggalkan mereka.

Ruyi memandang kepergian Luhan dengan perasaan tidak rela. Bahkan saat Luhan semakin menjauh dia masih berdiri memandang Luhan.

Dia berharap semoga suatu hari dia akan bertemu Luhan kembali.

"Ayo nona..., " Nina menyadarkan lamuan Ruyi.

"Ya... ayo kita kembali, aku tidak kuat melanjutkan perjalanan, kakiku sakit sekali, " ucap Ruyi sambil berjalan ke arah tandu dengan di papah oleh Nina.

........

Di dalam kegelapan.

Sebuah wajah dengan mulut terangkat membentuk senyuman mengawasi dari balik pohon.

Dia melihat segalanya.

Dia merasa umpannya sudah di makan.

Segera dia beranjak pergi dan akan kembali ke tampatnya.

"Kau sudah berada dalam genggamanku Dewa Perang Luhan...... "

"Ha.... ha.... ha....., " dia tertawa karena rencananya berjalan dengan lancar.

........

Luhan segera menggunakan kekuatan dewanya dan terbang menuju ke Gunung Birlam.

Kali ini dia benar - benar tidak dapat berfikir jernih. Bayangan wajah Ruyi yang tertidur selalu terbayang di benaknya. Bahkan rasanya tangannya masih merasakan tubuh Ruyi yang di gendongnya.

'Sial...!!! ada apa denganku !'batinnya.

'Aku harus fokus mengurus segalanya, biar semuanya segera cepat selesai.'

Luhan mulai menghilangkan bayangan - bayangan Ruyi yang selalu lewat di dalam benaknya.

Dia berusaha fokus pada tujuan kenapa dia turun ke dunia manusia.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 10

    "Luhan.......... " "Luhan....... " Dalam tidurnya, Ruyi mengigau nama Luhan di tengah sakit panasnya. Saat sampai di rumah, kaki Ruyi segera di rawat, tapi tubuhnya bereaksi dengan panas. Tabib yang di undang oleh ayah Ruyi memeriksa Ruyi dan mendiaknosa jika panas Ruyi adalah karena luka - luka yang ada di kakinya. Tapi hal itu wajar, karena itu memang efeknya, makanya tabib itu juga meresepkan obat penurun panas untuk Ruyi. Leon, ayah Ruyi, duduk di kursi di samping tempat tidur Ruyi. Dia menjaga putrinya yang tengah sakit. Sedikit menyesal kenapa dia tadi mengijinkan Ruyi untuk keluar. Kemarin Ruyi berkata bahwa dia ingin mengunjungi makam ibunya sehari setelah tahun baru, makanya Leon, ayah Ruyi mengijinkan Ruyi pergi untuk melakukan doa di makam ibunya. Tapi kelalaiannya adalah dia tidak menyiapkan cukup pengawal untuk menemani dan melindungi Ruyi. "Siapa Luhan ?" tanya Leon kepada Nina, pelayan Ruyi. Leon cukup terkejut kenapa Ruyi sampai mengigau menyebut

    Huling Na-update : 2025-02-01
  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 11

    Di tempat lain. Gunung Birlam. Angin yang tidak terlalu kencang, menggoyang - goyangkan helaian rambut yang tidak terikat milik pria itu. Dia berdiri di atas pohon dengan tatapan tajam seperti mata elang. Dia menatap jauh di ujung sana, seakan sudah menemukan mangsa yang hendak di tangkapnya. Dengan aura dingin, dia memerhatikan keadaan jauh dengan pandangan menusuk. Cukup lama dia mengawasi sesuatu di ujung sana dengan sabar. "Baiklah... cukup bagus kalian bersembunyi," dengan menaikkan sedikit sudut bibirnya, dia mengguyingkan senyum mengejek. Dia mulai bergerak. Secepat kilat dia berpindah sampai tidak ada yang menyadarinya. Di depannya ada sekitar sepuluh ribu prajurit ras iblis yang sedang berlatih bertempur. J

    Huling Na-update : 2025-02-02
  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 1

    "Aarrrrhhhh......... !!!!! Aarrrhhhh..... !!!!!" "Seberapapun kalian menyiksaku, aku tidak akan menyerah, " dengan nafas terengah - engah pria itu berteriak. Di atasnya, petir terus menyambar - nyambar ke tubuhnya. Bahkan secara terus menerus tanpa hentinya. Tapi, meski tubuhnya terluka oleh sambaran - sambaran petir, dia tidak mati. Hanya kekuatannya semakin lama semakin melemah. Dengan kekuatan internalnya, dia bisa mengontrol luka, mesti tak sepenuhnya bisa menghilangkan rasa sakit. Dia tidak bisa bergerak, tangan dan kakinya terikat pada tiang penghukum dan tubuhnya terlilit rantai besi yang mengitarinya. Di depannya, di atas singgasana, duduk seorang tua yang rambutnya sudah memutih tapi tidak menghilangkan aura Wibawa dan kuasanya.

    Huling Na-update : 2025-01-29
  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 2

    Kerajaan Langit. Kediaman Dewi Air. Tetes demi tetes air mata keluar dari mata cantik nan sayu Dewi Air, Meya. Dia memang mempunyai hati yang lembut, sama seperti ibunya. Dia mengingat bagaimana ibunya mengajarinya untuk menjadi wanita yang lemah lembut serta baik hati. Karena itu Meya menjadi orang yang mudah kawatir dan gelisah. Bagaimana tidak, Luhan, orang yang tumbuh bersama dengannya sejak kecil mendapat hukuman dari kesalahan yang tidak bisa di tolerir oleh aturan para dewa. Luhan menaruh hati pada manusia yang menyebabkan Nilon, aliran sumber kekuatan dewa bergejolak. Nilon adalah kekuatan alam yang di jaga sejak dulu oleh para dewa. Bahkan ras iblis sering kali menyerang kerajaan dewa demi menguasai Nilon. Ras iblis banyak membuat siasa

    Huling Na-update : 2025-01-29
  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 3

    Malam tahun baru setahun yang lalu. Cahaya lentera warna merah menyala menerangi jalan - jalan dan rumah - rumah di kota Jiangjiang. Para penduduk, pria, wanita, dewasa dan kecil bercengkrama dan tertawa menyambut malam tahun baru. Belum lagi langit malam terlihat cerah dengan bintang - bintang menaburi, seakan menjadi lampu - lampu cahaya di langit hitam yang pekat. Wanita cantik berhidung mancung, dengan rambut hitam panjang, diam - diam keluar rumah tanpa memberitahu keluarganya. Dia sangat bosan berada di rumah besar yang seperti mengekang dirinya. Pada malam tahun baru dia ingin melihat lentera - lentera yang menyala di pinggir jalan dan pasar. Belum lagi dia ingin melihat festival lentera, di mana dia bisa menerbangkan lentera di atas sungai Yangze sebagai tanda meminta harapan. Tetapi karena keluarganya tidak memperbolehkan dia keluar, jadi dia keluar secara diam - diam. Gadis itu adalah Ruyi Arlong , anak perempuan tunggal keluarga Arlong. Ayahnya sangat ke

    Huling Na-update : 2025-01-29
  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 4

    Perayaan lentera akan mencapai pada puncaknya. Dimana akan diadakan acara penerbangan lentera ke langit untuk mengirimkan harapan. Di sisi - sisi sungai Yangze sudah berjajar perahu perahu yang akan di tumpangi untuk menerbangkan lentera ke langit. Ruyi segera membeli sebuah lentera bergambar teratai yang cantik. Tidak lupa dia juga menyewa sebuah perahu untuk membawanya ke tengah sungai. Arus sungai yang tidak terlalu deras, menyebabkan perahu - perahu terlihat bergoyang dengan cantiknya. Di atas perahu - perahu sudah di tumpangi para pria dan wanita yang akan menerbangkan harapan merka melalui lentera. Ruyi memegang lentera, dia bersama yang lainnya menunggu nyala kembang api yang menandakan di mulianya acara penerbangan lentera. "DOORR...... PYARRRR.... "

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 5

    Istana Langit. Kediaman Dewa Perang Luhan. Setelah menyelesaikan tugasnya, Luhan pulang ke kediaman Dewa Perang untuk beristirahat. Dalam istirahatnya, dia terbayang akan wajah wanita yang dia lihat di dekat sungai Yanze. Dalam lamunannya, Luhan mengingat wajah putih, hidung mancung, bibir mungil serta rona merah yang ada di pipi wanita itu. Dia semakin terhanyut dalam lamunannya yang menyebabkan dadanya berdebar - debar dan membuatnya tidak fokus untuk beristirahat. "Ah...... tidak....tidak.... ini salah, aku tidak boleh berfikiran terlalu jauh. Ini melanggar peraturan, "sambil menggeleng - geleng kan kepalanya, dia berusaha menepis apa yang ada dalam pikirannya. Dia lalu fokus berbaring dan berusaha untuk memejamkan mata. ....... Aula Istana Kekaisaran Langit. Luha

    Huling Na-update : 2025-01-30
  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 6

    Mendengar keputusan dari Dewa Agung Wilis Meya merasa terkejut. Meya menatap Luhan dengan ekspresi sedih. Pasalnya dia dan Luhan akan berpisah cukup lama. Karena untuk sementara waktu Luhan akan berjaga di bumi. "Kita akan berpisah cukup lama Luhan," ucap Meya dengan suara lembut dan menunduk menyembunyikan matanya yang sayu yang sudah hampir meneteskan air mata. Luhan tau, Meya pasti sedih berpisah lama darinya. Sejak kecil mereka selalu bersama dan jarang terpisah. "Saat aku ada waktu, aku akan menjengukmu," ucap Luhan menghibur Meya. "Atau kau sekali - sekali bisa datang ke dunia untuk mengunjungiku. " "Kau tau itu hal yang sangat sulit Luhan. Aku Dewi Air, Aku tidak bisa lama meninggalkan tempatku, jika tidak maka aliran perputaran air di dunia akan sangat kacau, " ucap Meya dengan lembut. Entah mengapa Luhan sel

    Huling Na-update : 2025-01-31

Pinakabagong kabanata

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 11

    Di tempat lain. Gunung Birlam. Angin yang tidak terlalu kencang, menggoyang - goyangkan helaian rambut yang tidak terikat milik pria itu. Dia berdiri di atas pohon dengan tatapan tajam seperti mata elang. Dia menatap jauh di ujung sana, seakan sudah menemukan mangsa yang hendak di tangkapnya. Dengan aura dingin, dia memerhatikan keadaan jauh dengan pandangan menusuk. Cukup lama dia mengawasi sesuatu di ujung sana dengan sabar. "Baiklah... cukup bagus kalian bersembunyi," dengan menaikkan sedikit sudut bibirnya, dia mengguyingkan senyum mengejek. Dia mulai bergerak. Secepat kilat dia berpindah sampai tidak ada yang menyadarinya. Di depannya ada sekitar sepuluh ribu prajurit ras iblis yang sedang berlatih bertempur. J

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 10

    "Luhan.......... " "Luhan....... " Dalam tidurnya, Ruyi mengigau nama Luhan di tengah sakit panasnya. Saat sampai di rumah, kaki Ruyi segera di rawat, tapi tubuhnya bereaksi dengan panas. Tabib yang di undang oleh ayah Ruyi memeriksa Ruyi dan mendiaknosa jika panas Ruyi adalah karena luka - luka yang ada di kakinya. Tapi hal itu wajar, karena itu memang efeknya, makanya tabib itu juga meresepkan obat penurun panas untuk Ruyi. Leon, ayah Ruyi, duduk di kursi di samping tempat tidur Ruyi. Dia menjaga putrinya yang tengah sakit. Sedikit menyesal kenapa dia tadi mengijinkan Ruyi untuk keluar. Kemarin Ruyi berkata bahwa dia ingin mengunjungi makam ibunya sehari setelah tahun baru, makanya Leon, ayah Ruyi mengijinkan Ruyi pergi untuk melakukan doa di makam ibunya. Tapi kelalaiannya adalah dia tidak menyiapkan cukup pengawal untuk menemani dan melindungi Ruyi. "Siapa Luhan ?" tanya Leon kepada Nina, pelayan Ruyi. Leon cukup terkejut kenapa Ruyi sampai mengigau menyebut

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 9

    Bulu mata Ruyi bergerak perlahan. Mata yang terpejam perlahan - lahan terbuka dengan lebar. Di hadapannya dia melihat hutan yang sangat lebat. Dia mulai mengingat apa yang terjadi padanya. Dan dia tersadar, bahwa ada sesosok laki - laki penyelamatnya di sampingnya. Dia tersenyum canggung. Dia sangat malu, karena tertidur begitu saja dan bahkan membiarkan orang yang menolongnya menjaganya. "Maafkan saya karena tertidur begitu saja Tuan Luhan, "sambil memasang wajah memelas Ruyi berbicara pada Luhan. "Tidak apa - apa, aku tau kau lelah," jawab Luhan sekenanya. "Kalau kau sudah bangun, ayo kita cari rombonganmu, berpeganganlah padaku.!!" Dengan posisi berjongkok,

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 8

    Luhan berjalan sambil menoleh untuk mendapatkan tempat yang aman dan nyaman. Di sebelah kirinya, dia menemukan sebuah pohon besar yang di lengkungan di bagian bawahnya. Dia berjalan mendekat di ke pohon itu dan meletakkan wanita di gendongannya dengan hati - hati. "Duduklah dengan nyaman, aku akan mencari air untuk membersihkan lukamu, " kata Luhan. Saat Luhan akan berdiri, wanita itu memegang ujung baju Luhan, "aku takut nanti kalau ada babi hutan lagi bagaimana?" ucap wanita itu dengan mata memelas. "Tenang saja, kau aman di sini, lagi pula aku hanya sebentar," Luhan berusaha menenangkan wanita itu. Luhan tau, jelas wanita itu masih ketakutan karena di kejar oleh babi hutan. Tanpa di sadari oleh wanita itu, Luhan membuat penghalang untuk melindungi wanita itu selama dia mencari air. Itu adalah penghalang dewa, hanya para Dewa dan

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 7

    Di atas Gunung Sigra. Gunung sunyi dengan pepohonan lebat yang belum terjamah manusia. Setelah Luhan turun dari langit, dia memilih Gunung Sigra sebagai tempat tinggal sementaranya di dunia. Di atas Gunung Sigra terdapat hulu sungai Yangze. Dia melihat aliran sungai, Dia akan merasa selalu dekat dengan Meya jika berada di dekat hulu sungai Yanze. Dan karena hal itulah dia memilih tempat ini. Dia mulai membangun sebuah pondok kecil dengan kekuatan internalnya, sebagai tempat istirahatnya. Hari ini sudah malam, di atas Gunung Sigra, Luhan dapat melihat ribuan Bintang yang tersebar menghiasi langit malam yang pekat. Suara - suara binatang saling sahut - menyahut, akan tetapi Luhan tidak menghiraukan hal itu. Jikalau dia di serang binatang, dia hanya cukup mengeluarkan aura kepemimpinannya maka bin

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 6

    Mendengar keputusan dari Dewa Agung Wilis Meya merasa terkejut. Meya menatap Luhan dengan ekspresi sedih. Pasalnya dia dan Luhan akan berpisah cukup lama. Karena untuk sementara waktu Luhan akan berjaga di bumi. "Kita akan berpisah cukup lama Luhan," ucap Meya dengan suara lembut dan menunduk menyembunyikan matanya yang sayu yang sudah hampir meneteskan air mata. Luhan tau, Meya pasti sedih berpisah lama darinya. Sejak kecil mereka selalu bersama dan jarang terpisah. "Saat aku ada waktu, aku akan menjengukmu," ucap Luhan menghibur Meya. "Atau kau sekali - sekali bisa datang ke dunia untuk mengunjungiku. " "Kau tau itu hal yang sangat sulit Luhan. Aku Dewi Air, Aku tidak bisa lama meninggalkan tempatku, jika tidak maka aliran perputaran air di dunia akan sangat kacau, " ucap Meya dengan lembut. Entah mengapa Luhan sel

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 5

    Istana Langit. Kediaman Dewa Perang Luhan. Setelah menyelesaikan tugasnya, Luhan pulang ke kediaman Dewa Perang untuk beristirahat. Dalam istirahatnya, dia terbayang akan wajah wanita yang dia lihat di dekat sungai Yanze. Dalam lamunannya, Luhan mengingat wajah putih, hidung mancung, bibir mungil serta rona merah yang ada di pipi wanita itu. Dia semakin terhanyut dalam lamunannya yang menyebabkan dadanya berdebar - debar dan membuatnya tidak fokus untuk beristirahat. "Ah...... tidak....tidak.... ini salah, aku tidak boleh berfikiran terlalu jauh. Ini melanggar peraturan, "sambil menggeleng - geleng kan kepalanya, dia berusaha menepis apa yang ada dalam pikirannya. Dia lalu fokus berbaring dan berusaha untuk memejamkan mata. ....... Aula Istana Kekaisaran Langit. Luha

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 4

    Perayaan lentera akan mencapai pada puncaknya. Dimana akan diadakan acara penerbangan lentera ke langit untuk mengirimkan harapan. Di sisi - sisi sungai Yangze sudah berjajar perahu perahu yang akan di tumpangi untuk menerbangkan lentera ke langit. Ruyi segera membeli sebuah lentera bergambar teratai yang cantik. Tidak lupa dia juga menyewa sebuah perahu untuk membawanya ke tengah sungai. Arus sungai yang tidak terlalu deras, menyebabkan perahu - perahu terlihat bergoyang dengan cantiknya. Di atas perahu - perahu sudah di tumpangi para pria dan wanita yang akan menerbangkan harapan merka melalui lentera. Ruyi memegang lentera, dia bersama yang lainnya menunggu nyala kembang api yang menandakan di mulianya acara penerbangan lentera. "DOORR...... PYARRRR.... "

  • KEMBARAN DEWA PERANG   Bab 3

    Malam tahun baru setahun yang lalu. Cahaya lentera warna merah menyala menerangi jalan - jalan dan rumah - rumah di kota Jiangjiang. Para penduduk, pria, wanita, dewasa dan kecil bercengkrama dan tertawa menyambut malam tahun baru. Belum lagi langit malam terlihat cerah dengan bintang - bintang menaburi, seakan menjadi lampu - lampu cahaya di langit hitam yang pekat. Wanita cantik berhidung mancung, dengan rambut hitam panjang, diam - diam keluar rumah tanpa memberitahu keluarganya. Dia sangat bosan berada di rumah besar yang seperti mengekang dirinya. Pada malam tahun baru dia ingin melihat lentera - lentera yang menyala di pinggir jalan dan pasar. Belum lagi dia ingin melihat festival lentera, di mana dia bisa menerbangkan lentera di atas sungai Yangze sebagai tanda meminta harapan. Tetapi karena keluarganya tidak memperbolehkan dia keluar, jadi dia keluar secara diam - diam. Gadis itu adalah Ruyi Arlong , anak perempuan tunggal keluarga Arlong. Ayahnya sangat ke

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status