Bab 3

Malam tahun baru setahun yang lalu.

Cahaya lentera warna merah menyala menerangi jalan - jalan dan rumah - rumah di kota Jiangjiang.

Para penduduk, pria, wanita, dewasa dan kecil bercengkrama dan tertawa menyambut malam tahun baru.

Belum lagi langit malam terlihat cerah dengan bintang - bintang menaburi, seakan menjadi lampu - lampu cahaya di langit hitam yang pekat.

Wanita cantik berhidung mancung, dengan rambut hitam panjang, diam - diam keluar rumah tanpa memberitahu keluarganya. Dia sangat bosan berada di rumah besar yang seperti mengekang dirinya. Pada malam tahun baru dia ingin melihat lentera - lentera yang menyala di pinggir jalan dan pasar. Belum lagi dia ingin melihat festival lentera, di mana dia bisa menerbangkan lentera di atas sungai Yangze sebagai tanda meminta harapan.

Tetapi karena keluarganya tidak memperbolehkan dia keluar, jadi dia keluar secara diam - diam.

Gadis itu adalah Ruyi Arlong , anak perempuan tunggal keluarga Arlong.

Ayahnya sangat ketat dalam menjaganya, karena dia adalah anak satu - satunya. Dulu ibunya meninggal saat melahirkan Ruyi. Di karenakan hal itu, ayahnya sangat over protektif pada Ruyi.

Dia tidak boleh keluar sendiri, atau sekedar bermain bersama teman sebayanya,. Yang dia lakukan di rumah hanyalah melukis dan bermain beberapa alat musik yang membosankan.

Jikalau bosan kadang dia akan mencuri buku - buku di ruang perpustakaan ayahnya dan membacanya dengan sembunyi - sembunyi.

Karena jika ketahuan, maka ayahnya akan sangat marah, karena bagi ayahnya, seorang wanita hanya harus mengurus rumah tangga tanpa di perbolehkan memiliki wawasan yang luas.

Setelah keluar dari kediaman Arlong, Ruyi menyusuri jalan dan tertakjub - takjub melihat keindahan lentera yang ada di sepanjang jalan. Tampak kerlap kerlip dan sangat Indah.

Saat sampai di pasar, dia membeli beberapa kue kering dan manisan buah yang belum pernah dia makan.

Dia sangat menikmatinya, senyum cantiknya tampak di wajahnya yang putih, serta rona merah di pipi membuat dia semakin terlihat bagai keindahan lukisan yang sangat jarang di temukan.

Beberapa orang melihat dia dan mengagumi betapa cantik wajah ayunya. Bahkan ada beberpa wanita yang iri melihat kecantikan Ruyi yang bahkan tanpa memakai riasan. Sedangkan beberapa wanita lain sudah memakai riasan yang tebal tapi terlihat biasa saja. Makanya mereka sangat iri dengan kecantikan Ruyi.

.......

Di saat yang sama.

Luhan sang Dewa perang turun ke dunia untuk melihat bagaimana pergerakan kejahatan di dunia pada malam tahun baru. Para ras iblis perlu selalu diwaspadai.

Dia berputar di beberapa tempat untuk mengecek kejanggalan atau kelalaian yang ada.

Saat dia sampai di sebuah sungai yang akan di adakan untuk melepaskan harapan melalui lentera, Luhan berhenti dan duduk bersandar di dekat pohon. Di bawah pohon itu dia melihat orang berlalu lalang dengan membawa kembang api dan berbagai macam makanan dan hiasan.

'Perayaan yang sangat meriah, ' batin Luhan.

Dia tersenyum - senyum sendiri, melihat tingkah lucu para manusia yang sedang bersenang - senang. Sedangkan para dewa memiliki tugas yang sangat banyak, yang mengusahakan untuk membuat manusia menjadi nyaman.

Saat dia menoleh, tanpa sadar dia melihat seorang wanita yang makan gula - gula kapas dengan cara yang aneh. Atau sepertinya wanita itu tidak tau bagaimana cara mamakan gula - gula kapas. Mulutnya penuh gula dan terlihat seperti anak kecil yang belepotan saat makan.

Dia tersenyum melihat adegan lucu wanita itu makan gula - gula kapas.

Di tambah lagi bekas gula- gula kapas yang ada di sekitar mulutnya membuat wajah cantiknya semakin terlihat merona.

Luhan seperti terpesona akan wanita itu. Dia mengikuti dan mengawasi kemana wanita itu melangkah.

Dan tanpa sadar, tatapan Luhan semakin tidak bisa terlepas dari wanita itu.

Ada getaran aneh di dadanya yang membuat Luhan tidak nyaman.

Rasa yang selalu ingin mengikuti wanita itu kemanapun dia pergi.