"Tentu saja, jika benar adanya Raja Funan yang bertanggung jawab atas semua kejadian ini!" ucap Sagara yang akhirnya bicara. Keduanya sedang mengamati Kerajaan kecil yang sedang menyusun kekuatan besar tersebut. Setelah Sagara tahu bahwa pasukan Han Zhou menuju ke Funan, dimana mereka akan menyusun kekuatan. Namun sepertinya belum sampai ke Pelabuhan Funan, sehingga membuat Sagara dan Tuan Putri Niti Wardani pergi ke Funan. Tujuan mereka adalah menangkap Raja Funan yang bertanggung jawab atas semua kejadian.
Tuan Putri Niti Wardani ternyata pernah tinggal di Funan sehingga paham seluk beluk tempat tersebut. Hal yang cukup mengejutkan adalah bahwa Raja Funan adalah adik dari Maharatu Sri Wardani. Yaitu seorang lelaki yang bernama Jaya Warman yang berambisi menyatukan Funan dan Champa.Tuan Putri Niti Wardani tinggal di Funan ketika nenek dan kakeknya masih hidup. Dulu kerajaan Funan adalah semua yang kini menjadi Champa dan Funan.Namun ketika Maharatu S“Cukup Pangeran Arya Warman, lebih baik kita tanya-tanya saja!” ucap seorang pemuda berpakaian hitam yang berada di belakang yang tak lain adalah Sagara yang bersama Si Kaki Tunggal. “Baiklah, Tuan Sagara!” Lelaki yang ternyata adalah Si Kaki Tunggal yang sekarang diketahui bernama Pangeran Arya Warman. Lelaki itu adalah adik dari Maharatu Sri Wardani dan Jaya Warman. Lelaki yang sebenarnya dianggap tewas dalam sebuah kecelakaan di lautan. “Kau, Pangeran Arya Warman?” ucap Raja Jaya Warman yang tak menyangka jika orang yang di depannya adalah adiknya sendiri. Orang yang paling tidak ingin datang untuk menyerang dirinya."Iya ini Aku, orang yang sudah kau singkirkan!" bentak Si Kaki Tunggal dengan nada kesal kepada kakaknya itu."Tidak mungkin, kau seharusnya sudah mati!" keluh Raja Jaya Warman yang tak menyangka hal itu bisa terjadi. “Kenapa, kau takut Aku menuntut balas akan perbuatan dirimu padaku?” ucap Pangeran Arya Warman dengan t
“Tentu saja mengangkat anggota Bajak Laut Bendera Tengkorak sebagai tamu kehormatan di Funan!” ucap Pangeran Arya Warman dengan santainya. "Selain tentunya bersiap jika orang-orang Kekaisaran Han Zhou sampai ke tempat ini!"“Sepertinya kita harus bersiap-siap, pagi hari mereka sudah sampai.” ucap Sagara menambahkan apa yang harus segera mereka lakukan. “Bersiap untuk melawan, menghentikan Kekaisaran Han Zhou bermarkas di Funan.” ucap Pangeran Arya Warman kepada orang-orang yang sedang berada di gerbang istana tersebut. “Bagaimana caranya, apa mungkin bisa melawan Pasukan Han Zhou kubu Panglima Jiang Yi. Mengingat pasukan Han Zhou jauh lebih banyak daripada kekuatan Funan!” ucapan tersebut keluar dari Tuan Putri Niti Wardani. Dia sudah kembali ke tempat tersebut setelan membereskan urusan keluarga Kerajaan Funan. “Tentu saja, semua yang sudah berjuang harus terus bertempur. Terutama memberitahu semua orang yang diluar tentang situasi di kerajaan
"Saya dari Siam, katanya suruh menghadap Tuan Sindu Darma." Pria muda tersebut tampak sopan, namun sangat cakap. Jelas menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang telik sandi yang datang dari jauh. "Memang Aku pernah mengirim utusan ke Siam, tetapi kau datang terlalu cepat." Sindhu Darma juga heran, kenapa dia begitu nekat datang ke Istana Funan. Padahal semua orang tahu bahwa Siam dan Funan adalah dua kerajaan yang bersengketa. "Betul sekali tuan, kebetulan pimpinan saya sedang berada di perbatasan Champa. Beliau pada akhirnya mengutus saya ke Funan!" jawab lelaki itu masih tampak sopan. "Siapa yang menyuruh dirimu?" tanya salah satu pimpinan prajurit Funan yang berada di bawah Sindu Darma. Dia ingin mengecek apa benar adalah utusan dari Siam yang akan bekerja sama dengan Funan. "Tuan Narendra yang mengutus saya bersama dengan telik sandi utusan dari Funan!""Lalu kenapa kau sekarang hanya sendirian?" Sindu Darma masih ada keraguan. Ber
"Saya ingin melaporkan bahwa ada Kapal besar seperti sebelumnya yang menuju ke Pelabuhan." "Apakah mereka orang-orang Bajak Laut Bendera Tengkorak?" keluh Ratu Bajak Laut yang merasa bahwa kemungkinan orang-orang dari Pulau Emas sudah sampai untuk menyusul mereka. Meskipun gelar Raja Bajak Laut masih ada pada Liong Yu, namun sepertinya sekarang dia sudah menjadi bagian Bajak Laut Bendera Tengkorak setelah kapalnya hancur. "Saya kurang tahu, mengingat kapal tersebut tidak terlalu jelas terlihat!""Kalau begitu kau kembali ke Pelabuhan, awasi setiap apa yang terjadi. Lalu segera beri laporan jika ada sesuatu yang mencurigakan!""Baik Tuan Maharaja!" ucap Panglima tersebut sambil membawa pasukan tambahan untuk berjaga di Pelabuhan Champa. Sedangkan di ruangan itu semua masih bingung apa yang sebenarnya terjadi di Funan. Mengingat seharusnya mereka ada yang kembali ke Champa, setidaknya memberi laporan."Apa mungkin mereka ditangk
“Gawat Maharatu Sri Wardani! Di pelabuhan ada orang lain dengan pakaian sama dengan orang berpakaian hitam tadi!” Seorang prajurit dengan kemampuan tinggi datang dengan tergesa-gesa berbicara dengan tidak jelas. Jelas membuat semua orang semakin terkejut, siapa sebenarnya yang menyerang. Apa benar yang menyerang adalah orang-orang Siam? “Siapa yang sudah berjaga di sana dan berapa banyak?” tanya Panglima tersebut dengan sedikit waspada. “Panglima Anggara yang menuju ke sana! Beliau yang menyuruh saya untuk memberitahu tuan!” ucap prajurit itu lagi. Sekedar informasi bahwa Panglima Anggara adalah orang yang melapor sebelumnya. Dimana dia malah terpisah dengan orang-orang yang pergi ke Funan dan belum kembali. “Baiklah! Ayo segera ke Pelabuhan!” ucap Panglima tersebut. "Tuan Liong Yu! tolong jaga Maharatu di sini!" Setelah bicara, Panglima Champa tersebut dengan kecepatan penuh menuju ke sisi timur. Malam
Apakah lelaki hebat dari Champa itu akan mati? Orang yang datang itu sangat khawatir. Begitu anak buahnya, sangat sedih kehilangan pimpinan yang sangat dihormatinya tersebut. Semua orang yang ada di Pelabuhan juga bingung, kenapa Panglima Anggara bisa kalah dengan mudah oleh lelaki bernama Lingga itu. Keduanya kemudian segera mengecek keadaan Panglima Anggara yang bentuk tubuhnya sudah bercampur pasir tersebut. "Apa tidak ada yang bisa menyembuhkan luka dalam yang dimilikinya?" keluh seseorang yang sudah membunuh lelaki bernama Lingga tersebut.Namun tidak ada yang bicara karena memang tidak memiliki kemampuan itu. Sampai pada akhirnya ada orang yang turun dari kapal paling terakhir, dialah yang langsung menuju ke arah Panglima Anggara. DESS! Lelaki itu langsung menotok beberapa bagian tubuh dari Panglima Anggara. Sehingga pada akhirnya lelaki itu sedikitnya hanya mengalami luka ringan. Hanya membutuhkan waktu untuk beristirahat hingg
Panglima Narendra menjadi sangat lega mendengar apa yang didengarnya. Rencananya berlindung di balik orang-orang sakti kembali terjadi. Bagaimanapun kemampuan dari lelaki yang disebut Tuan itu sangat bisa diandalkan. Sehingga akan dapat membantu perjuangan dari dirinya. "Apa lagi yang kalian tunggu?" Lelaki yang disebut Tuan murka karena orang bayarannya tak kunjung pergi."Kami ingin kau memberi kami beberapa uang terlebih dahulu!" Bandit Penghisap Darah terus terang, karena dia sadar bahwa orang di depannya tak punya kemampuan apa-apa. Sehingga selalu dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya berlindung di Champa."Baiklah, Terima ini! Setelah itu segera pergi, jangan ada lagi kegagalan!" ucap lelaki tersebut sambil melemparkan sebuah kain berisi uang. Lalu dia pergi dari markas tersebut, menuju ke sebuah tempat. Sedangkan Panglima Narendra dan Bandit Penghisap Darah memutuskan pergi dari tempat tersebut. Jelas dengan satu tujuan menghabisi lawan
"Betul tuan, katanya ayah saya berasal dari sana. Namun saya sendiri belum pernah datang ke sana!" ucap Sagara yang memang hanya itu yang bisa dia ucapkan. Terlebih jika bilang tidak itu akan sangat mencurigakan. "Apa yang perlu saya bantu?""Tidak, aku pikir kau memang besar di Kerajaan Selatan. Kami berencana untuk pergi ke sana setelah menaklukkan Champa." ucap Panglima Do Yuan yang jelas membuat Sagara cukup kaget dengan apa yang terjadi. Namun dia segera menguasai diri takut dicurigai, bahwa dia adalah bagian dari Keratuan Champa. Sebagai informasi bahwa Kerajaan Selatan adalah sebutan bagi Kerajaan yang ada di Pulau Jawa, mengingat disana ada banyak Kerajaan kecil."Jika tuan perlu bantuan, kata ayah saya banyak kenalan di sana." ucap Sagara memberi tawaran dengan nada yang meyakinkan. "Baiklah, aku akan hubungi kamu jika saatnya tiba. Sekarang kita harus kembali ke Istana, takut ada sesuatu yang terjadi!" Sindu Darma kemudian berjalan pel
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan